Saat ini aku sudah lulus dan
sudah berkali-kali melamar pekerjaan ke sana-kemari namun belum ada hasil.
Semua lamaran yang kukirimkan selalu kandas. Pernah aku dipanggil oleh sebuah
perusahaan untuk test di Surabaya. Aku pun berangkat ke Surabaya dan lolos tes
penyaringan pertama. Saat itu sainganku tinggal 5 orang untuk memperebutkan
satu posisi, yaitu bagian pemasaran. Akan tetapi rupanya keberuntungan belum
berpihak kepadaku. Aku harus gigit jari untuk kesekian kalinya, karena aku
dinyatakan gagal pada saat wawancara.
Sedih dan putus asa rasanya. Aku
merasa seolah-olah hidup ini tiada berguna. Aku menjadi malas untuk melamar
lagi. Toh paling-paling gagal. Pernah pula ada yang menawari untuk mengisi
lowongan menjadi PNS. Tetapi orang tuaku harus menyediakan 75 juta untuk
pegawai dengan ijasah sarjana! Gila..!! Jaman susah begini darimana mendapatkan
75 juta! Sedangkan uang 75 ribu perak aja enggak punya! Bagaimana mau bayar 75
juta buat jadi PNS! Memang boleh dibayar pakai daun! Ada-ada saja orang gila
yang menawari pekerjaan tapi harus bayar! Hanya orang goblok aja yang mau bayar
segitu! Masak mau kerja untuk nyari uang malah harus bayar! Dunia sudah
terbalik memang, orang kerja bukannya dapat uang malah kehilangan uang!
Sejak saat itu aku jadi alergi
sama yang namanya PNS! Paling mereka pada jadi PNS boleh dapat nyogok! Tidak
seperti dulu, menjadi pegawai benar-benar didasari oleh kompetensi dan
kapabilitas! Kalau sekarang bulshit, kalau ada yang bilang masuk PNS tanpa sogokan!
Makanya tidak mengherankan kalau mereka saat ini sibuk nyari pungli dan korupsi
buat ngembaliin modal saat nyogok dulu! Habis kalau mengandalkan gaji saja
entah kapan balik modal alias kerja makan gaji uang sendiri!
Padahal kalau dipikir-pikir uang 75 juta mending buat modal usaha apa
kek! Jual cabai kek atau yang paling
gampang dan enggak bakalan rugi buat modal untuk buka panti pijat! Ditanggung
dapat gaji lebih besar dari PNS dan tiap hari bisa minta dipijat gratis.. Tis..
Tis.. Tis! Iya nggak? Nah berhubung aku enggak punya 75 juta ya terpaksa gigit
jari aja sambil mijat-mijat kepala sendiri!
Saat lagi pusing-pusingnya
mikirin susahnya nyari kerja tiba-tiba ada telpon dari kakak sepupuku yang ada
di Jakarta kalau koleganya seorang pengusaha dari Korea membutuhkan asisten
yang bisa bahasa Inggris untuk membantunya. Spontan aku merasa memperoleh
harapan baru! Dunia yang tadinya kulihat gelap sekarang kembali cerah! Dengan semangat 45
esoknya aku segera berangkat ke Jakarta dengan kereta Senja Bengawan! Yah..
Saat ini aku baru mampu menggunakan kereta ini, walaupun tidak nyaman tetapi
sangat membantu dengan harga tiket yang sangat terjangkau.
Pagi-pagi sekali aku sudah sampai di Stasiun Tanah Abang. Lalu dengan
naik Kopaja jurusan Tanah Abang-Ciledug aku meneruskan perjalanan ke rumah
kakak sepupuku di daerah Ciledug. Kemudian setelah mandi dan sarapan aku ikut
kakaku berangkat ke kantornya untuk diperkenalkan dengan koleganya yang
membutuhkan asisten.
Oh iya aku belum sempat memperkenalkan kakak sepupuku. Kakak sepupuku
ini adalah anak dari kakaknya bapakku. Mas Kris aku biasa memanggilnya demikian
sudah beristri dan punya dua anak laki-laki yang masih balita. Ia kira-kira 7
tahun di atasku. Istrinya, Mbak Sarah adalah gadis dari Bali. Darah balinya
masih kelihatan dari bentuk matanya yang sebesar jengkol. Nah Mas Kris ku ini
sehari-harinya bekerja di salah satu perusahaan dagang milik orang Korea di
Jakarta sehingga ia mempunyai banyak kenalan orang Korea, yang merupakan teman
bosnya. Akhirnya saat-saat yang mendebarkan pun tiba. Aku diperkenalkan dengan
Mr. Park seorang importir rotan. Ia membutuhkan asisten karena dalam waktu
dekat ia akan membuka perusahaan dagang di Jakarta. Ia sangat membutuhkan orang
yang dipercaya untuk membantunya karena ia akan selalu mondar-mandir Jakarta-Seoul
sehingga perlu mencari asisten yang dapat dipercayanya jika ia tidak ada. Orang
Korea terkenal diiplin dan ketat.
Makanya mereka akan mencari orang berdasarkan referensi dari teman-teman
Koreanya. Kakak sepupuku termasuk orang yang cukup dipercaya oleh orang Korea
karena ia sudah bekerja ikut orang Korea selama 10 tahunan dan tidak pernah
berganti-ganti boss. Makanya tidak mengherankan kalau ia diminta tolong
mencarikan kenalan yang bisa dipercaya. Dan atas kejujurannya aku pun ikut
memperoleh keberuntungan. Entah dengan cara apa aku nanti dapat membalas jasa
kakak sepupuku ini.
Singkat cerita, aku saat ini
bekerja ikut Mr. Park. Aku membantunya menterjemahkan saat ia bertemu dengan
para pengrajin rotan, baik dari daerah Bogor, Tangerang maupun dari Cirebon,
Solo atau Jepara. Aku sangat beruntung karena dengan ikut Mr. Park aku jadi
tambah pengalaman mengunjungi kota-kota sentra kerajinan rotan di Cirebon,
Jepara bahkan ke kotaku Solo. Tidak terasa sudah empat tahun aku bekerja ikut
Mr. Park. Rupanya Mr. Park cukup percaya kepadaku hingga aku pernah diajaknya
jalan-jalan ke Korea dan ke Malaysia. Sekali lagi aku sangat beruntung!
Bayangkan tanpa harus keluar 75 juta buat nyogok, aku bisa jalan-jalan ke luar
negeri lagi!
Mr. Park sudah punya punya istri dan
tiga orang anak di Korea. Anaknya yang paling besar bahkan sudah kuliah di USA.
Aku sendiri sudah kenal dengan mereka saat aku diajak ke Korea dulu. Oh ya umur
Mr. Park sekarang mungkin sekitar 51 tahunan. Tetapi ia tampak lebih muda
dibandingkan usianya. Orangnya tidak galak bahkan cenderung suka membanyol.
Salah satu banyolan konyol yang sering membuat para pengrajin
terpingkal-pingkal adalah ucapan selamat paginya yang dimirip-miripkan dengan
parikan bahasa Jawa. Ia selalu mengucapkan "Hallo.. Good morning selamat
pagi.. Memek kambing bulat persegi" kalau bertemu dengan pengrajin yang
menjadi langganannya. Spontan ucapannya selalu ditimpali dengan gurauan-gurauan
jorok dari para pengrajin. Tapi itulah justru yang membuat dia awet muda. Salah
satu kegemaran Mr. Park kalau datang ke Indonesia adalah mengunjungi diskotek
dan karaoke. Aku selalu diajak ke mana ia pergi. Sehingga aku banyak kenal
dengan PR diskotek-diskotek yang ada di sekitar Tangerang ini. Soal
kegemarannya akan wanita jangan ditanya! Ia pasti akan minta ditemani PR yang
bertubuh montok dan berdada besar. Karena setiap masuk diskotek ia selalu
meminta kepada Mami (koordinator PR) begini.
"Hallo.. Mami.. Saya mau
nona yang ininya besar.. Banyak air.. Baguse" sambil tangannya menunjuk
dadanya waktu bilang ininya... lalu mangacungkan jempolnya! Aku jadi selalu
ketawa sendiri kalau mendengar ia memesan nona kepada Mami di diskotek atau
karaoke. Maksudnya ia minta ditemani gadis yang montok. Katanya cewek montok
"ja gung"-nya enak! Ja gung itu bahasa Korea artinya memek! Bukannya
jagung yang biasa dibakar atau direbus disini! Sayang dong kalau
dibakar atau direbus! Lebih enak dijadikan sashimi! Ha.. Ha.. Ha!
Demi efisiensi biaya, Mr. Park mengontrak rumah di daerah Serpong yang
berfungsi sekalugus sebagai kantor. Mr. Park tinggal di Indonesia paling lama
sekitar 10 hari, selanjutnya dua bulan atau tiga bulan sekali ia baru datang ke
*********** Sebagai orang kepercayaan Mr. Park, aku harus bertanggungjawab atas
operasi jalannya perusahaan setiap ia berada di Korea. Aku harus selalu
mengontrol pekerjaan pengrajin sebelum siap ekspor dan selebihnya mengurus
administrasi di kantor yang sekaligus rumah tinggalnya. Aku sendiri tinggal di
luar kompleks perumahan itu yang berjarak 1 km dari kompleks perumahan tempat
tinggalnya.
Nah seperti yang sudah kuceritakan di atas, kegemaran Mr. Park terhadap
wanita sangat besar. Untuk itu ia mengontrak cewek Indonesia untuk dijadikan
"istri" selama di *********** Aku kurang begitu paham berapa
kontraknya dan bagaimana kesepakatan kontraknya, yang jelas cewek itu dulunya
bekerja di salah satu karaoke yang menjadi langganannya. Sesuai seleranya,
cewek yang dijadikan "istri" orangnya montok dan sangat seksi! Aku
biasa memanggilnya Mbak Wulan.
Mbak Wulan orangnya tinggi, bahkan lebih tinggi dariku! Tingginya
mungkin ada sekitar 165-an soalnya aku cuma 160-an! Kulitnya putih bersih dan
selalu tercium bau wangi parfum berkelas. Ia asli Yogyakarta dan umurnya
kira-kira sebaya denganku sekitar 26 tahunan. Dulu ia pernah kuliah di ABA
tetapi karena kendala biaya ia drop-out dan bekerja sebagai PR di sebuah
karaoke lalu ketemu dengan bossku ini. Ia mau dijadikan "istri"
kontrak oleh bossku karena ia butuh biaya untuk membiayai adik-adiknya yang
masih sekolah. Praktis setelah menjadi "istri" bossku ia dilarang
melayani orang lain, jadi bisa dikatakan ia memble kalau bossku pulang ke
Korea.
Selain aku, ada satu orang staf
perempuan yang menjadi bagian administrasi. Aku biasa memanggilnya Titin. Ia
seorang lulusan SMK jurusan sekretaris. Ia masih sangat muda. Usianya baru 20
tahun dan baru ikut Mr. Park kurang dari 1 tahun. Titin berasal dari
Ngawi dan tinggal bersama kakaknya di dekat kontrakanku. Selain Titin ada lagi
1 orang pembantu, Ceu Entin dari Ciamis dan Mas Pardi, sopir pribadi Mr. Park.
Mungkin karena sering ditinggal Mr. Park, Mbak Wulan jadi sering
kesepian. Ada saja ulahnya yang "mengundang" nafsuku kalau Mr. Park
sedang di Korea. Ia sering membuatkan aku kopi ginseng walaupun untuk sekedar membuat
kopi sudah ada Ceu Entin. Sialnya ia membawa kopi itu ke ruangan yang dijadikan
kantor dengan mengenakan baju ketat tanpa lengan! Sehingga setiap kali
menyodorkan cangkir bulu keteknya yang tebal selalu kelihatan jelas! Sungguh
merangsang bagi darah mudaku! Soalnya kulitnya yang putih bersih sangat kontras
dengan keteknya yang gondrong!
Apalagi dadanya yang sangat montok nampak tercetak di balik baju
ketatnya, sungguh membuat aku selalu salah tingkah. Saat berjalan keluar
setelah mengantarkan kopiku, pinggulnya seolah-olah sengaja digoyang bak
peragawati kesiangan! Hal ini membuat "adik kecilku" selalu berontak
ingin keluar! Aku cuma bisa membayangkan alangkah nikmatnya menyetubuhi Mbak
Wulan! Awas lu! Aku mengancam! Kalau bisa jadi milikku tak akan kubiarkan Mbak
Wulan pakai celana dalam dan bra! Benar-benar ancaman gila! Habis salah siapa
ia selalu bikin aku "cenggur" (Ngaceng tapi nganggur!)
Suatu siang, saat Mr. Park masih di Korea, seperti biasa sehabis
mengontrol pekerjaan pengrajin di daerah Curug aku datang ke kantor dengan Mas
Pardi. Aku selalu diantar Mas Pardi yang menyopir kalau kemana-mana. Hari itu
kebetulan Titin tidak masuk karena sedang mens hari pertama. Ia selalu sakit
perut kalau datang bulan sehingga selalu minta ijin tidak masuk! Praktis di
kantor aku sendirian.
Lagi asyik-asyiknya membuat laporan perkembangan produksi, tiba-tiba
telpon di dekatku berdering.
"Halloo.. Selamat
siang" seruku. "Yo bo seo.. Ini siapa ya" terdengar suara bahasa
Indonesia agak kaku disebarang sana (Kalau menurut pendengaranku bunyinya mirip
'sopo siro' yang dalam bahasa Jawa artinya 'siapa kamu'). "Ya.. Ini Iwan
Mister! Maaf ini mister siapa ya?" "Ya Iwan.. Saya Mr. Kang. Sopire
ada?" ternyata yang telpon Mr. Kang teman kental bosku yang sering mabuk-mabukan
bersama-sama. Maksudnya ia menanyakan sopir. Orang Korea sulit menyebutkan
konsonan di belakang sehingga selalu ditambah sendiri sopir jadi sopire.
"Oh sopire ada mister. Ada yang bisa dibantu mister" jawabku
ikut-ikutan menyebut sopire secara spontan.
"Itu sopire saya pakai. Saya mau ke Jakarta ketemu teman! Saya tidak ada mobil. Sopire boleh datang ke
rumah saya ya! "Sebentar saya tanya nona dulu mister! Nanti kalau boleh
sopire saya suruh datang ke rumah mister!" maksudku saya mau bilang sama
Mbak Wulan kalau Mas Pardi diminta Mr. Kang mengantarnya ke Jakarta.
"Ya.. Cepat kamu bicara-bicara sama nona. Nanti suruh sopire datang
ke rumah ya!"
"Baik mister " jawabku
"Ya.. Gam sa hab ni da" terdengar suara Mr. Kang di seberang
dan telpon ditutup.
Nampaknya Mbak Wulan sangat senang mendengar permintaan Mr. Kang. Dengan
segera disuruhnya Mas Pardi berangkat mengantar Mr. Kang ke Jakarta. Mas Pardi
pun sangat senang, karena hal ini berarti uang tambahan bagi dia! Dengan
mengantar Mr. Kang pasti ia akan mendapatkan uang tambahan yang lumayan.
Setelah Mas Pardi berangkat, di rumah tinggal aku, Mbak Wulan dan Ceu Entin.
Merasa tidak ada pekerjaan, Ceu Entin minta ijin sama Mbak Wulan untuk main ke
rumah saudaranya yang mengontrak di luar kompleks perumahan. Kebetulan pikirku!
Mbak Wulan pun seperti memberi angin, diijinkannya Ceu Entin pergi sehingga di
rumah tinggal aku dengan Mbak Wulan yang selalu kurindukan!
Pikiran-pikiran kotorku segera bekerja mencari cara bagaimana
memanfaatkan kesempatan emas ini untuk dapat menaklukkan Mbak Wulan! Dasar lagi
mujur. Saat itu aku kok inginnya ke WC melulu. Karena tidak ada teman bicara
jadi mungkin perasaannya pengin kencing saja. Tanpa syak wasangka aku langsung
saja membuka pintu kamar mandi yang walaupun tidak dipakai selalu tertutup.
Kamar mandi itu memang biasa dipakai karyawan, karena Mr. Park punya kamar
mandi sendiri di kamar tidurnya.
Aku sangat terkejut saat Mbak Wulan menjerit begitu pintu kubuka.
Ternyata Mbak Wulan sedang kencing sambil jongkok menghadap ke pintu. Aku
terbengong-bengong terpaku menatap selangkangannya yang terbuka lebar! Baru
kali ini aku melihat cewek sedang pipis. Oh indah sekali pemandangannya. Bukit
kemaluannya yang lebat ditumbuhi rambut kelihatan memancarkan air seperti
semburan jet pump "pedrollo"-nya Basuki. Celah sempit di sela-sela
gundukan bukit itu berwarna merah jambu seperti delima merekah. Mbak Wulan pun
kaget hingga tidak sempat menutupi aktivitas pribadinya, ia hanya melongo dan
tidak menyangka kalau akan ada orang masuk ke kamar mandi itu.
"Ehh.. Eh.. Awas.. Aku sedang pipis..!" jeritnya terbata-bata.
"Sorry Mbak.. Aku enggak tahu ada orangnya.." aku tersipu
malu.
"Tutup.. Pintunya" teriaknya lagi melihat aku melotot sambil
melihat ke arah selangkangannya.
Seperti tersadar aku langsung menutup pintu dan kabur masuk ke ruangan
kantor lagi. Dadaku bergemuruh tak menentu setelah menyaksikan pemandangan yang
luar biasa tadi. Aku cemas jangan-jangan nanti Mbak Wulan marah dan melapor
kepada Mr. Park bisa gawat nanti.
Hatiku tambah mencelos saat aku mendengar panggilannya. Aku
bertanya-tanya apa gerangan yang akan aku hadapi. Jangan-jangan aku akan
dimaki-maki dan dimarahi. Apa yang harus kulakukan? Berbagai pertanyaan
berkecamuk dalam hatiku.
"Wan.. Tadi kamu lihat semuanya ya?" selidik Mbak Wulan saat
aku mendekat.
"Ti.. Tidak Mbak.. Ma.. Maaf aku enggak tahu ada Mbak Wulan di
situ" jawabku sedikit berbohong. Maksudnya berbohong kalau aku tidak
melihat selangkangannya.
"Bohong.. Pasti kamu tadi lihat aku pipis! Iya kan? Ngaku aja
deh..! Mbak engak marah kok" suaranya terdengar biasa. "Iya deh..
Mbak saya ngaku.. Tapi.. Swear saya enggak tahu kalau ada orang di situ"
kataku membela diri.
"Ya.. Benar juga aku yang salah tidak mengunci pintu. Lagian tadi
aku terburu-buru dari dapur sedang bikin kopi buat mu terus kepengin pipis jadi
enggak sempat ke kamar mandi di kamar Mbak Wulan" kata-katanya melegakan
hatiku.
"Benar Mbak saya minta maaf
deh.." plong rasanya lega Mbak Wulan tidak marah.
"Enggak apa-apa, oh ya itu
sudah Mbak bikinkan kopi ginseng ambil aja di dapur!"
"Terima kasih Mbak.."
aku langsung ngeloyor ke dapur yang terletak dibelakang ruang tengah yang
dibatasi dinding tanpa pintu.
Lagi-lagi Mbak Wulan membuat hatiku berdebar karena ia berdiri sangat
dekat denganku. Parfum Dunne yang dipakainya semerbak menusuk hidung merangsang
birahiku. Apalagi ia hanya memakai gaun baby doll tanpa lengan sehingga bulu
keteknya yang lebat kelihatan sangat merangsang saat ia mengangkat lengannya.
Lagi-lagi terjadi kecelakaan kecil. Saat aku berbalik membawa kopiku aku
bertabrakan dengan Mbak Wulan yang akan masuk ke dapur. Akibatnya kopiku tumpah
dan sebagian mengenai perut dan pahanya. Ia menjerit karena kopinya cukup
panas.
"Aduhh.." ia menjerit
kesakitan.
"Ee.. So.. Sorry
Mbak.." aku gugup dan segera berlari mengambil tissue di meja dapur untuk
membersihkan tumpahan kopi yang mengotori gaunnya di bagian perut.
"Aduhh.. Panass.."
desis Mbak Wulan kepanasan.
Dengan panik aku segera mengelap
dan menggosok bagian perutnya yang tersiram kopi dan tanpa sadar Mbak Wulan pun
menyingkap gaunnya membuka pahanya yang kepanasan tersiram air kopi tadi. Aku pun segera
mengelap pahanya pelan-pelan dengan tissue yang kupegang.
"Sorryy Mbak.. Aku enggak sengaja" aku semakin gugup karena
Mbak Wulan mendesis-desis terus.
"Cepat ambil nivea creme di meja rias kamar.." desisnya. Aku
segera berlari masuk ke kamar Mbak Wulan dan mencari-cari krim yang dimintanya.
Mungkin karena aku enggak keluar-keluar, Mbak Wulan segera menyusul masuk ke
kamar.
"Itu.. Yang seperti odol yang warnanya putih tutupnya biru"
lagi-lagi Mbak Wulan mengangkat lengan menunjuk botol yang dimaksud. Bulu
keteknya yang lebat sangat merangsang birahiku. Untungnya air kopi yang tumpah
tidak terlalu panas karena sempat ditinggal pipis Mbak Wulan tadi sebelum
memanggilku untuk mengambilnya, sehingga tidak meninggalkan bekas luka bakar.
Ia cuma sedikit kepanasan. Mbak Wulan duduk di tepi tempat tidur dan menyingkap
gaunnya ke atas. Aku dengan sukarela membantunya
membalur pahanya yang tersiram dengan nivea. Kedua mata Mbak Wulan terpejam dan
napasnya sedikit tertahan saat aku membalur pahanya dari arah atas lututnya ke
atas. Gaunnya disingkapkan ke atas hingga gundukan kemaluannya yang terbungkus
celana dalam putih tampak membayang warna kehitaman. Bahkan dari celah-celah
bagian bawah ada beberapa helai rambut kemaluannya yang menjulur keluar.
Pahanya sangat lembut dan halus.
Aku agak gemetar saat menyentuh
kulit pahanya yang lembut. Darahku bergolak menghadapi keadaan itu. Namun aku
tidak berani memulai. Soalnya resikonya terlalu berat untukku. Aku takut kalau Mbak
Wulan mengadu kepada Mr. Park kelak. Bisa-bisa aku kehilangan pekerjaan! Dasar
nasib mujur.. Mbak Wulan diam saja saat aku mengelus-elus pahanya walaupun
seluruh pahanya sudah selesai kulumuri krim. Matanya masih terpejam.
Akupun sekarang tidak lagi mengelus, tetapi berganti memijit-mijit
pahanya kiri dan kanan bergantian. Jari-jariku merangkak dari atas lutut ke
atas hingga pangkal pahanya. Mbak Wulan diam saja bahkan sedikit-demi sedikit
mulai menggeser pahanya agak lebih terbuka.
Aku semakin berani. Jari-jariku sedikit kutekan pada saat memijat daerah
pangkal pahanya yang sudah terbuka lebar. Bahkan kadang aku sedikit
menyentuhkan tanganku pada gundukan di selangkangannya yang terbungkus celana
dalam putih itu dengan gerakan yang seolah-olah tidak sengaja. Napas Mbak Wulan
mulai memburu. Dan ia melenguh pelan saat tanganku menyentuh gundukan bukit di
selangkangannya. Hal ini membuat aku lupa diri. Aku semakin berani lagi. Dari
hanya menyentuh sekarang aku sudah mulai berani memegang bukit kemaluannya,
walaupun hanya dari luar CD-nya. Celana dalamnya sudah mulai basah. Tetapi aku
tidak berani lebih jauh lagi. Aku hanya meremas lembut dan memijat bukit
kemaluannya dari luar CD. Mungkin karena aku ragu-ragu, Mbak Wulan yang sudah
terangsang langsung memelukku. Bibirnya terbuka dan matanya terpejam. Mendapat
reaksi seperti itu keberanianku timbul. Tangan kananku kulingkarkan ke punggung
Mbak Wulan dan meraihnya ke pelukanku, tangan kiriku semakin berani menelusup
ke dalam celana dalam Mbak Wulan dan meraba-raba bukit kemaluan Mbak Wulan yang
sudah semakin basah. Sementara bibirku langsung menyergap bibir Mbak Wulan yang
setengah terbuka, lidahku kudorong masuk bibirnya dan menjilat-jilat langit-langit
mulutnya. Tangan Mbak Wulan pun tidak tinggal diam. Jari-jarinya membuka
kancing kemejaku dan menyusupkan tangannya mengelus dadaku.
"Hh.." napasku tersengal saat tangan Mbak Wulan meraba-raba
dadaku.
Lidahku dan lidah Mbak Wulan saling berkutat. Jari tanganku mulai
menyentuh cairan pekat yang sangat licin di celah-celah gundukan bukit kemaluan
Mbak Wulan. Aku semakin terangsang. Jariku kugesek-gesekkan ke dalam celah
hangat di selangkangan Mbak Wulan dan bergerak sepanjang alur sempit di
sela-sela gundukan bukit kemaluan Mbak Wulan dari atas hingga ke bawah.
"Ohh.." Mbak Wulan mendesis sambil matanya tetap terpejam
menerima rangsanganku.
Pahanya semakin dibuka lebar-lebar sehingga memudahkan jariku masuk
lebih dalam lagi. Aku terus menggerak-gerakkan jariku di dalam jepitan bukit
kemaluan Mbak Wulan yang semakin licin. Jari-jariku terus mencari dan mencari
hingga kutemukan sebentuk tonjolan kecil di ujung atas di celah-celah bukit
kemaluan Mbak Wulan. Kugesek tonjolan itu dengan penuh perasaan. Mbak Wulan
semakin menggerinjal dalam dekapanku. Napasnya kian memburu. Bibirku digigit
Mbak Wulan dengan gemas. Tangan Mbak Wulan pun mulai membuka zipper celanaku
dan terus menyusup ke dalam CD GTman-ku. Diremasnya penisku yang sudah mulai
mengeluarkan cairan dengan lembut sambil sesekali diurut dan dikocok. Hal ini
membuat aku semakin blingsatan. Tangan Mbak Wulan semakin gemas meremas kantung
pelirku saat kugerak-gerakkan jariku di tonjolan kecil di celah bukit
kemaluannya dengan gerakan memutar.
"Akhh.. Terusshh.. It.. Ituu.. Yaahh" tubuhnya melonjak-lonjak
dalam dekapanku.
Pantatnya terangkat dan kepalanya terdongak ke belakang. Tangannya
semakin kencang meremas biji pelirku hingga kurasakan agak ngilu.
"Akk. U.. Mau kell.. Luarhh.. Ohh.. Ter.. Russhh" mulutnya
terus mendesis.
Aku pun semakin cepat memutar jariku menggesek tonjolan kecil itu.
Akhirnya tubuh Mbak Wulan terhentak dan meliuk-liuk saat mencapai puncak
kenikmatannya. Matanya terpejam semakin erat bibirnya digigitnya sendiri dan tangannya
semakin erat meremas kantung pelirku.
"Ohh.. Kamu.. Pintar.. Wann.." desisnya sambil mengatur napas.
Ia langsung ambruk dan menelentang di tempat tidur. Setelah napasnya
agak teratur aku semakin berani lagi. Kutarik CD-nya ke bawah. Mbak Wulan membantuku
dengan mengangkat pantatnya sehingga aku mudah meloloskan CD-nya dan
melemparkannya ke lantai. Kemudian kutarik kedua kakinya hingga menjulur ke
lantai. Dengan telentang di kasur dan kakinya terjulur ke lantai, bukit
kemaluan Mbak Wulan nampak semakin membusung. Tanpa membuang-buang waktu aku
segera mendekatkan wajahku ke selangkangan Mbak Wulan dan mulai menciumi bukit
kemaluannya yang menggiurkan itu.Mbak Wulan yang memang sudah lama tidak
disentuh laki-laki sejak "suami"-nya yang notabenenya adalah bossku
pulang ke Korea seperti orang yang kehausan saja. Tangannya segera menekan
kepalaku agar lebih ketat menekan bukit kemaluannya. Bibirku segera menyedot
dan menciumi bukit kemaluan Mbak Wulan dengan gemasnya. Rasanya agak asin-asin
sedikit seperti ojingo (cumi-cumi) mentah. Lidahku segera kujulurkan dan
menjilat bergerak mengikuti alur yang membentang di celah bukit kemaluan Mbak
Wulan dari bawah ke atas. Kuulangi geseran lidahku beberapa kali sambil
sesekali kudorong dan agak kutekan di tonjolan kecil di sudut atas celah bukit
kemaluan Mbak Wulan yang sudah sangat basah.
Pantat Mbak Wulan selalu terangkat ke atas seolah-olah menyambut
dorongan lidahku pada bukit kemaluannya. Kepalaku semakin ditekannya ke
selangkangannya hingga aku sulit bernapas. Tubuh Mbak Wulan menggeliat-geliat
seperti cacing kepanasan saat aku yang gemas menyedot tonjolan kecil dicelah
bukit kemaluannya.
"Hhkk.. Ohh.. Terr.. ushh.. hh" ia terus mendesis-desis.
Gerakan lidahku kupercepat menggesek tonjolan kecil dicelah bukit kemaluan Mbak
Wulan demi melihat ia semakin on. Kedua kaki Mbak Wulan bahkan dikaitkannya ke
belakang leherku untuk lebih menekan wajahku ke bukit kemaluannya. Aku semakin
bersemangat menjilat dan menyedot tonjolan kecil itu yang semakin lama semakin
keras seolah mau pecah. Tanganku pun tak tinggal diam! Kedua telapak tanganku
menekan dan memijat bukit kemaluan Mbak Wulan yang membusung dengan gemasnya.
Akhirnya dengan diiringi lenguhan panjang tubuh Mbak Wulan terhentak
hentak. Kakinya semakin menekan kepalaku dan pantatnya terangkat ke atas
menyambut wajahku yang menekan bukit kemaluannya.
"Ohh.. Terusshh oohh.. Ohh" tubuhnya semakin liar meronta
selama beberapa detik lalu terdiam.
Kedua kakinya terkulai lemas di kedua pundakku. Tangannya terpentang melebar
dan dadanya naik turun mengiringi deru napasnya. Aku sangat terangsang melihat
betapa tubuhnya yang putih dihiasi bulu-bulu hitam lebat di selangkangannya dan
kedua ketiaknya.
Dengan cepat aku berdiri dan melepas seluruh pakaianku. Kini aku sudah telanjang
bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhku. Penisku yang ukurannya
sedang berdiri tegak dengan ujung yang mengkilat karena basah oleh cairan. Lalu
aku menarik gaun baby doll yang masih melekat di tubuh Mbak Wulan melalui
lehernya. Mbak Wulan membantuku dengan menggeser tubuhnya. Sekarang ia hanya
mengenakan bra putih tanpa penutup lain menutupi keindahan tubuhnya.
Aku menindih tubuhnya dan menempatkan diriku di tengah-tengah kedua
pahanya. Penisku yang sudah tegang terjepit di antara gundukan bukit kemaluan
Mbak Wulan dan tubuhku sendiri. Tanganku kulingkarkan ke belakang tubuh Mbak
Wulan dan kubuka kaitan bra-nya. Kulempar satu-satunya kain yang tersisa di
tubuhnya hingga kini aku dan Mbak Wulan sama-sama telanjang tanpa sehelai benang
pun yang menutupi tubuh. Kugumuli tubuh Mbak Wulan yang masih lemas. Kucium
bibir Mbak Wulan dengan gemas. Kudorong lidahku menyusup ke dalam mulut Mbak
Wulan yang terbuka dan kugesek-gesekkan lidahku ke langit-langit mulutnya.
Reaksi Mbak Wulan luar biasa. Dengan ganas ia menyambut bibirku dan
menyedot lidahku sekuat tenaga. Tanganku bergerak liar mengelus dan menjamah
seluruh tubuh telanjangnya. Tangan Mbak Wulan pun melingkar ke punggungku dan
mengelus-elus punggungku. Pantat Mbak Wulan bergeser ke kanan dan ke kiri
menyambut tekanan penisku pada bukit kemaluannya.
"Ughh.." aku sulit bernapas karena lidahku disedot bibir Mbak
Wulan. Rasa nikmat menjalar dari ujung kaki ke ubun-ubun. Batang penisku yang
sudah sangat keras terjepit bukit kemaluan Mbak Wulan yang hangat dan licin.
Aku berusaha melepaskan lidahku dari sedotan Mbak Wulan. Aku ingin
memenuhi obsesiku untuk menciumi ketiaknya yang lebat ditumbuhi bulu keteknya.
Obsesiku terpenuhi ketika Mbak Wulan melepaskan sedotannya pada lidahku. Tanpa
membuang waktu kubuka lengannya lebar-lebar lalu kedekatkan wajahku ke
ketiaknya dan dengan gemas kuciumi ketiaknya. Lidahku
menelusuri lengan bagian atas Mbak Wulan hingga ke samping payudaranya yang
montok. Sesekali kutekankan wajahku ke ketiaknya yang ditumbuhi bulu ketek yang
sangat lebat. Tubuh Mbak Wulan menggerinjal di bawah dekapanku.
"Hshh.. Gelii.. Oohh.. Gelii.." ia
mendesis kegelian saat kujilati ketiaknya denga gemas.
Rasain kamu! Siapa suruh punya bulu ketek gondrong begini! Kataku dalam
hati sambil terus menggasak ketiaknya.
"Amp.. Puun.. Su.. Dahh.. Ohh" tubuhnya semakin liar
menggerinjal dalam dekapanku.
Aku tak mau membiarkannya lepas begitu saja. Kuangkat lengan Mbak Wulan
yang satu lagi dan kali ini ketiak yang satunya menjadi bulan-bulanan lidahku.
Setelah puas memenuhi obsesiku, kini mulutku merambat ke payudaranya. Dengan
gemas kusedot payudaranya. Kumasukkan payudaranya sepenuh mungkin ke dalam
mulutku.
"Ohh.. Shh.." tubuhnya semakin melengkung ke atas saat kedua
puting payudaranya kumasukkan ke dalam mulutku dan kupermainkan dengan lidahku
sepuas-puasnya.
"Sudahh.. Ohh.. Sekarrangghh.. Auchh.." Mbak Wulan
merintih-rintih memohon agar aku segera menyudahi permainan lidahku di kedua
payudaranya.
Aku menyudahi permainan lidahku pada payudaranya. Lidahku sekarang
bergeser turun ke arah perutnya yang putih mulus dan masih rata. Kukais-kais
lubang pusarnya lalu kugigit-didit bagian bawah pusarnya dengan gerakan cepat
hingga membuat tubuh Mbak Wulan terhentak-hentak. Beberapa kali hal itu kulakukan
untuk membuat Mbak Wulan terangsang hebat. Teknik ini kuperoleh dari
pengalamanku dahulu dengan Mbak Narsih saat aku masih kuliah. Setelah itu
lidahku bergeser ke bawah lagi. Aku bangun dan berdiri lagi di lantai. Kuangkat
kaki Mbak Wulan sambil membungkuk dan kujilati pangkal pahanya. Lidahku
bergeser dari pangkal paha ke bawah terus ke kaki. Kujilati betis Mbak Wulan
yang indah lalu seluruh jari-jarinya kujilati satu per satu.
"Shh.. Ohh.. Kamu.. Heb.. Bathh.. Ohh" Mbak Wulan mendesis dan
merintih menikmati permainanku.
Aku terus bekerja memuaskan hasratku menikmati setiap jengkal tubuh Mbak
Wulan sepuasku. Setelah kujilati seluruh jari kakinya, lidahku berpindah ke
kaki satunya lagi. Arah gerakan lidahku terbalik dari yang pertama.
Pertama-tama kujilati seluruh jari kakinya, lalu lidahku merayap ke atas
ke betisnya, lalu ke lututnya dan naik lagi hingga ke pangkal pahanya. Jilatan
lidahku selalu kuselingi dengan gigitan-gigitan kecil hingga tubuh Mbak Wulan
menggeliat dan pantatnya terangkat-angkat menahan geli.
Dari pangkal paha lidahku merambat lagi naik ke atas. Lidahku bergeser
ke perut Mbak Wulan lalu naik ke bawah payudaranya. Setelah puas melumat kedua
payudaranya lidahku kembali bergeser naik ke lehernya yang jenjang. Tubuhnya
semakin mengeliat saat lidahku menari-nari diseputar lehernya yang putih mulus.
Seluruh bulu tangannya meremang berdiri saat lidahku menjilat-jilat leher
bagian belakang. Mata Mbak Wulan terpejam dan mulutnya setengah terbuka
menikmati layananku. Kedua tanganku membekap kedua payudaranya yang montok lalu
bibirku menyergap mulutnya yang setengah terbuka. Kusedot bibir Mbak Wulan
dengan gemas dan kodorong lagi lidahku ke dalam mulutnya.
Belum puas menikmati keindahan tubuh Mbak Wulan, kubalik tubuh
telanjangnya hingga tengkurap. Kutindih tubuhnya dan kembali lidahku
tak-henti-hentinya menjelajahi setiap lekuk tubuh bagian belakang. Lidahku
menyusur dari tengkuk hingga lutut. Kedua buah pantat Mbak Wulan yang indah pun
hampir memerah karena gigitan-gigitan gemasku.
Karena tidak tahan dengan serbuanku Mbak Wulan memberontak dan bangun.
Tubuhku digulingkannya hingga jatuh telentang di kasur. Ditindihnya tubuhku
sambil melumat bibirku. Lidahku disedot bibir Mbak Wulan. Tubuhku yang
telentang diduduki Mbak Wulan tepat di penisku sehingga penisku terjepit buah
pantatnya yang padat dan kenyal.
Dari menyedot lidahku, mulut Mbak Wulan sekarang balas menjelajahi
tubuhku. Kedua putingku disedotnya habis-habisan. Kemudian lidah Mbak Wulan
bergeser turun dan menjilati perutku. Lidahnya terus bergerak ke bawah dan
dengan diselingi gigitan-gigitan kecil di perut bagian bawahku lidahnya
bergeser menjilati ujung penisku.
"Hahh.. Shh" sekarang giliran aku yang mendesis-desis
kenikmatan.
Ujung penisku hingga ke pangkalnya dijilati lidah Mbak Wulan dengan
gemasnya. Pantatku spontan terangkat ke atas saat ujung lidah Mbak Wulan
mengai-ngais lubang di ujung penisku. Otot-otot perutku serasa ditarik ke atas.
Tidak berhenti sampai di situ. Kantung pelirku pu tak luput dari sedotan
mulut Mbak Wulan. Nikmat bercampur ngilu rasanya. Lidah Mbak Wulan terus
bergerak menyusur urat yang memanjang sepanjang penisku dari pangkal hingga ke
ujungnya lalu berhenti di lekukan ujung topi baja kepala penisku dan menjilati
lekukan itu hingga aku mendesis nikmat. Secara spontan kupegang kepalanya agar
tidak bergeser dari situ. Seperti tahu keinginanku, mulut Mbak Wulan terus
merangsek batang penisku sambil tangannya tak henti-hentinya mengurut batang
penisku sambil sesekali meremasnya.
"Ughh.. Ss.. Sudah.. Mbaakk.." desisku tak tahan.
Kutarik tubuh Mbak Wulan agar naik ke perutku. Lalu Mbak Wulan
menghentikan aktivitasnya dan duduk di atas perutku. Diangkatnya pantatnya dan
dikangkang-kannya kedua kakinya. Dipegangnya batang penisku dan diarahkan ke
celah bukit kemaluannya.
"Upff.. Ohh.." aku dan Mbak Wulan mendesis hampir bersamaan
saat Mbak Wulan secara perlahan menurunkan pantatnya. Perlahan-lahan ujung
kepala penisku mulai terbenam dalam jepitan bukit kemaluan Mbak Wulan. Beberapa
kali Mbak Wulan menaik-turunkan pantatnya sampai akhirnya seluruh batang
penisku melesak ke dalam celah sempit di celah bukit kemaluannya. Hangat sekali
rasanya batang penisku terjepit di tengah-tengah celah bukit kemaluannya. Ujung
kepala penisku seperti menumbuk sesuatu yang lembut di dalam sana.
Mbak Wulan terdiam, akupun terdiam menikmati menyatunya tubuh kami. Aku merasakan betapa batang penisku seperti
diremas-remas oleh daging yang licin dan hangat. Kepala penisku seperti
berkedut-kedut. Mataku seperti berkunang-kunang merasakan aliran kenikmatan
yang mulai menjalar.
Kedua tangan Mbak Wulan bertumpu di dadaku. Kemudian secara berirama
Mbak Wulan mulai menaik-turunkan pantatnya dengan diselingi gerakan memutar.
Batang penisku serasa dipilin-pilin, nikmat sekali rasanya. Perlahan-lahan aku
merasakan otot-otot perutku seperti ditarik-tarik.
"Terushh.. Mbaakk.. Aku.." aku sudah hampir tidak dapat
mengontrol diriku lagi.
Tanganku segera bergerak ke belakang tubuh Mbak Wulan dan meraih kedua
buah pantatnya. Kuremas pantatnya dan lebih kutekan agar ujung penisku mentok
sedalam-dalamnya. Mbak Wulan pun semakin liar menggerakkan pantatnya.
"Terushh.. Ayyoo.. Kita.." belum selesai Mbak Wulan bicara
tiba-tiba tubuhnya berkejat-kejat.
Gerakannya semakin menggila. Batang penisku yang terjepit di dalam celah
bukit kemaluan Mbak Wulan berdenyut semakin keras menahan sperma yang sudah
terkumpul di ujung kepala penisku. Tubuhku semakin mengejang. Kuputar pantatku
seirama dengan putaran pantat Mbak Wulan yang semakin liar.
"Akhh.." hampir bersamaan aku dan Mbak Wulan menjerit.
Kuremas pantat Mbak Wulan dengan gemas dan kutekan lebih ketat. Crat.. Crat.. Cratt..
Crat.. Crrtt.. Akhirnya sperma yang sudah tertahan di ujung kepala penisku
tumpah bersamaan dengan denyutan lubang kemaluan Mbak Wulan yang menjepit erat
batang penisku. Mbak Wulan masih berkelejatan beberapa saat lalu ambruk di
dadaku. Tubuhku dan tubuh Mbak Wulan sudah basah oleh keringat. Napasku masih
menderu. Kucium pipi Mbak Wulan sebagai ucapan terima kasih atas kenikmatan
yang ia berikan.
"Sa rang he yo" kubisikan kata-kata sayang dalam bahasa Korea
di telinganya dan belai rambutnya yang ******** "I love you.." Mbak
Wulan membalas bisikanku sambil mengecup bibirku.
Mbak Wulan masih menindih tubuhku. Dadanya yang montok menempel ketat di
dadaku yang bidang, batang penisku yang sudah mulai mengkerut masih terjepit
dalam celah di antara bukit kemaluannya yang hangat. Matanya terpejam seolah
meresapi kenikmatan yang baru dilaluinya setelah masa-masa penantian panjang
yang sia-sia. Aku masih dapat merasakan adanya aliran cairan pekat yang menetes
keluar dari celah kemaluannya mengalir sepanjang batang penisku dan menggumpal
di atas rambut-rambut bulu kemaluanku.
Pikiranku menerawang memikirkan masa depanku. Aku yakin, Mbak Wulan
tidak akan mau berhenti selingkuh denganku. Kalau ada yang pertama pasti akan
ada yang kedua dan seterusnya. Aku membayangkan pasti suatu saat Mr. Park,
"suami"-nya, akan mengetahui perbuatan kami. Ngeri aku membayangkan
masa depanku. Bayangan menjadi pengangguran menari-nari di pelupuk mataku. Tapi
nasi sudah menjadi bubur.. Sperma sudah telanjur mengucur. Aku harus sanggup
mengehentikan perselingkuhan ini. Harus!! Atau masa depanku hancur lebur! Tanpa
aku sadari aku ternyata telah terlelap dalam mimpi. Aku tertidur sambil memeluk
tubuh telanjang Mbak Wulan. Aku tak tahu berapa lama aku tertidur setelah
bertempur dengan Mbak Wulan dan aku tak tahu sejak kapan Mbak Wulan sudah
bangun dari pelukanku. Aku tersadar saat dibangunkan Mbak Wulan dan dibuatkan
kopi ginseng.
Segar sekali rasanya bangun tidur sudah dibuatkan kopi. Mbak Wulan
nampak sudah sangat segar habis mandi. Rambutnya masih basah sehabis mandi
besar. Ia hanya mengenakan kimono sebagai penutupnya. Aku yakin ia belum
memakai bra dan CD karena kulihat benda-benda itu masih berserakan di lantai.
Setelah menyeruput beberapa teguk kopi ginseng panas aku pun minta ijinnya untu
mandi di kamar mandi di dalam kamarnya. Segar sekali rasanya tubuhku saat air
hangat mengguyur dari shower yang terpasang di atasku. Aku terkesiap saat
asyik-asyiknya menikmati guyuran air yang mengucur deras dari shower tiba-tiba
kurasakan ada yang mengelus-elus dan meremas batang penisku. Ternyata Mbak
Wulan sudah ikut bergabung di kamar mandi dalam keadaan bugil.. Gil tanpa
sehelai benangpun menutupi keindahan tubuhnya. Aku terpana melihatnya. Aku
hanya mampu melotot memandangi setiap lekuk tubuhnya yang montok. Bukan hanya
itu! Mbak Wulan pun lantas menyabuni seluruh tubuhku dengan sabun cair yang
biasa digunakannya. Tubuhku yang licin oleh busa sabun diraba dan dielus oleh
belaian tangan Mbak Wulan yang lembut. Dari leherku tangannya bergerak menurun
ke bawah hingga pusarku. Batang penisku perlahan-lahan sudah mulai mengeras.
Beberapa saat kemudian batang penisku sudah berdiri tegak seperti prajurit yang
siap tempur dalam siaga 1.
"Hh.. Mbaakk.." aku mendesis lirih saat tangan Mbak Wulan
dengan lincah bermain-main di daerah penisku. Batang penisku yang licin karena
busa menjadi sasaran bulan-bulanan tangan Mbak Wulan. Batang penisku diremas
dan diurut dengan pelicin busa sabun.
"Oohh.. Enaakk mbaakk" desisku berulang-ulang. Aku pun tak
kalah gesitnya, kuambil botol sabun dari tangannya dan kubalur tubuh Mbak Wulan
dengan sabun cair. Tubuhnya menggerinjal saat tubuhnya yang licin kugosok
dengan kedua tanganku. Kedua payudaranya menjadi sasaran pertama tanganku. Aku
sudah terlupa akan tekadku untuk menghentikan permainan ini. Yang aku tahu aku
harus menuntaskan permainan ini sepuas-puasnya. Urusan lain biar dipikir
belakangan!!
"Shh.. Ohh.. Ter.. Russhh" desis Mbak Wulan saat tanganku
bergerilya di daerah selangkangannya.
Rambutnya yang lebat memenuhi bukit kemaluannya kugosok seperti layaknya
sedang cream-bath. Kuremas dan kupijat gundukan bukit kemaluan Mbak Wulan
hingga ia semakin liar menggerinjal dan semakin liar pula tangannya mengurut
batang penisku yang sudah sangat keras.
"Sekk.. Arangh.. Ohh.." desisnya berusaha menghentikan
tanganku. Aku pun mengikuti kemauannya. Kuhentikan aksiku meng-creambath rambut
kemaluannya dan kubilas seluruh tubuhnya dengan kucuran air shower. Aku
diseretnya ke tempat tidurnya lagi setelah mengeringkan tubuh dengan handuk
yang tersedia di kamar mandi, dengan menarik batang penisku. Seperti kerbau
ditarik penisnya aku mengikuti langkahnya. Mbak Wulan langsung memelukku begitu
kami duduk di tempat tidurnya. Bibirnya menyergap bibirku dan lidahnya
dijulurkannya menyelusup ke dalam mulutku. Kubalas tindakannya tadi yang
menyedot lidahku dengan menyedot lidahnya yang terjulur.
"Uggh.. Ugh.." ia gelagapan, apa lagi tanganku secera refleks
langsung mengarah ke bukit payudaranya dan bermain-main di sana dengan meremas
dan memilin kedua putingnya secara bergantian. Tangan
Mbak Lisa yang masih memegang batang penisku turut meremas apa yang
dipegangnya. Ia meremas dan mengocok dengan lembut.
"Shh.. Ter.. Rushh.. Ohh..
Saa.. Rang.. Hhee.." desahnya terputus-putus menerima rangsanganku Saat
tanganku yang sudah puas bermain di dadanya langsung meluncur ke bukit
kemaluannya yang sudah mulai basah. Kumasukkan jariku ke dalam celah sempit di
belahan bukit kemaluannya yang licin dan kokorek-korek liang yang sudah sangat
licin itu. Tubuhnya mulai gemetar menahan desakan nafsu yang semakin
menggelegak.
Sejurus kemudian kulepas tanganku
dari jepitan celah bukit kemaluannya dan kuminta Mbak Wulan untuk merangkak di
atas kasur. Segera ia memposisikan diri seperti layaknya anjing yang siap
kawin. Pantatnya sedikit menungging ke atas memperlihatkan gundukan bukit di
selangkangannya yang terbelah seperti yoyo. Tanpa membuang waktu kudekatkan
wajahku ke depan belahan itu dan kutekankan wajahku ke selangkangannya yang
terbuka. Kujulurkan lidahku ke celah sempit di belahan bukit kemaluannya yang
tembam. Cairan yang agak asin terasa di lidahku. Aku tak peduli rasa dan
baunya.. Biar baunya seperti comberan namun rasanya nikmat seperti durian!!
Tubuh Mbak Wulan yang menungging
semakin indah menggerinjal saat lidahku mengais-ngais di dalam liang sempit di
celah bukit kemaluannya. Pantatnya semakin dinaikkan berusaha menekankan bukit
kemaluannya ke wajahku. Aku semakin bersemangat mengorek dan mengais liang itu.
Kedua tanganku membekap buah pantatnya agar tidak terlalu liar bergerak.
"Hhaahh.. Shh.. Ohh.. Ter.. Russhh.. Oohh.." dengan diiringi
jeritan histeris tubuhnya tersentak-sentak menahan sesuatu yang meledak-ledak.
Ia terus meronta selama beberapa detik lalu tubuhnya terdiam. Ia berusaha
mengatur napasnya setelah pendakian yang melelahkan itu.
Aku tidak memberinya kesempatan. Aku segera naik ke tempat tidur dan
dengan posisi berlutut menempatkan diriku di belakang pantatnya yang masih
menungging. Kuarahkan batang penisku ke belahan di bukit kemaluannya yang sudah
dibasahi cairan pelicin. Dengan pelan kudorong pantatku ke depan hingga ujung
kepala penisku menerobos celah sempit di tengah bukit kemaluannya. Aku segera
dapat merasakan betapa batang penisku terjepit daging hangat dan licin. Sedikit
demi sedikit batang kemaluanku menyeruak ke dalam. Setiap satu inci masuk
kutarik lagi sedikit lalu kodorong lagi lebih maju! Inilah yang namanya mundur
selangkah untuk maju dua langkah.. Seperti kata peribahasa. Hal itu terus
kulakukan berulang ulang hingga ujung kepala penisku seperti menumbuk daging
lembut di dalam sana.
"Hkk.. Hh" aku dan Mbak Wulan menahan napas hampir bersamaan.
Kudiamkan sejenak batang penisku yang sudah terbenam seluruhnya ke dalam celah
sempit di belahan bukit kemaluannya. Seperti di aba-aba, aku dan Mbak Wulan
bergerak mengayunkan pantat secara bersama-sama. Bedanya arahku maju mundur
Mbak Wulan arahnya memutar!! Berbeda tapi satu tujuan.. Kenikmatan!! Alangkah harmonisnya!!
Tanganku yang mencengkeram buah pantat Mbak Wulan selalu menarik
kuat-kuat menekan ke arahku saat aku mengayunkan pantatku ke depan. Hingga
ujung kepala penisku menghantam mulut rahimnya agak keras. Setiap kali itu pula
kudengar Mbak Wulan menjerit "Owghh.. Owghh.. Owghh!!"
Merasa capai dengan posisi demikian, Mbak Wulan memintaku berganti
posisi. Ia meminta untuk memegang kendali permainan dengan bermain di atas. Aku
segera menggulingkan tubuhku dan telentang di kasur. Sejenak kemudian Mbak Wulan
naik ke atas perutku dan membuka pahanya lebar-lebar. Dipegangnya batang
penisku dan diarahkan ke celah sempit di tengah bukit kemaluannya. Kemudian
perlahan lahan pantatnya diturunkan.. Bless..!! Batang penisku langsung
tertelan celah bukit kemaluannya hingga amblas sampai pangkalnya.
"Owghh.." aku dan Mbak Wulan tanpa aba-aba melenguh secara
bersamaan. Batang penisku serasa diremas dan dipilin sangat nikmat oleh gerakan
memutar pantat Mbak Wulan yang berjongkok di atas perutku. Mbak Wulan terus bergerak
semakin liar. Payudaranya berayun-ayun indah saat ia bergerak memutar. Tanganku
segera meraihnya dan meremas serta memilin kedua putingnya. Kulihat mata Mbak
Wulan terpejam dan mulai menggigit bibirnya sendiri. Gerakannya semakin liar
dan tubuhnya terhentak-hentak..
"Akhh.. Ak.. ku.. kell.. luarhh.. Ohh.. ter.. russhh.." ia
menggeliat-geliat selama beberapa detik lalu akhirnya ambruk di atas perutku.
Napasnya terdengar tersengal-sengal seolah-olah habis berlari jauh.
Denyut jantungnya terasa berdetak kencang menempel dadaku. Kubiarkan ia
mengatur napasnya sebelum aku mengambil giliranku. Setelah ia cukup istirahat
segera saja kuangkat pantatnya dan kuganjal dengan dua bantal. Dengan posisi
telantang dan terganjal bantal, bukit kemaluannya jadi semakin membusung indah.
Kupentang pahanya lebar-lebar dan kuposisikan tubuhku di antara kedua bentangan
pahanya. Kucucukkan batang penisku ke dalam celah merah di sela bukit
kemaluannya yang berdenyut-denyut kembang kempis. Kodorong pelan-pelang hingga
seluruh batang penisku masuk sampai ke pangkalnya. Kudiamkan sejenak untuk
menikmati sensasi menyatunya tubuhku dengan tubuhnya.
"Ehhkk.." Mbak Wulan menjerit keras saat tiba-tiba kutarik
batang penisku dari jepitan liang kemaluannya dengan cepat. Namun sebatas ujung
kepala penisku masih tetap menancap erat di tempatnya. Kemudian kudorong lagi
pantatku ke depan secara pelan hingga masuk seluruhnya..
Kutarik lagi dengan cepat hingga berulang-ulang. Akibatnya luar biasa!!
Tubuh Mbak Wulan seperti terhentak-hentak setiap batang penisku kutarik mundur!
Ia selalu menjerit. Payudaranya berguncang terayun-ayun setiap kali tubuhnya
terguncang! Aku pun merasakan adanya desakan maha dahsyat yang mulai mengumpul
di ujung batang penisku! Aku semakin mempercepat ayunan pantatku maju mundur.
Kutindih tubuh Mbak Wulan dengan seluruh berat tubuhku hanya bertumpu pada
lututku. Kedua tanganku kutempatkan menyangga kedua buah pantat Mbak Wulan
untuk menggenjotnya.
"Terrushh.. Mbaakk.. Putt.. Tarrhh.. Shh.. Ohh" tubuhku mulai
menegang. Otot perutku terasa ditarik-tarik dan batang penisku berdenyut-denyut
siap memuntahkan semua isi yang sudah menggumpal. Mbak Wulan pun semakin liar
memutar pantatnya menyambut setiap tusukanku. Batang penisku seperti digiling
oleh daging lembut dan licin. Aku sudah tak kuat lagi menahan gempuran
kenikmatan yang sudah mau meledak.
"Akhh.. Akku.. Kel.. Lu.. Arrghh" akhirnya aku menggeram saat
batang penisku mengedut-ngedut dan memuntahkan cairan sperma ke dalam rahim
Mbak Wulan! Crott.. Crutt.. Crrtt.. Crrt.. Crtt..! Tubuhku terhentak-hentak di
atas perut Mbak Wulan selama beberapa saat hingga akhirnya terdiam. Aku
benar-benar lemas tak bertenaga! Napasku kembang kempis tinggal satu-satu
saling berlomba dengan napas Mbak Wulan.
Kubiarkan batang penisku tetap menancap di dalam jepitan liang kemaluan
Mbak Wulan hingga kurasakan lubang kemaluan Mbak Wulan berdenyut-denyut seolah
memeras sisa-sisa sperma yang masih tersimpan di dalam batang penisku.
Kubiarkan biar tuntas sekalian.. Aku sudah terlalu capai. Akhirnya aku dan Mbak
Wulan terkapar sama-sama tak bertenaga. Tenaga kami sudah terkuras habis. Pada
saat mataku hampir terpejam, secara samar-samar kulihat sekelebat banyangan
melintas di balik pintu. Aku tersadar ternyata sedari tadi kami bercinta pintu
dalam keadaan setengah terbuka. Pikiranku langsung menduga pasti bayangan itu
milik Ceu Entin! Soalnya tidak ada orang lain lagi selain dia! Kang Pardi
sedang ke Jakarta dan paling banter tengah malam atau besok pagi baru sampai.
Biasa pasti dia harus menunggu Mr. Kang mabuk-mabukan bersama teman-teman
Koreanya. Jadi tidak salah pasti tadi karena kami keasyikan bergumul
sampai-sampai tidak mendengar kedatangan Ceu Entin yang masuk menggunakan kunci
cadangan yang selalu dibawanya. Mbak Wulan sendiri matanya sudah terpejam dan
ku yakin sudah tertidur kelelahan. Napasnya sangat teratur dan di bibirnya
tersungging secercah senyuman. Alangkah damainya..
Keesokan paginya aku datang ke kantor agak terlambat. Namun suasana
kantor masih sepi. Tidak ada orang. Kijang kapsul Mr. Park pun tidak ada.
Jangan jangan Mas Pardi belum juga pulang sehabis mengantar Mr. Kang kemarin
siang. Rumah nampak lengang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Titin pun nampak
belum datang. Pada kemana gerangan orang-orang ini..
"Eh.. Si Mas baru datang. Tadi pagi non Titin telepon katanya belum
bisa masuk hari ini perutnya masih sakit" ternyata ada Ceu Entin yang ada
dirumah memberitahuku perihal si Titin.
"Lalu.. Mas Pardi kemana Ceu?"
"Eh.. Anu tadi pagi Mas Pardi ngantar non Wulan ke Jakarta mau berobat
katanya?"
"Lho.. Non Wulan memang sakit Ceu?"
"Iya.. Katanya kulitnya sedikit melepuh karena tersiram air panas
kemarin.." lanjut Ceu Entin.
Wahh.. Ini pasti gara-gara kopi ginseng kemarin pikirku. Terbersit
sepercik rasa bersalah pada diriku.
"Jadi.. Ceu Entin sendirian jaga rumah nih?"
"Iya Mas.."
"Nah.. Kalau begitu Ceu Entin bikinin aku kopi ginseng gih.." pintaku.
"Baik Mas.. Tunggu bentar ya.." spontan Ceu Entin kabur ke
dapur.
Ceu Entin sudah ikut Mr. Park sejak empat tahun lalu atau kira-kira
seminggu setelah aku bergabung dengan Mr. Park. Ceu Entin sebelum ikut Mr. Park
adalah pembantu Mr. Kang, sehingga soal masakan Korea ia sudah dibilang cukup
ahli mengolahnya. Aku sendiri paling doyan sama
yang namanya bul go gi atau daging sapi asap. Bahkan karena senengnya aku sudah
mampu meracik sendiri bumbu untuk membuatnya dan kadang-kadang aku membuat
variasi dengan mengganti daging sapi dengan tunggir ayam. Soal rasa.. Jangan
tanya!
Kembali pada Ceu Entin. Ia tidak
begitu cantik tapi juga tidak begitu jelek. Kulitnya bersih khas orang Sunda.
Tubuhnya tidak terlalu tinggi hanya berkisar antara 155 cm dengan berat sekitar
47 kilo. Orangnya supel.. Maksudnya benar-benar supel gampang bergaul bukannya
"supel" yang bila diplesetkan jadi "suka peler"!!
Sebagaimana selera Mr. Park, Ceu
Entin juga memiliki dada yang cukup montok. Usia Ceu Entin saat itu sekitar 32
tahun. Ia adalah seorang janda yang ditinggal suaminya kawin lagi. Ia sudah mempunyai
1 orang anak yang ikut dengan neneknya di kampung. Jadi secara seksual Ceu
Entin cukup memiliki daya tarik yang lumayan lah..!
Saat Ceu Entin sedang kutak-katik
di dapur aku jadi ingat tentang sekelebat bayangan melintas di balik pintu saat
aku selesai bergumul dengan Mbak Wulan kemarin. Mumpung sedang sendirian! Aku
harus menginterogasinya sekarang. Aku harus tahu sejauh mana ia melihat
perselingkuhan kami kemarin. Lalu aku memutuskan menyusul Ceu Entin ke dapur.
"Ehh.. Ceu Entin.. Kemari
sebentar.."
"Ehh.. Ohh.. Ada apa Mas.. Si Mas ini bikin kaget Ceu Ceu
aja.." katanya kenes.
"Emmhh. Aku mau nanya nih..! Tapi Ceu Entin harus bicara jujur
ya.."
"Bo.. Boleh Mas.. Emang mau nanya apaan? Kok serius amat.."
"Gini lho Ceu.. Kemarin Ceu-Ceu pulang dari rumah saudara jam
berapa?" tanyaku langsung to the point.
Wajahnya langsung memerah dan tersipu. Aku langsung tahu kalu bayangan
kemarin adalah benar-benar dia..
"Jadi.. Ceu-Ceu kemarin.." wajahku sedikit memerah karena malu
bergumul diintip orang.
"Ma.. Maaf Mas.. Ceu-Ceu enggak sengaja.." katanya dengan penuh
rasa bersalah.
"Ja.. Jadi Ceu Entin sudah melihat saya.. Saya sama Mbak
Wulan.." aku tak sanggup meneruskan kata-kataku.
"I.. Iya Mas.." jawabnya jujur. Wajahnya semakin memerah
karena malu ketahuan mengintip.
"Yachh.. Aku juga yang salah Ceu.. Tapi tolong.. Ceu Entin jangan
bilang siapa-siapa ya.. Kasihan Mbak Wulan" kataku memohon.
"I.. Iya Mas.. Ceu-Ceu janji deh.." katanya penuh pengertian.
"Terima kasih Ceu, Ceu Entin orang yang paling baik.." gombalku.
Aku segera memeluk dan mencium pipi Ceu Entin maksudnya ciuman tanda
terima kasih atas pengertiannya. Namun Ceu Entin menganggapnya lain. Ceu Entin
terdiam dan bahkan memejamkan matanya sambil membuka mulutnya. Napasnya sedikit
memburu. Melihat ada peluang terbuka segera saja kuperketat pelukanku pada
tubuh Ceu Entin dan kusurukkan wajahku ke lehernya.
"Ehhkk.." Napasnya terceka, "Mass.." Ia sedikit
memberontak saat aku mulai menciumi lehernya.
Tercium bau aroma sabun terpancar dari tubuhnya. Rupanya ia baru mandi
sehingga kulitnya masih segar. Lidahku segera menyerbu sepanjang batang
lehernya. Kepalang tanggung.. Pikirku saat itu! Que.. Sera.. Sera! Apa yang
terjadi terjadilah!! Pokoknya sikat duluan blehh! Urusan biar dipikir
belakangan.. Demikian godaan setan mengilik-kilik batinku! Tubuh Ceu Entin
menggelinjang dalam pelukanku. Dadanya yang cukup montok menggesek-gesek
dadaku. Aku jadi makin terangsang.
"Mas.. Mm.. Mau.. Ngapainn.." desis Ceu Entin.
Aku tidak mempedulikan pertanyaan Ceu Entin. Tanganku yang melingkar di
punggungnya segera saja kuarahkan ke pantatnya dan mulai meremas dan mengelus
buah pantatnya yang cukup montok. Tubuhnya kian meronta.. Namun tidak ada upaya
untuk melepaskan diri dari pelukanku. Aku semakin berani lagi! Segera saja
tanganku melepas kaitan roknya di atas pinggulnya dan segera menyusupkan
tanganku ke balik roknya dan masuk ke dalam celana dalamnya.
Sekarang tanganku berkeliaran di seputar buah pantat Ceu Entin. Dengan
gemas kuremas dan kupijat-pijat bongkahan buah pantatnya dengan kedua tanganku.
"Mass..! Ja.. Jang.. Annhh.. Ohh..!!" desisnya. Mulutnya
bilang jangan tetapi dari gerakan tubuhnya aku tahu kalau sebenarnya ia juga
menginginkannya.
"Enggak apa apa Ceu.. Aku kangen sama Ceu Entin" bisikku di
telinganya dengan rayuan gombalku. Mulutku segera mencari bibirnya dan segera
kusergap bibirnya yang membuka. Mula-mula ia menutup rapat bibirnya, tetapi
tidak lama kumudian ia mulai membalas kuluman bibirku. Lidahnya mulai ikut
mendorong-dorong lidahku yang sudah menerobos masuk ke dalam mulutnya. Sedikit
bicara.. Banyak bekerja! Itulah ungkapan yang tepat untuk keadaanku dengan Ceu
Entin saat itu!
Tanganku yang berkeliaran di daerah pantat Ceu Entin semakin liar
begerak. Sesekali jari-jariku menyentuh daerah belahan diantara kedua bongkahan
pantatnya hingga tersentuh rambut kemaluannya yang menyeruak ke bagian
belakang. Ceu Entin rupanya sudah menyerah dengan serbuanku. Tubuhnya tidak
lagi memberontak tetapi sepenuhnya menyender dalam pelukanku. Roknya yang sudah
merosot setengah lutut membuat tanganku semakin leluasa menggerayangi buah
pantatnya. Tangan Ceu Entin pun mulai mengelus-elus punggungku.
"Ja.. Jangan di.. Sin.. Ni.. Masshh" akhirnya Ceu Entin
mendesah pasrah dan memintaku untuk pindah tempat.
Akhirnya dengan tetap kupeluk, tubuh Ceu Entin segera kuseret ke
kamarnya yang terletak di samping dapur. Pintu kututup dengan kakiku dan segera
kuteruskan aksiku. Kutarik roknya ke bawah hingga terlepas, Ceu Entin membantu
upayaku dengan melangkahkan kaki melepaskan roknya yang teronggok di mata kaki.
Tubuh Ceu Entin bagian bawah sudah terbuka sama sekali. Tanganku segera
meluncur ke depan dan mulai meraba gundukan bukit kemaluannya yang ditumbuhi
bulu-bulu hitam keriting.
"Mashh.. Shh.. Ohh.." Ceu Entin mendesah desah saat tanganku
mulai meremas-remas gundukan bukit kemaluannya. Tanganku segera merasakan
adanya cairan lengket yang sudah membasahi celah bukit kemaluannya. Tangan Ceu Entin pun
semakin berani. Kini tangannya bergerak meraba-raba tonjolan di celanaku dari
luar celana. Aku menggeliat merasakan nikmat betapa batang kemaluanku yang
sudah sangat keras diraba-raba tangan halus Ceu Entin.
Aku sudah sangat bernapsu ingin segera menikmati tubuh Ceu Entin.
Napsuku sudah sampai ke ubun-ubun. Segera saja kuhentikan aktivitasku dan
kuangkat kaos Ceu Entin dan kulepaskan melalui kepalanya. Bra-nya yang berwarna
krem segera saja kulepas dan kulempar entah kemana. Kini tubuh Ceu Entin sudah
telanjang bulat di depanku. Ia malu untuk telanjang bulat di depanku segera saja
kedua tangannya menutupi dada dan bukit kemaluannya. Wajahnya memerah. Lucu
sekali kelihatannya. Mataku segera saja melahap seluruh pemandangan indah yang
terpampang di depanku. Tubuh Ceu Entin bersih mulus. Walaupun sudah beranak dua
tetapi perutnya masih cukup rata. Pinggangnya yang kecil mencetak tubuhnya
menjadi indah.
Aku segera melucuti pakaianku sendiri dan telanjang bulat di depannya.
Pakaianku kubiarkan teronggok di lantai kamar Ceu Entin yang sempit. Kamarnya
memang sempit seperti layaknya kamar pembantu di perumahan. Luasnya hanya
seukuran 2,5 x 3 mm. Di kamar Ceu Entin tidak ada tempat tidur, kasur busanya
yang tipis hanya digelar di lantai dengan dialasi tikar plastik. Satu-satunya
perlengkapan yang ada hanyalah lemari kecil yang terbuat dari tripleks sebagai
sarana menyimpan pakaiannya.
Mata Ceu Entin terbelalak melihat batang kemaluanku yang sudah sangat
tegak menunjuk langit-langit kamarnya. Tanpa memberi kesempatan lebih banyak
buat Ceu Entin untuk melihat seluruh tubuh telanjangku, segera saja tubuh
telanjang Ceu Entin yang masih berdiri kuraih dalam pelukanku. Kulingkarkan
salah satu tanganku ke belakang dan langsung bergerak lembut mengelus
punggungnya.
Tanganku bergerak menyusur sepanjang tulang punggungnya dan hinggap di
pantatnya yang kenyal. Tanganku yang satunya segera menuju buah dadanya yang
masih ditutupi tangannya. Kusingkirkan tangannya yang menutupi buah dadanya dan
kubimbing ke arah selangkanganku. Mula-mula tangannya agak kaku memegang batang
kemaluanku. Sedikit demi sedikit tangannya mulai lincah meremas dan mengurut
batang kemaluanku.
"Ohh.. Enn.. Akkhh Ceu.. Ter.. Rushh" desisku saat tangan Ceu
Entin semakin lincah mengurut batang kemaluanku.
Bibirku kembali menyergap mulutnya dan segera mengulum bibirnya. Lidahku
kususupkan ke dalam mulutnya dan mulai mendorong-dorong lidahnya. Lidah Ceu
Entin pun membalas serbuan lidahku. Tanganku segera mengarah ke buah dada Ceu
Entin dan mulai meremas serta memilin puting buah dadanya.
"Sshh.. Ohh.. Mass..!" mulut Ceu Entin mendesis-desis saat
jari-jariku memilin puting buah dadanya. Tangan Ceu Entin semakin liar begerak
di salangkanganku. Dari mengurut tangannya beralih mulai meremas biji pelirku
dengan gemas. Beberapa jurus kemudian kudorong tubuh Ceu Entin hingga berbaring
telentang di kasurnya yang tipis. Tubuhke segera menggumuli tubuh telanjangnya.
Kusibakkan kedua pahanya lebar-lebar hingga gundukan bukit kemaluan
terbuka lebar. Kutindih tubuhnya dengan batang kemaluanku yang keras menempel
ketat di gundukan bukit kemaluannya yang sudah semakin basah. Mulutku segera
saja menyerbu buah dadanya yang menantang.
"Emhh.. Ohh.. Masshh.." mulut Ceu Entin tak henti-hentinya
mendesis-desis. Tangan Ceu Entin meremas-remas rambutku. Tubuhnya menggelinjang
dalam tindihan tubuhku sehingga batang kemaluanku yang menempel ketat di bukit
kemaluannya tergesek-gesek nikmat. Hangat sekali rasanya! Apalagi keluarnya
cairan licin yang keluar dari celah memanjang di bukit kemaluannya menambah
lancarnya gesekan batang kemaluanku.
"Ja.. Jang.. An mass.." desis Ceu Entin sambil mencoba
menutupi bukit kemaluannya saat mulutku mulai mendekat ke bukit kemaluannya
yang terbuka lebar. "Ceu Ceu Ma.. Malu"
Aku tak mempedulikan permintaannya. Kupegang tangannya dan kusingkirkan
dari bukit kemaluannya, wajahku segera menempel bukit kemaluannya. Tercium
aroma khas bau kelamin perempuan yang sangat merangsang gairah kelelakianku.
Tubuh Ceu Entin terhenyak, pantatnya terangkat menyambut tekanan wajahku
saat lidahku mulai menyeruak di celah yang terbentang di antara gundukan bukit
kemaluannya. Lidahku semakin menyeruak lebih dalam menggesek-gesek dinding
celah kemaluannya.
"Ahh.. Mass.. Ouch.." Tubuh Ceu Entin menghentak-hentak
sementara mulutnya terus mendesis-desis. Tangannya yang memegang kepalaku tanpa
sadar menekan kepalaku agar lebih ketat menekan bukit kemaluannya. Aku
gelagapan karena sulit bernapas. Lidah dan mulutku semakin liar merangsek dan
menjilati lubang kemaluannya.
"Akhh.. Ceu.. Ceu.. Su.. Su.. Dahh.." Ceu Entin tak mampu
meneruskan ucapannya.
Tubuhnya menggelepar hebat. Pantatnya terangkat-angkat menyambut
rangsekan wajahku. Kedua kakinya melingkar mengepit punggungku. Tubuhnya
semakin bergerak liar selama beberapa saat lalu terdiam. Dadanya turun naik
mencoba mengatur napasnya. Matanya terpejam dan bibirnya mengatup rapat
menandakan masih mencoba menghayati kenikmatan yang baru saja diraihnya.
Setelah napasnya mulai teratur, aku segera menempatkan diriku sejajar
dengan tubuhnya di antara kedua pahanya yang terbuka. Kuarahkan batang
kemaluanku di tengah-tengah celah bukit kemaluannya yang basah dan licin lalu
kudorong pantatku pelan-pelan. Bless..! Perlahan-lahan kepala batang kemaluanku
mulai menerobos celah sempit hangat di tengah bukit kemaluannya.
"Ughh..!!" napasku sedikit tertahan merasakan betapa nikmatnya
batang kemaluanku terjepit erat dalam lubang kemaluan Ceu Entin.
Aku merasa kepala batang kemaluanku berdenyut-denyut saat tanpa
dikomando pantat Ceu Entin bergerak memutar secara perlahan. Goyang ciranjang
dari Ceu Entin begitu melenakan! Napsuku yang sedari tadi sudah berkobar
semakin menggebu. Perutku serasa kejang saat batang kemaluanku serasa dipilin
di dalam jepitan lubang kemaluan Ceu Entin.
"Ugh.. Ceu.. Terush.. Ceu.." Aku semakin mempercepat ayunan
pantatku maju mundur. Aliran desakan magma seolah siap meledak dan mengumpul di
ujung kepala kemaluanku. Ceu Entin pun menggoyangkan pantatnya dengan semakin
menggila.
"Masshh.. Ter.. Russhh" desahnya sambil memutar pantatnya.
Kedua kakinya menggapit pinggangku dengan ketat.
Mataku seperti kabur menahan gelora kenikmatan yang amat sangat. Aku
mengayunkan pantatku sekuat tenaga menghunjamkan batang kemaluanku
sedalam-dalamnya ke dalam jepitan lubang kemaluan Ceu Entin. Kepala batang
kemaluanku serasa berdenyut-denyut hendak menumpahkan semua tekanan yang
menggumpal di dalamnya.
Crrut.. Crrt.. Crrt.. Crutt!!
"Arghh.. Ter.. Rushh.. Ceu.." aku menggeram sambil menggigit
pundak Ceu Entin saat batang kemaluanku menyemburkan cairan kental ke dalam
mulut rahim Ceu Entin.
Pantat Ceu Entin kuremas kuat-kuat berusaha menekankan bukit kemaluannya
ke arah batang kemaluanku agar semakin erat menjepit batang kemaluanku. Tubuhku
berkejat-kejat di atas perut Ceu Entin. Tubuh Ceu Entin pun bergerak liar.
Lubang kemaluannya berdenyut-denyut menjepit batang kemaluanku yang tertancap
dalam didalamnya. Tubuhnya menggelepar dengan liarnya. Akhirnya kami sama-sama
terdiam. Napas kami saling berlomba. Kami mencapai orgasme secara bersamaan.
Kulirik wajah Ceu Entin, matanya nampak terpejam.
Kubiarkan batang kemaluanku tetap menancap. Perlahan-lahan aku merasakan
jepitan lubang kemaluan Ceu Entin semakin mengendur karena batang kemaluanku
mulai mengerut. Akhirnya jepitan lubang kemaluan cue Entin terlepas dengan
sendirinya dari batang kemaluanku. Aku menggulingkan tubuhku ke samping tubuh
telanjang Ceu Entin dan tetap memeluk tubuh telanjangnya sambil mengatur napas.
"Ceu Entin heibat sekali.. Aku sayang sama Ceu-Ceu.." bisikku
di telinganya.
"Si Mas juga hebat.. Ceu-Ceu sampai kewalahan melayani si
Mas.." balasnya sambil tersenyum malu.
"Eh.. Ceu-Ceu udah berapa lama enggak beginian" tanyaku.
Wajahnya merona karena malu.
"Terakhir.. Mungkin sudah 6 bulan yang lalu Mas.. Sejak mister kuya
membawa non Wulan kesini.." jawabnya agak malu-malu.
Ia biasa menyebut Mr. Park,
bossku, dengan sebutan mister kuya (bahasa Sunda artinya monyet). Hal ini
dilakukannya karena sejak Mr. Park membawa Mbak Wulan ke rumah ini ia tidak
pernah lagi dijamahnya.
"Ja.. Jadi Ceu-Ceu sudah pernah sama mister?!" tanyaku kaget.
"I.. Iya Mas.."
jawabnya agak malu.
"Gimana Ceu rasanya peler
Korea?" tanyaku menggoda.
"Ah.. Si Mas bisa saja.." sambil mencubit batang kemaluanku ia
menjawab.
"Pasti gede ya Ceu..?" kataku terus menggoda..
"Ahh.. Udah ah.. Ceu-Ceu enggak mau.. Tanya yang lain aja.."
jawabnya sambil tangannya meremas batang kemaluanku yang sudah mulai menggeliat
bangun.
"Ih.. Ini nakal.. Sudah dikasih mau minta lagi" katanya sambil
meremas batang kemaluanku.
"Lho.. Kan Ceu-Ceu yang mbangunin.. Tadi masih enak-enak tidur
dipegang-pegang.. Jadi ya bangun begini." kataku menggoda "Pokoknya
Ceu-Ceu harus bertanggung jawab nih.." kataku lagi sambil tanganku mulai
menggerayangi tubuhnya.
Hari itu aku dan Ceu Entin bersetubuh beberapa kali hingga benar-benar
teler. Berbagai posisi dan gaya kami lakukan. Rupanya Ceu Entin sudah banyak
belajar dari Mr. Park soal seks.
Gara-gara kopi ginseng aku dapat menikmati keindahan tubuh dua wanita di
kantor ku. Sejak saat itu atas kesepakatan Ceu Entin dan Mbak Wulan aku
diwajibkan memuaskan keinginan mereka secara bergiliran. Aku sendiri sebetulnya
senang.. Tapi kalau memikirkan resiko yang harus kutanggung jika suatu saat Mr.
Park tahu kalau "istrinya" kuselingkuhi pasti aku dipecat dan kakak
sepupuku akan terkena getahnya. Akhirnya dengan berat hati aku mengundurkan
diri dari pekerjaanku. Aku pamit pada Mr. Park dengan alasan aku ingin kerja di
kotaku saja. Hingga saat ini aku masih mencari-cari pekerjaan lagi. Gara-gara
kopi ginseng pula akhirnya aku menjadi pengangguran. Nah sekian dulu kisahku.
Sampai saat ini aku sedang mencari pekerjaan di mana bossku adalah wanita. Tapi
aku belum menemukannya hingga saat ini. Bila ada pengusaha wanita yang butuh
asisten aku sangat bersedia membantu. Sampai jumpa
di kisah-kisah selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar