Hei Aisya .
Apa khabar…!”, sapa Mas Heru padaku ketika selesai berpelukan dengan Mbak Asih.
“Mas, apa
kabar? Sehat-sehat saja kan? ” balasku.
“Ayo kita ke
rumah”, kata Mbak Asih kemudian.
Sore itu aku
habis senam seperti biasanya , sekarang aku mulai bersenam lagi, disamping
untuk melemaskan tubuh, juga kuharapkan tubuhku bisa cepat kembali ke bentuk
semula yang langsing, karena memang postur tubuhku termasuk tinggi kurus akan
tetapi padat.
Setelah
mandi aku langsung makan Mungkin karena badan terasa penat dan pegal sehabis
senam, aku jadi mengantuk . Kemudian aku berbaring di tempat tidur. Saking
sudah sangat mengantuk, tanpa terasa aku langsung tertidur. Bahkan aku pun lupa
mengunci pintu kamar.
Setengah bermimpi,
aku merasakan tubuhku begitu nyaman. Rasa penat dan pegal-pegal tadi seperti
berangsur hilang… Bahkan aku merasakan tubuhku bereaksi aneh. Rasa nyaman
sedikit demi sedikit berubah menjadi sesuatu yang membuatku melayang-layang. Aku seperti dibuai oleh hembusan angin semilir yang menerpa
bagian-bagian peka di tubuhku.
Tanpa sadar
aku menggeliat merasakan semua ini sambil melenguh perlahan. Dalam tidurku, aku
bermimpi pacarku sedang membelai-belai tubuhku dan kerena memang telah cukup
lama kami tidak bertemu, maka terasa pacarku sangat agresif menjelajahi
bagian-bagian sensitif dari sudut tubuhku.
Tiba-tiba
aku sadar dari tidurku… tapi kayaknya mimpiku masih terus berlanjut. Malah
belaian, sentuhan serta remasan pacarku ke tubuhku makin terasa nyata.
Ketika aku
membuka mataku, terlihat cahaya terang masih memancar masuk dari lobang angin
dikamarku, yang berarti hari masih sore. Lagian ini kan hari Senin, seharusnya
dia baru pulang agak malam, jadi siapa ini yang sedang mencumbuku…
Aku segera
terbangun dan membuka mataku lebar-lebar. Hampir saja aku menjerit sekuat
tenaga begitu melihat orang yang sedang menggeluti tubuhku. Ternyata… dia
adalah Mas Heru sendiri.
Melihat aku
terbangun, Mas Heru sambil tersenyum, terus saja melanjutkan kegiatannya
menciumi betisku. Sementara dasterku sudah terangkat tinggi-tinggi hingga
memperlihatkan seluruh pahaku yang putih mulus.
“Yah…!!
Stop….jangan…. Maass…!!?” jeritku dengan suara tertahan karena takut terdengar
oleh Si Inah .
“ais,
maafkan Mas …. Kamu jangan marah seperti itu dong, sayang….!!” Ia malah berkata
seperti itu, bukannya malu didamprat olehku.
“Mas nggak
boleh begitu, cepat keluar, saya mohon….!!”, pintaku menghiba,
Karena
kulihat tatapan mata Mas Heru demikian liar sambil tangannya tak berhenti
menggerayang ke sekujur tubuhku. Aku mencoba menggeliat bangun dan buru-buru
menurunkan daster untuk menutupi pahaku dan beringsut-ingsut menjauhinya dan mepet ke ujung ranjang.
Akan tetapi
Mas Heru makin mendesak maju menghampiriku dan duduk persis di sampingku.
Tubuhnya mepet kepadaku. Aku semakin ketakutan.
“ais… Kamu
nggak kasihan melihat Mas seperti ini? Ayolah, Mas kan sudah lama merindukan
untuk bisa menikmati badan Aisya yang langsing padat ini….!!!!”, desaknya.
“Jangan
berbicara begitu. Ingat Mas … aku kan adik ipar Mas sendiri…. ?”, jawabku
mencoba menyadarinya.
Mas Heru
sambil terus mendesakku berkata bahwa ia telah berhubungan dengan banyak wanita
lain selain Mbak Asih dan dia tak pernah mendapatkan wanita yang mempunyai
tubuh yang semenarik seperti tubuhku ini. Aku setengah tak percaya mendengar
omongannya. Ia hanya mencoba merayuku dengan rayuan murahan dan menganggap aku
akan merasa tersanjung.
Aku mencoba
menghindar… tapi sudah tidak ada lagi ruang gerak bagiku di sudut tempat tidur.
Ketika kutatap wajahnya, aku melihat mimik mukanya yang nampaknya makin hitam
karena telah dipenuhi nafsu birahi.
Aku mulai
berpikir bagaimana caranya untuk menurunkan hasrat birahi mertuaku yang
kelihatan sudah menggebu-gebu. Melihat caranya, aku sadar mertuaku akan berbuat
apa pun agar maksudnya kesampaian.
Kemudian
terlintas dalam pikiranku untuk mengocok kemaluannya saja, sehingga nafsunya
bisa tersalurkan tanpa harus memperkosa aku. Akhirnya dengan hati-hati
kutawarkan hal itu kepadanya.
“Yahh… biar Aisya
mengocok Mas saja ya… karena Aisya nggak mau Mas menyetubuhi Aisya … Gimana…?”
“Baiklah..”,
kata Mas Heru seakan tidak punya pilihan lain karena aku ngotot tak akan
memberikan apa yang dimintanya.
Mungkin
inilah kesalahanku. Aku terlalu yakin bahwa jalan keluar ini akan meredam
keganasannya. Kupikir biasanya lelaki kalau sudah tersalurkan pasti akan surut
nafsunya untuk kemudian tertidur. Aku lalu menarik celana pendeknya.
Ugh! Sialan,
ternyata dia sudah tidak memakai celana dalam lagi. Begitu celananya kutarik,
batangnya langsung melonjak berdiri seperti ada pernya. Aku sangat kaget dan
terkesima melihat batang kemaluan Mas Heru ….
Oooohhhh……
benar-benar keras . Jauh lebih keras daripada punya jajang pacarku. Mana hitam
lagi, dengan kepalanya yang mengkilap bulat besar sangat tegang berdiri dengan
gagah perkasa, padahal usianya sudah tidak muda lagi.
Tanganku
bergerak canggung. Bagaimananpun baru kali ini aku memegang kontol orang selain
milik pacarku, . Perlahan-lahan tanganku menggenggam batangnya. Kudengar
lenguhan nikmat keluar dari mulutnya seraya menyebut namaku.
“Ooooohhh…..sssshhhh…..
Aisya aaa…eee..eeenaaak… betulll..!!!” Aku mendongak melirik kepadanya. Nampak
wajah Mas Heru meringis menahan remasan lembut tanganku pada batangnya.
Aku mulai
bergerak turun naik menyusuri batangnya yang teramat keras itu. Sekali-sekali
ujung telunjukku mengusap moncongnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh
dari liangnya.
Kudengar Mas
Heru kembali melenguh merasakan ngilu akibat usapanku. Aku tahu dia sudah
sangat bernafsu sekali dan mungkin dalam beberapa kali kocokan ia akan
menyemburkan air maninya. Sebentar lagi tentu akan segera selesai sudah,
pikirku mulai tenang.
Dua menit,
tiga… sampai lima menit berikutnya Mas Heru masih bertahan meski kocokanku
sudah semakin cepat. Kurasakan tangan Mas Heru menggerayangi ke arah dadaku.
Aku kembali mengingatkan agar jangan berbuat macam-macam.
“Nggak
apa-apa …..biar cepet keluar..”, kata Mas Heru memberi alasan.
Aku tidak
mengiyakan dan juga tidak menepisnya karena kupikir ada benarnya juga. Biar
cepat selesai, kataku dalam hati.
Mas Heru
tersenyum melihatku tidak melarangnya lagi. Ia dengan lembut dan hati-hati
mulai meremas-remas kedua payudara di balik dasterku.
Aku memang
tidak mengenakan kutang kerena kebiasaanku tidur . Jadi remasan tangan mertua
langsung terasa karena kain daster itu sangat tipis.
Sebagai
wanita normal, aku merasakan kenikmatan juga atas remasan ini. Apalagi tanganku
masih menggenggam batangnya dengan erat, setidaknya aku mulai terpengaruh oleh
keadaan ini.
Meski dalam
hati aku sudah bertekad untuk menahan diri dan melakukan semua ini demi
kebaikan diriku juga. Karena tentunya setelah ini selesai dia tidak akan
berbuat lebih jauh lagi padaku.
“Aisya
sayang.., buka ya? Sedikit aja..”, pinta Mas Heru kemudian.
“Jangan Mas . Tadi kan sudah janji
nggak akan macam-macam..” ujarku mengingatkan.
“Sedikit aja. Ya?” desaknya lagi
seraya menggeser tali daster dari pundakku sehingga bagian atas tubuhku
terbuka.
Aku jadi
gamang dan serba salah. Sementara bagian dada hingga ke
pinggang sudah telanjang. Nafas kakak sepupuku semakin memburu kencang
melihatku setengah telanjang.
“Oh.., Aisya kamu benar-benar cantik
sekali….!!!”, pujinya sambil memilin-milin dengan hati-hati puting susuku, .
Aku terperangah. Situasi sudah mulai mengarah pada hal yang tidak kuinginkan.
Aku harus bertindak cepat. Tanpa
pikir panjang, langsung kumasukkan batang kemaluan mertuaku ke dalam mulutku
dan mengulumnya sebisa mungkin agar ia cepat-cepat selesai dan tidak berlanjut
lebih jauh lagi.
Aku sudah tidak mempedulikan
perbuatan Mas Heru pada tubuhku. Aku biarkan tangannya dengan leluasa
menggerayang ke sekujur tubuhku, bahkan ketika kurasakan tangannya mulai
mengelus-elus bagian kemaluanku pun aku tak berusaha mencegahnya.
Aku lebih berkonsentrasi untuk
segera menyelesaikan semua ini secepatnya. Jilatan dan kulumanku pada batang
kontolnya semakin mengganas sampai-sampai Mas Heru terengah-engah merasakan
kelihaian permainan mulutku.
Aku tambah bersemangat dan semakin
yakin dengan kemampuanku untuk membuatnya segera selesai. Keyakinanku ini
ternyata berakibat fatal bagiku.
Sudah hampir setengah jam, aku belum
melihat tanda-tanda apapun dari Mas Heru . Aku jadi penasaran, sekaligus merasa
tertantang.
Pacarku pun yang sudah terbiasa
denganku, bila sudah kukeluarkan kemampuan seperti ini pasti takkan bertahan
lama. Tapi kenapa
dengan Mas Heru ini? Apa ia memakai obat kuat?
Saking
penasarannya, aku jadi kurang memperhatikan perbuatan Mas Heru padaku. Entah
sejak kapan daster tidurku sudah terlepas dari tubuhku. Aku baru sadar ketika
Mas Heru berusaha menarik celana dalamku dan itu pun terlambat!
Begitu
menengok ke bawah, celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku. Aku sudah
telanjang bulat! Ya ampun, kenapa kubiarkan semua ini terjadi. Aku menyesal
kenapa memulainya.
Ternyata
kejadiannya tidak seperti yang kurencanakan. Aku terlalu sombong dengan
keyakinanku. Kini semuanya sudah terlambat. Berantakan semuanya! Pekikku dalam
hati penuh penyesalan. Situasi semakin tak terkendali. Lagi-lagi aku
kecolongan.
Mas Heru
dengan lihainya dan tanpa kusadari sudah membalikkan tubuhku hingga berlawanan
dengan posisi tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada
di bawahku.
Kami sudah
berada dalam posisi enam sembilan! Tak lama kemudian kurasakan sentuhan lembut
di seputar selangkanganku. Tubuhku
langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih.
Suka tidak
suka, mau tidak mau, kurasakan kenikmatan cumbuan Mas Heru di sekitar itu. Akh
luar biasa! Aku menjerit dalam hati sambil menyesali diri. Aku marah pada
diriku sendiri, terutama pada tubuhku sendiri yang sudah tidak mau mengikuti
perintah pikiran sehatku.
Tubuhku
meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidah Mas Heru . Kedua pahaku mengempit
kepalanya seolah ingin membenamkan wajah itu ke dalam selangkanganku.
Kuakui ia
memang pandai membuat birahiku memuncak. Kini aku sudah lupa dengan siasat
semula. Aku sudah terbawa arus. Aku malah ingin mengimbangi permainannya.
Mulutku bermain dengan lincah.
Batangnya
kukempit dengan buah dadaku yang membusung penuh dan kenyal.
Sementara kontol itu bergerak di antara buah dadaku, mulutku tak pernah lepas mengulumnya.
Sementara kontol itu bergerak di antara buah dadaku, mulutku tak pernah lepas mengulumnya.
Tanpa kusadari kami saling mencumbu
bagian vital masing-masing selama lima belas menit. Aku semakin yakin kalau Mas
Heru memakai obat kuat. Ia sama sekali belum memperlihatkan tanda-tanda akan
keluar, sementara aku sudah mulai merasakan desiran-desiran kuat bergerak
cepat ke arah pusat kewanitaanku. Jilatan dan hisapan mulut mertuaku benar-benar
membuatku tak berdaya.
Aku semakin
tak terkendali. Pinggulku meliuk-liuk liar. Tubuhku mengejang, seluruh aliran
darah serasa terhenti dan aku tak kuasa untuk menahan desakan kuat gelombang
lahar panas yang mengalir begitu cepat.
“Oooohhhhh.....Maaass…….aaaa….aaaaa……aaauugghhhhhhhhh..!!!!!” aku menjerit lirih begitu aliran
itu mendobrak pertahananku.
Kurasakan
cairan kewanitaanku menyembur tak tertahankan. Tubuhku menggelepar seperti ikan
terlempar ke darat merasakan kenikmatan ini. Aku terkulai lemas sementara
batang kontol Mas Heru masih berada dalam genggamanku dan masih mengacung
dengan gagahnya, bahkan terasa makin kencang saja.
Aku mengeluh
karena tak punya pilihan lain. Sudah kepalang basah. Aku sudah tidak mempunyai
cukup tenaga lagi untuk mempertahankan kehormatanku, aku hanya tergolek lemah
tak berdaya saat Mas Heru mulai menindih tubuhku.
Dengan
lembut ia mengusap wajahku dan berkata betapa cantiknya aku sekarang ini.
“ Aisya
…..kau sungguh cantik. Tubuhmu indah dan langsing tapi padat berisi..,
mmpphh..!!!”, katanya sambil menciumi bibirku, mencoba membuka bibirku dengan
lidahnya.
Aku seakan
terpesona oleh pujiannya. Cumbu rayunya begitu menggairahkanku. Aku diperlakukan bagai sebuah porselen yang mudah pecah. Begitu lembut
dan hati-hati. Hatiku entah mengapa semakin melambung tinggi mendengar semua
kekagumannya terhadap tubuhku.
Wajahku yang
cantik, tubuhku yang indah dan berisi. Payudaraku yang membusung penuh dan menggantung
indah di dada. Permukaan agak menggembung, pinggul yang membulat padat berisi
menyambung dengan buah pantatku yang `bahenol’.
Diwajah Mas
Heru kulihat memperlihatkan ekspresi kekaguman yang tak terhingga saat matanya
menatap nanar ke arah lembah bukit di sekitar selangkanganku yang baru numbuh
bulu-bulu hitam pendek, dengan warna kultiku yang putih mulus.
Kurasakan
tangannya mengelus paha bagian dalam. Aku mendesis dan tanpa sadar membuka
kedua kakiku yang tadinya merapat.
Mas Heru
menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. Kurasakan kepala
kontolnya yang besar ditempelkan pada bibir kemaluanku. Digesek-gesek, mulai
dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa ngilu bercampur geli dan
nikmat. Cairan yang masih tersisa di sekitar itu membuat gesekannya semakin
lancar karena licin.
Aku
terengah-engah merasakannya. Kelihatannya ia sengaja melakukan itu. Apalagi
saat moncong kontolnya itu menggesek-gesek kelentitku
yang sudah menegang. Mas Heru menatap tajam melihat reaksiku. Aku balas menatap
seolah memintanya untuk segera memasuki diriku secepatnya.
Ia tahu
persis apa yang kurasakan saat itu. Namun kelihatannya ia ingin melihatku
menderita oleh siksaan nafsuku sendiri. Kuakui memang aku sudah tak tahan untuk
segera menikmati batang kontolnya dalam memekku.
Aku ingin
segera membuatnya `KO’. Terus terang aku sangat penasaran dengan
keperkasaannya. Kuingin buktikan bahwa aku bisa
membuatnya cepat-cepat mencapai puncak kenikmatan.
“Maaass..?”
panggilku menghiba.
“Apa
sayang…”, jawabnya seraya tersenyum melihatku tersiksa.
“Cepetan..Maaasss…….!!!”
“Sabar
sayang. Kamu ingin
Maas berbuat apa…….?” tanyanya pura-pura tak mengerti.
Aku tak
menjawab. Tentu saja aku malu mengatakannya secara terbuka apa keinginanku saat
itu.
Namun Mas
Heru sepertinya ingin mendengarnya langsung dari bibirku. Ia sengaja
mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan
kontolnya. Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku.
“ Aisya ….iiii…
iiiingiiinnnn aaa…Maaass….se….se..
seeegeeeraaaa ma… masukin..!!!”, kataku terbata-bata dengan terpaksa.
Aku
sebenarnya sangat malu mengatakan ini. Aku yang tadi begitu ngotot tidak akan
memberikan tubuhku padanya, kini malah meminta-minta. Perempuan macam apa aku
ini!?
“Apanya yang
dimasukin…….!!”, tanyanya lagi seperti mengejek.
“Aaaaaaggggkkkkkhhhhh…..ya…Maaass. Ja…..ja….Jaaangan siksa Aisya ..!!!”
“Mas tidak
bermaksud menyiksa kamu sayang……!!”
“Oooooohhhhhh.., Maass… Aisya i ingin dimasukin kontol Maass ke dalam memek Aisya ……
uugghhhh..!!!”
Aku kali ini
sudah tak malu-malu lagi mengatakannya dengan vulgar saking tak tahannya
menanggung gelombang birahi yang menggebu-gebu. Aku merasa seperti wanita
jalang yang haus seks.
Aku hampir
tak percaya mendengar ucapan itu keluar dari bibirku sendiri. Tapi apa mau
dikata, memang aku sangat menginginkannya segera.
“Baiklah
sayang. Tapi pelan-pelan ya”, kata Mas Heru dengan penuh kemenangan telah
berhasil menaklukan diriku.
“Uugghh..”,
aku melenguh merasakan desakan batang kontolnya yang besar itu.
Aku menunggu
cukup lama gerakan kontol Mas Heru memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai.
Selain besar, kontol kakak sepupuku sangat panjang juga.
Aku sampai
menahan nafas saat batangnya terasa mentok di dalam. Rasanya sampai ke ulu
hati. Aku baru bernafas lega ketika seluruh batangnya amblas di dalam.
Mas Heru mulai menggerakkan
pinggulnya perlahan-lahan. Satu, dua dan tiga tusukan mulai berjalan lancar.
Semakin membanjirnya cairan dalam liang memekku membuat kontol mertuaku keluar
masuk dengan lancarnya. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk
perlahan. Naik turun mengikuti irama tusukannya.
Gerakan kami
semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak
beraturan karena yang penting bagiku tusukan itu mencapai bagian-bagian peka di
dalam relung kewanitaanku.
Dia tahu persis apa yang kuinginkan.
Ia bisa
mengarahkan batangnya dengan tepat ke sasaran. Aku bagaikan berada di
awang-awang merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Batang Mas Heru menjejal
penuh seluruh isi liangku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan
batang itu sangat terasa di seluruh dinding vaginaku.
“Aduuhh..
auuffhh.., nngghh..!!!”, aku merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua
kenikmatan ini.
Kembali aku
mengakui keperkasaan dan kelihaian Mas Heru di atas ranjang. Ia begitu hebat,
jantan dan entah apalagi sebutan yang pantas kuberikan padanya. jajang pacarku
tidak ada apa-apanya dibandingkan Mas Heru .
Yang pasti
aku merasakan kepuasan tak terhingga bercinta dengannya meski kusadari
perbuatan ini sangat terlarang dan akan mengakibatkan permasalahan besar
nantinya.
Tetapi saat
itu aku sudah tak perduli dan takkan menyesali kenikmatan yang kualami.
Mas Heru bergerak semakin cepat. Kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitive.
Mas Heru bergerak semakin cepat. Kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitive.
Aku meregang
tak kuasa menahan desiran-desiran yang mulai
berdatangan seperti gelombang mendobrak pertahananku. Sementara Mas Heru dengan
gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan.
Eranganku
semakin keras terdengar seiring dengan gelombang dahsyat yang semakin mendekati
puncaknya.
Melihat
reaksiku, Mas Heru mempercepat gerakannya. Batang kontolnya itu keluar masuk
dengan cepatnya seakan tak memperdulikan liangku yang sempit itu akan terkoyak
akibatnya.
Kulihat
tubuh Mas Heru sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Tubuhku yang
berkeringat nampak mengkilat terkena sinar lampu kamar.
Aku mencoba meraih tubuh Mas Heru untuk mendekapnya.
Aku mencoba meraih tubuh Mas Heru untuk mendekapnya.
Dan
disaat-saat kritis, aku berhasil memeluknya dengan erat. Kurengkuh seluruh
tubuhnya sehingga menindih tubuhku dengan erat. Kurasakan tonjolan otot-ototnya
yang masih keras dan pejal di sekujur tubuhku.
Kubenamkan
wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua
tanganku menggapai buah pantatnya dan menarik kuat-kuat.
Kurasakan
semburan demi semburan memancar kencang dari dalam diriku. Aku meregang seperti
ayam yang baru dipotong. Tubuhku mengejang-ngejang di atas
puncak kenikmatan yang kualami untuk kedua kalinya saat itu.
“Maaasss..,
ooooohhhhhhh.., Maaaasss..eeee…eeennnaaaakkkkkkkk…!!!”
Hanya itu
yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami
bersamanya.
“Sayang
nikmatilah semua ini. Mas ingin kamu dapat merasakan kepuasan yang sesungguhnya
belum pernah kamu alami….”, bisik Mas Heru dengan mesranya.
“Mas sayang padamu, Mas cinta
padamu…. Mas ingin melampiaskan kerinduan yang menyesak selama ini..”,
lanjutnya tak henti-henti membisikan untaian kata-kata indah yang terdengar
begitu romantis.
Aku
mendengarnya dengan perasaan tak menentu. Kenapa ini datangnya dari lelaki yang
bukan semestinya kusayangi. Mengapa kenikmatan ini kualami bersama Mas Heru
suami sepupuku sendiri, bukan dari pacarku…????.
Tanpa terasa
air mata menitik jatuh ke pipi. Mas Heru terkejut melihat ini. Ia nampak begitu
khawatir melihatku menangis.
“ Aisya sayang,
kenapa menangis?” bisiknya buru-buru.
“Maafkan Mas
kalau telah membuatmu menderita..”, lanjutnya seraya memeluk dan mengelus-elus
rambutku dengan penuh kasih sayang.
Aku semakin
sedih merasakan ini. Tetapi ini bukan hanya salahnya. Aku pun berandil besar
dalam kesalahan ini. Aku tidak bisa menyalahkannya saja. Aku harus jujur dan
adil menyikapinya.
“Mas tidak
salah. Aisya yang salah..”, kataku kemudian.
“Tidak
sayang. Mas yang salah…”, katanya besikeras.
“Kita, Mass.
Kita sama-sama salah”, kataku sekaligus memintanya untuk tidak memperdebatkan
masalah ini lagi.
“Terima
kasih sayang”, kata Mas Heru seraya menciumi wajah dan bibirku.
Kurasakan
ciumannya di bibirku berhasil membangkitkan kembali gairahku. Aku masih
penasaran dengannya. Sampai saat ini Mas Heru belum juga mencapai puncaknya.
Aku seperti
mempunyai utang yang belum terbayar. Kali ini aku bertekad keras untuk
membuatnya mengalami kenikmatan seperti apa yang telah ia berikan kepadaku.
Aku tak
sadar kenapa diriku jadi begitu antusias untuk melakukannya dengan sepenuh
hati. Biarlah terjadi seperti ini, Aku berjanji pada diriku sendiri, ini
merupakan yang terakhir kalinya.
Timbulnya
pikiran ini membuatku semakin bergairah. Apalagi sejak tadi Mas Heru
terus-terusan menggerakan kontolnya di dalam memekku. Tiba-tiba saja aku jadi
beringas. Kudorong tubuh Mas Heru hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan
menicumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya.
Kembali
kuselomoti batang kontolnya yang tegak bagai tiang pancang beton itu. Lidahku
menjilat-jilat, mulutku mengemut-emut. Tanganku
mengocok-ngocok batangnya.
Kulirik kewajah Mas Heru kelihatannya menyukai perubahanku ini.
Kulirik kewajah Mas Heru kelihatannya menyukai perubahanku ini.
Belum sempat
ia akan mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu
pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuh Mas Heru .
Selangkanganku berada persis di atas batangnya.
“Akh
sayang!” pekik Mas Heru tertahan ketika batangnya kubimbing memasuki liang
memekku. Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan
habis seluruh batangnya.
Selanjutnya
aku bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak seperti kuda binal yang sedang birahi.
Aku tak
ubahnya seperti pelacur yang sedang memberikan kepuasan kepada hidung belang.
Tetapi aku tak perduli. Aku terus berpacu. Pinggulku bergerak turun naik,
sambil sekali-sekali meliuk seperti ular.
Gerakan
pinggulku persis seperti penyanyi dangdut dengan gaya ngebor, ngecor,
patah-patah, bergetar dan entah gaya apalagi. Pokoknya malam itu aku
mengeluarkan semua jurus yang kumiliki dan khusus kupersembahkan kepada Mas
Heru !
“Ooohh…
oohhhh… oooouugghh.. Aisya.., luar biasa…..!!!” jerit Mas Heru merasakan
hebatnya permainanku.
Pinggulku
mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangan Mas Heru mencengkeram
kedua buah dadaku, diremas dan dipilin-pilin,
Ia lalu
bangkit setengah duduk. Wajahnya dibenamkan ke atas dadaku. Menjilat-jilat
seluruh permukaan dadaku dan akhirnya menciumi putting susuku. Menghisapnya
kuat-kuat sambil meremas-remas menyedot susuku .
Kami berdua
saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan dinginnya udara
meski kamarku menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami
jadi lengket satu sama lain.
Aku berkutat
mengaduk-aduk pinggulku. Mertuaku menggoyangkan pantatnya. Kurasakan tusukan
kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah
cepatnya. Permain kami semakin meningkat dahsyat.
Sprei
ranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar
berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak
terkendali. Kurasakan Mas Heru mulai memperlihatkan tanda-tanda.
Aku semakin
bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Mungkin goyangan pinggulku akan
membuat iri para penyanyi dangdut saat ini. Tak selang beberapa detik kemudian,
aku pun merasakan desakan yang sama.
Aku tak
ingin terkalahkan kali ini. Kuingin ia pun merasakannya. Tekadku semakin kuat.
Aku terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku sudah tak perduli suaraku
akan terdengar kemana-mana. Kali ini aku harus menang! Upayaku ternyata tidak
percuma.
Kurasakan
tubuh Mas Heru mulai mengejang-ngejang. Ia
mengerang panjang. Menggeram seperti harimau terluka. Aku pun merintih persis
kuda betina binal yang sedang birahi.
“Eerrgghh..
ooooo….ooooooo…..oooooouugghhhhhh..!!!!” Mas Heru berteriak panjang.
Tubuhnya
menghentak-hentak liar. Tubuhku terbawa
goncangannya. Aku memeluknya erat-erat agar jangan sampai terpental oleh
goncangannya. Mendadak aku merasakan semburan dahsyat menyirami seluruh relung
vaginaku.
Semprotannya
begitu kuat dan banyak membanjiri liangku. Akupun rasanya tidak kuat lagi
menahan desakan dalam diriku. Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku
berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan dengan Mas Heru .
Tubuh kami
bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. Saking dahsyatnya, tubuh
kami terjatuh dari ranjang. Untunglah ranjang itu tidak terlalu tinggi dan
permukaan lantainya tertutup permadani tebal yang empuk sehingga kami tidak
sampai terkilir atau terluka.
“Oooooogggghhhhhhh.. Maaass..,nik….nikkkk
nikmaatthh…. Maaasss..!!!!” jeritku tak tertahankan.
Tulang-tulangku serasa lolos dari persendiannya. Tubuhku lunglai, lemas tak bertenaga
terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 2 jam!
Gila!
Jeritku dalam hati. Belum pernah rasanya aku bercinta sampai sedemikian
lamanya. Aku hanya bisa memeluknya menikmati sisa-sisa kepuasan. Perasaanku
tiba-tiba terusik.
Sepertinya
aku mendengar sesuatu dari luar pintu kamar, kayaknya si Inah…. Karena
mendengar suara ribut-ribut dari kamar, rupanya ia datang untuk mengintip….
Tetapi aku
sudah terlalu lelah untuk memperhatikannya dan
akhirnya tertidur dalam pelukan Mas Heru , melupakan semua konsekuensi dari
peristiwa di sore ini
Apalagi
sepulang kuliah Mas Heru sudah menungguku dirumah , dengan senyuman yang menggoda
kembali merayuku .
"Kamu
cantik sekali deh Aisya ..", sambil matanya tertuju pada belahan dada
saya. Muka saya langsung merah, kaget dan dadaku berdetak kencang.
Tiba-tiba
Mas Heru menarik tanganku masuk ke dalam kamar, lalu dia langsung menutup
pintu.
" Ada apa Mas , Aisya Takut
nanti Mbak Asih pulang Maaass."
Lalu Mas Heru membuka baju dan
celananya, sehingga Mas Heru hanya mengenakan celana dalam saja.
Tampak jelas di depanku bahwa
"penis"-nya sudah tegang di balik celana dalamnya. Ia memegang
tanganku dan menuntun tanganku ke dalam celana dalamnya.
Saya merasakan "penis"-nya
yang besar dan tegang itu dan Mas Heru memintaku untuk meremas-remas penisnya.
Ia memaksaku untuk membuka celana dalamnya, setelah saya membuka celana
dalamnya, tampak jelas penisnya yang sudah ereksi.
Ketika Mas Heru melepas BH dan
celana dalamku, tentu saja dengan sedikit bantuanku. Setelah Mas Heru
menyingkirkan pakaian dalamku, badannya yang tinggi dan atletis itu, menindih
badanku di atas ranjang dan ia mulai menjilati puting payudaraku sampai saya
benar-benar menggeliat keenakan, kurasakan basah pada bibir kemaluanku, saya
baru tahu bahwa inilah yang akan terjadi padaku kalau saya benar-benar
terangsang.
Lalu tangannya yang kekar itu mulai
meraba bibir kemaluanku dan mulai memainkan clitorisku sambil sesekali
mencubitnya. Saya yang benar-benar terangsang tidak bisa berbuat apa-apa selain
mendesah dan menggeliat di atas meja.
Cukup lama ia memainkan tangannya di
kemaluanku, lalu Mas Heru mulai menjilati bibir bagian bawah kemaluanku dengan
nafsunya, tangan kanannya masih memainkan clitorisku.
Tidak lama saya bertahan pada
permainannya itu, kira-kira 5 menit kemudian, saya merasakan darahku naik ke
ubun-ubun dan saya merasakan sesuatu kenikmatan yang sangat luar biasa, badanku
meregang dan saya merasakan cairan hangat mengalir dari liang kemaluanku,
Mas Heru tanpa ragu menjilati cairan
yang keluar sedikit demi sedikit itu dengan nafsunya sampai hanya air liurnya
saja yang membasahi kemaluanku.
Badanku terasa lemas sekali, lalu
Mas Heru duduk di pinggir ranjang dan memandangi wajahku yang sudah basah
bermandikan keringat.
"Kamu kelihatan capek banget ya
isss...". Saya hanya tersenyum.
"Habis Maas ciieee , bikin nya
",
Seperti sudah mengerti, saya jongkok
di hadapannya, lalu mulai mengelus-ngelus penisnya, sambil sesekali menjilati
dan menciuminya,
Saya juga tidak tahu bagaimana saya
bisa bereaksi seperti itu, yang ada di pikiranku hanya membalas perbuatannya
padaku, dan cara yang kulakukan ini pernah kulihat dari salah satu film yang
pernah kutonton.
Mas Heru hanya meregangkan badannya
ke belakang sambil mengeluarkan suara-suara yang malah makin membuatku ingin
memasukkan penisnya ke dalam mulutku, tidak berapa lama kemudian saya memegang
pangkal kemaluannya itu dan mulai mengarahkannya masuk ke dalam mulutku,
Terasa benar ujung penisnya itu
menyentuh dinding tenggorokanku ketika hampir semua bagian batang kemaluannya
masuk ke dalam mulutku, lalu saya mulai memainkan penisnya di dalam mulutku,
terasa benar kemaluanku mulai mengeluarkan cairan basah lagi, tanda kalau saya
sudah benar-benar terangsang padanya.
Kira-kira 5 menit saya melakukan
oral seks pada Mas Heru , tiba-tiba badan Mas Heru yang sudah basah dengan
keringat itu mulai bergoyang-goyang keras sambil ia berkata,
"aarghh..., Saya udah gak tahan
lagi nih aisssrr ..., Saya mau keluarr...".
Saya yang tidak benar-benar
memerhatikan omongannya itu masih saja terus memainkan penisnya, sampai
kurasakan cairan hangat kental putih dan agak asin keluar dari lubang kemaluan
Mas Heru ,
Saya langsung mengeluarkan penisnya
itu dan seperti kesetanan, saya malah menelan cairan spermanya, dan malah
menghisap penisnya sampai cairan spermanya benar-benar habis.
Saya duduk sebentar di ranjang, dan
kuperhatikan Mas Heru yang tiduran di ranjang sambil mencoba memelankan irama
nafasnya yang terengah-engah.
Saya hanya tersenyum padanya, lalu
Mas Heru bangun dan menghampiriku, Dia juga hanya tersenyum padaku. Cukup lama
kami berpandangan dengan keadaan bugil dan basah berkeringat.
"Kamu cantik dan baik banget isss
", katanya tiba-tiba.
Saya hanya
tertawa kecil dan mulai mencium bibirnya. Mas Heru membalas dengan nafsu sambil
memasukkan tangannya ke dalam lubang kemaluanku. Cukup lama kami bercumbu,
hingga akhirnya akupun tak kuasa menahan nafsu
birahiku,langsung ku raih batang mas heru dan langsung kuarahkan pada lobang
vaginaku yang udah basah oleh cairan kenikmatan,dan
akhirnya.....blessss....slepp.....acchhh,,,mas
nikmatt sekaliii kontollmu masss,.......sodokk
teruss...mass....achhh.......dengan irama....hentakan dariu mas heru....hingga
menimbulkan suara...yang
merangsang....ploookkk...plok...plokk.......aachhhhaku...mauuu...kheeeluarr
masss.....dan akhirnyaaa....jebollah dinding kenikmatan
ituuu...,,,..cratt...crot...crott.....
Setelah
kejadian itu.....selang beberapa bulan aku menikat dengan pacarku jajang,...namun
perselingkuhanku dengan mas Heru masih berlanjut....ketika suamiku pergi
bekerja...aku langsung..datang kerumah Mas heru untuk menuntaskan hasrat
birahiku.....
Kebetulan...pas pagi-pagi aku datang kerumahnya,aku
langsung masuk..ternyata di rumah mas heru sepi tak ada siapa-siapa ,aku
langsung menengok kamar mas heru ternyata
dia masih tidur,dengan hanya memakai kain sarung.....aku kaget ternyata
burung mas heru bangun karena nggak pakai cd,tanpa pikir panjang aku langsung
masuk kekamarnya dan langsung kuraih senjatanya,,....tanpa basa basi langsung
aku kulum kontolnyakujilati,ku sedot,,..hingga mas heru menggeliat dan
terbangun,,pakaianku pun langsung kulepas semua,aku langsung naik keatas
ranjang mas heru dan kuarahkan kontolnya masuk ke lubang memekku yang udah
basah...slepp....bleesss.....aachhhh...aisss.....memekmu nikmat sayang...ya
mass...aiss.....udah gak tahan...mass....makanya langsung ais masukin kontol
mass.....aaacchhh.....mass...aaaiis mauu keluarrr masss.......plokkk..lok.........acchhh...
craattt..cror,,..ott...masssss....nikmattt banget
masss...........................aku terkulai lemas di pelukan mas heru..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar