Senin, 11 Mei 2015

hany istri temanku selingkuhanku

ini terjadi saat aku berusia 36 th. Aku seorang ayah dari 3 orang anak, aku bekerja di bidang medis, dan tinggal di Selatan Jakarta. Wajahku biasa aja, hitam manis kata istriku, tinggi badan 165 cm, rambut lurus-halus cenderung tipis. Kehidupan sex-ku normal, bahkan dapat dikatakan aku mempunyai nafsu sex yang tinggi. Bukan baru sekarang, bahkan sejak usiaku baru beranjak dewasa 17 tahun.
Dengan posisi hani duduk di pangkuan, tanganku bergerak meraba rambut dan lehernya, Hani melenguh, tangannya mencari dan mencoba meraih penis yang udah tegang dibalik celanaku. Tangan kananku kemudian bergerak dari perutnya kearah pinggul, hani bergeser turun dari pangkuanku sambil menaikkan pahanya, otomatis dasternya terangkat. U know what?, ternyata hani gak pake CD.


Meskipun dengan istriku aku telah mendapatkan kepuasan, namun sebagai laki2 normal, aku juga mempunyai fantasi untuk melakukan hubungan intim dengan wanita lain. Aku akan sangat terangsang pada type wanita kutilang-dara (kurus tinggi langsing, dengan dada rata). Itulah gambaran diriku, menjelang Valentine’s day ini aku jadi teringat peristiwa 5 th silam, dan kucoba untuk menuangkan dalam bentuk tulisan.

Antara 1997-98 aku mendapat tugas belajar di Surabaya. Kota Surabaya sangat tidak asing bagiku karena disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan. Aku putuskan untuk kost karena gak mau ngerepotin sanak-saudara, lagian cuman 6 bulan. Baru 2 hari dan belum selesai beresin baju – buku2 yang kubawa, nafsu dan gairahku meningkat butuh penyaluran, sampai akhirnya onani. ‘Gue gak bisa kaya gini terus…..’ pikirku dalam hati.
Besoknya aku cari beberapa no telf teman2 deketku se-angkatan. Singkatnya aku dapatkan no seorang teman, sebut saja Hani, usia kami sebaya, married with 2 kids. Kami dulu pernah deket, sering jalan bareng juga 1 kelompok saat praktikum.

Hanni keturunan chinese, cukup tinggi untuk ukuran wanita, kulit putih, dada rata. Awalnya hanya saling telfon, diskusi, makan-makan dan jalan bareng, sampai suatu saat (pertengahan februari) dia telfon (kayanya abis nangis) ingin bertemu.

“Mas, bisa nggak datang ke rumahku, aku pengen cerita”.
‘Ok, say, ntar ktemu di tempat biasa ya, jawabku.
Dengan Lancer th 83’an aku meluncur menemuinya, kemudian bareng ke rumahnya. Dalam perjalanan kami ngobrol macem-macem mulai ilmiah, politik sampai hal-hal yang jorok,
“Mas, kapan pulang ke Jakarta?” dia tanya (jadwalku pulang tiap bulan).
“Minggu depan, emang knapa?” aku balik tanya.
“Gak papa sih cuman, iseng aja”.
‘Kalo cuman iseng, jangan cuman nanya…. ….ngerjain aku deh’, timpalku.
‘Hehehehe dasar ngerest, otakmu’ tak terasa kami telah sampai ke rumahnya hani membuka pintu pagar rumah. (terasnya kotor…penuh debu, kaya beberapa hari gak disapu.
‘Kamu tinggal disini?????’ tanyaku heran.
“kebangetan deh…….aku gak tinggal disini, ini rumah ortu yang kmaren abis dikontrakin, seminggu sekali aku tengok dan bersihin”, jawabnya sambil masuk ke dalam.

Aku masukkan mobilku dan segera masuk rumah…
Meskipun terasnya kotor penuh debu, tapi rumahnya gak pengap……. Cukup nyaman, perabotannya terpelihara. Hani mempersilahkanku duduk smentara dia sapu teras depan.
‘Enak2in diri ya…..aku bersih2 bentar’katanya.
‘Gimana mau enak…… udah gak disuguhi minum,…. Ditinggal lagi,’ sahutku
“Udah ah, aku mandi dulu ya?”. Langsung aja otakku ngeres membayangkan tubuhnya yang indah di balik baju yang dikenakan
‘Whats the problem?’ tanyaku basa-basi, sambil pindah duduk kesebelahnya. ‘Biasa……. masalah keluarga’, katanya.
‘Is it about sex?’ Gue becandain
‘Loe tetep aja kaya dulu, sableng, and gak jauh dari sono’…… tapi ada benernya sih ….. meskipun gak langsung’, jawabnya.

Kemudian Hani cerita panjang lebar, intinya rasa gak puas sikap suami yang otoriter dan selalu menyalahkannya bila ada perselisihan dengan mertua.
“aku bner2 capek, Sony (suaminya) selalu berpihak ama ibunya, padahal aku berusaha netral kalo mertua ngomel2”. Sambil terisak dia akhiri ceritanya.
Saat aku pegang tangannya, dan dia diam, malah bilang “boleh aku nyandar di dadamu?”. Aku mengangguk dan segera meraihnya serta membelai rambut sebahu itu dengan lembut. Kucium keningnya perlahan, Hani tengadah dan berbisik lirih “Mas, aku butuh support, kasih sayang dan belaian mesra”.

Saat itu aku merasa hanyut dengan situasi yang diciptakannya, sehingga tanpa rasa canggung kucium matanya, hidungnya, hanni menngeliat sehingga bibir kami bertemu. Hanni bangkit dan berkata lirih sambil memelukku, “hold me tight, im yours now”.
Aku cium kembali bibirnya dengan lembut, hani merespon dan memagutku. Kami berpelukan bagai sepasang kekasih yang baru berjumpa setelah sekian lama berpisah dengan segunung kerinduan.

Dengan posisi hani duduk di pangkuan, tanganku bergerak meraba rambut dan lehernya, Hani melenguh, tangannya mencari dan mencoba meraih penis yang udah tegang dibalik celanaku. Tangan kananku kemudian bergerak dari perutnya kearah pinggul, hani bergeser turun dari pangkuanku sambil menaikkan pahanya, otomatis dasternya terangkat. U know what?, ternyata hani gak pake CD.

“mas aku pengen,……….. do it now bisiknya. Segera aku jilat mecky merah muda yang indah dengan sedikit rambut namun panjang2 itu, aku basahin dan sibakkan bulu2 halusnya dengan lidahku sambil sesekali menyentuh clitnya.
‘Ahhhh, ………… mas……. Aku………..pengen, fuck me now’…………………. Tangannya berusaha membuka celanaku dan menggenggam penisku.
‘Aku risih di sini’ aku berasa gak enak karena masih di ruang tamu.
“kamar yuk’, katanya berdiri dan mengunci ruang tamu tempat kami melakukan pemanasan.
‘Siapa takut…… ,dia tersenyum dan berjalan sambil membuka dasternya, aku ikuti dari belakang, begitu indah tubuhnya……..mulus bak pualam.

Ruang tidur utamanya berukuran 5x6 m luas dan cukup mewah. Yang istimewa adalah adanya cermin besar (mungkin 3X2,5 m) di depan bed. Didepan cermin aku peluk Hani yang dengan cekatan membuka kemeja, celana serta CD-ku, begitu indah dan menggairahkan. Erotis banget gerakan2 kami dilihat dari cermin itu.

Penisku segera mencuat kencang seakan-akan kegirangan menemui kebebasannya. Aku puaskan seluruh dahaga-ku, kami saling meraba dan berciuman. Setelah beberapa saat saling meraba, Hani menghempaskan tubuh indahnya ke tempat tidur yang telah menanti. Kuteruskan kegiatanku yang terhenti tadi, hoping that she’ll understand what I want. Look’s like she catch what im thinking, Hani berbalik memposisikan diri pada posisi 69…. dia kulum penisku, yang segera berkembang, ke ukuran tempurnya dengan diameter 2,5-3 dan panjang 15-16an -cm.

Ahhh… skarang aku mendesah menikmati kuluman dan hisapan lembut Hani……… ‘Kamu jago banget ngisep, Han’ kataku memujinya, sambil tetap menghisap meckynya, yang telah dibasahi lendir gairah.
Ohh,………… mas……….. ayo………. katanya bangkit dan jongkok diatas miniature monasku…….
Diraih dan diarahkan penisku ke liang senggamanya, kemudia dia bergoyang naik turun sambil menggigit bibirnya. I catch her tiny breast and squeze it slowly, then after 3 mnts, Hani wants me on her body… tampaknya hani telah mencapai orgasmenya saat dia menunggangiku……..

Aku balik badannya dengan posisi penis masih tertanam. Hani membantu membuka lebar2 gerbang surgawinya.dengan mengangkat ke 2 pahanya ke atas.
Aku maju mundurkan penisku, dengan ritme 5 kocokan ringan X 1deep penetrated, ‘Mas…. ,mmmmhhh, ……Deeper……. Harder……., dia meracau……….
‘Ini udah maksimal kataku’,…..
Hany ketawa ….. sehingga otot2 vaginanya ikut berdenyut seirama tawa……. ,
aku tarik tubuh hanni ke ujung bed, dan kutekan dalam-dalam penisku. Hanni berteriak histeris menikmati gaya permainanku, ke2 tangannya menarik pinggulku seakan-akan menahan penisku tetap pada posisinya.
Han……. Aku mo sampai………. belum sempat dia menyahut aku keluarkan spermaku ke rahimnya……….. Sepertinya hanni juga telah mencapai orgasme nya yang ke 2 saat itu. Kami bercanda dan bercengkrama di tempat tidur sehabis pertempuran yang menguras tenaga tadi.
‘tadi kamu kebangetan deh, gue gak bisa nahan ketawa waktu loe bilang udah maksimal’…….., ‘loe yang kebangetan’, timpalku udah tau penisku segitu malah bilang lebih dalem……,gara-gara kamu ketawa aku gak kuat nahan,…. ……abis meckymu juga ikutan ketawa timpalku…….
‘Hehehehe siapa suruh loe nahan’, katanya. Udah ah, mandi bareng yok, katanya manja sambil menciumku.

Setelah kejadian itu kami semakin sering ktemu dan ML di tempat-tempat yang memungkinkan, sampai aku selesaikan tugas belajarku.





menikati sentuhan istri teman

Hari minggu itu aku (Jeje, 27 tahun) udah janjian ma temenku yang bernama Novan (27 tahun) mau jalan ke rumah temen-temenku semasa kuliah dulu. Novan adalah salah satu temen kuliahku dulu, dan kini udah berkeluarga sementara aku masih bujangan. Tapi sejak setaun pernikahaannya dengan Shanti (23 tahun) masih belum juga punya momongan. Shanti adalah adik tingkat kami semasa kuliah dulu. Novan saat ini tinggal di rumah mertuanya (keluarga Shanti) di sebuah ibukota propinsi. Makanya sore itu aku jemput dia di rumah Shanti. Tapi setibanya di situ, Shanti bilang kalau Novan baru saja pergi nganter ibu dan bapak mertuanya ke rumah saudaranya untuk sebuah keperluan. Shanti sendiri nggak ikut lantaran sore itu dia ngedadak agak meriang. "Tunggu aja dulu deh, Je," kata Shanti padaku. Karena udah terbiasa main ke rumahnya, akupun langsung aja nyelonong masuk ke ruang tv. "Kamu sendirian aja nich Shan di rumah. Mana pembokat lu?" tanyaku sambil langsung rebahan di karpet biru di depan tv. "He-eh nich, tadinya aku mo ikut ma Mama. Tapi nggak tau kenapa tiba-tiba meriang gini. Si Ani (pembokatnya) lagi pulang kampung tuh," ujar Shanti sambil bawain aku minuman hangat. "Lu masuk angin ya Shan?" tanyaku sambil nyeruput segelas teh hangat yang disediain Shanti. "Minum obat dong Shan," kataku lagi sambil ngeliat ke arah Shanti yang duduk bersila di atas kursi, sementara aku masih rebahan di karpet. "Atau dikerokin tuh, biar anginnya pada mabur," ujarku bercanda. "Maunya sih, tapi si Ani-nya lagi nggak ada nich," kata Shanti. "Suami lu dong suruh ngerokin" kataku lagi. "Huu boro-boro mau ngerokin, suruh mijatin ajapun males-malesan," ujar dia. "Gua yang ngerokin mau nggak?" kataku bercanda. "Mau sih, tapi malu ah," Shanti tertawa geli. "Ngapain mesti malu ama gua, gua kan temen suami lu." kataku sambil nggak yakin kalau Shanti bener-bener mau kukerokin. "Nggak ah, nggak mau dikerokin. Pijitin aja deh Je kalau lu mau. Ntar gua bingung ditanya Novan siapa yang ngerokin." pinta Shanti sambil terkekeh. Aku langsung nyuruh dia duduk di lantai nyandar ke kursi. Sementara aku duduk di kursi tepat di belakang punggungnya. Shanti dan aku nggak ada perasaan apa-apa, makanya dia mau aku yang mijatin. Sambil ngobrol kesana-kemari, aku terus mijatin pundak ma leher bagian belakang Shanti. "Ke bawah dikit dong Je. Ke punggungnya." pintanya sambil ngegeser duduknya agak maju. Aku nurut aja, sambil terus mijatin dia yang sambil nonton tv. "Lu lepasin tali BH-nya dong, ngehalangin nih," kataku. Shanti langsung ngelepas BHnya dan ngeletakin begitu aja di sampingnya. Aku mulai mikir yang ngeres-ngeres ngeliat BH Shanti segede gitu. Aku ngebayangin berarti gede juga isi BH itu. "Aku sambil tiduran ya Je." pintanya sambil terus telungkup di atas karpet di depan tv. Aku pun turun dan duduk disamping tubuhnya. Aku mulai mandangian pantatnya yang gempol, lalu turun ke bagian pahanya yang terlihat putih karena Shanti waktu itu cuma pake celana pendek doang. Tanganku mulai kupermainkan agak nakal sedikit, sambil berharap ngeliat reaksi Shanti. Persis di dipunggung dibelakang bagian toketnya, aku mulai sedikit nakal memainkan jari-jariku. Kuturunkan sedikit jari-jariku supaya meraba sedikit saja bagian toketnya. "Geli ih Je," ujarnya tapi diam saja. "Kena ya? Sorry deh Shan" ujarku pura-pura kaget. Shanti diem aja dengar jawabanku itu. "Shan, buka aja deh kaosnya," pintaku. "Nggak ah, ntar Novan dateng gimana?" tanyanya ragu. "Ya cepet-cepet di pake lagi dong ntar." jawabku singkat. Agak sedikit malu kulihat wajah Shanti ketika dia duduk sebentar dan membuka kaosnya dan cepat-cepat telungkup lagi. Pikiranku saat itu bener-bener ngeres banget. Ingin rasanya aku memeluk Shanti dan merasakan hangatnya tubuh istri temenku itu. Tapi aku malu. Dengan sedikit ragu, aku mulai memberanikan diri untuk meremas bagian pinggir-pinggir toket Shanti dari belakang. Shanti terlihat agak kaget melihat kenekatanku, tapi dia diam saja. Malah sedikit-sedikit Shanti membiarkan jari-jariku nyelusup makin meremas toketnya itu. "Geli Jee,,," Shanti agak mengerang. "Sorry ya Shan, aku bener-bener nggak tahan pengen megangin tetek kamu," kataku aga gemetar. "Nggak apa-apa kan Shan, Sorry ya," kataku semakin gemeteran. Shanti begitu mendengar pertanyaanku itu, tanpa kusangka menggeleng pelan. Birahiku yang semakin meningkat, tak mampu lagi aku tahan. Kuraih tubuh Shanti agar sama-sama duduk dan kubalikan badannya agar menghadapku. Cepat-cepat aku tempelkan bibirku ke bibir Shanti. Shanti yang masih keliahatan kaget melihat kenekatanku, terdiam dan mulai bereaksi dengan membalas ciumanku. Seperti orang kesurupan, kami yang sama-sama sedang nafsu dengan cepat saling menjilat bibir kami masing-masing. Tanganku pun dengan cepat meremas toket Shanti sementara tangan Shanti terus mengusap-ngusap bagian punggungku yang kini sudah telanjang dada. Kuraih tubuh Shanti agar berdiri. Dan dengan satu tanganku, ku tarik celana pendek Shanti agar melorot ke bawah. Shanti tak diam ketika tanganku sudah menarik celana pendeknya termasuk CD-nya juga. Dia dengan gugupnya membuka kancing celana jeanku dan menarik turun resleting celanaku. Aku membantunya dengan menurunkan sendiri celana dalam dan jeanku hingga kami sama-sama telanjang saling berpelukan dalam posisi masing-masing berdiri. "Masukin ya Shan," pintaku ketika tangan Shanti dengan ganasnya meremas-remas kontolku yang sudah sangat tegang itu. Shanti hanya mengangguk pelan ketika kontolku kuarahkan kebagian selangkangan Shanti yang sudah sangat basah itu. "Shhhh,,,, ahhh.." Shanti mengerang. "Ahhhh,,, cepetan Je, ntar Novan keburu dateng,,," katanya sambil terus merenggangkan selangkangannya. "Ahhhhh,,, Shannnn...." kataku tak tahan merasakan kocokan tangan Shanti di kontolku. Dengan posisi terus berdiri, kontolku kini sudah tepat di depan memek Shanti yang basah. Pelan-pelan kumasukan dengan bimbingan tangan Shanti. "Pelan-pelan Je,, ahhhh,,,,ahhhhh,,, Jeeee......." Shanti mengerang sambil memelukku erat sekali ketika kontolku mulai menancap ke dalam vagina itu. "Shaaaan,,,,, ahhhh,,,, ahhhh,,,,," erangku merasakan nikmatnya menyetubuhi istri temanku itu. "Cepat Jeeee,,, cepetin lagi keluar-masukinnya Jeeee,,,,,," Shanti merengek seperti seorang bayi yang minta cepat-cepat disusui oleh ibunya. "Iya Shaaaan,,, segini enak Shaann,,," tanyaku sambil kuisapi lidah Shanti yang menjulur-julur keluar dari mulutnya. Shanti hanya menganggung mengiyakan pertanyaanku. "Jeeee,,,, aku pengen keluar Jeee,,,, lebih cepet lagi Jeeee,,,," pinta Shanti sambil tubuhnya menggelinjang kekiri-kekanan. Aku yang sebenernya juga sudah pengen keluar, semakin mempercepat kocokan kontolku keluar-masuk memek Shanti yang seluruh tubuhnya sudah kelihatan menegang hebat sekali. "Aaauuuu,,,,, Jeeee,,,, aku keluar Jeee,,,,," Shanti meregang sambil menggigit pundakku. "Aku juga Shaaaann,,,," kataku juga hampir bersamaan. Kupeluk tubuh Shanti yang kelihatan sangat kecapaian, Shanti tersenyum ketika keningnya aku cium. "Makacih ya Je,,," bisiknya sambil senyum-senyum. "Iya, makasih juga Shan,,," kataku sambil terus kupeluk dia. Lama kami saling berpelukan masih dalam keadaan telanjang sambil duduk di depan tivi di atas karpet. Tiba-tiba Shanti meraih BH dan kaosnya. Dengan manjanya, dia minta dipakaikannya olehku. "Pakein dong Jee,, ntar keburu dateng suami gua lho." pintanya. Aku langsung memakaikan BH dan kaosnya sambil tanganku mencari-cari kesempatan untuk meremas toketnya yang sudah sedikit mengendur lagi. "Udah ah,,, besok-besok kan bisa lagi Je..." Kini kami sudah saling memasang pakaian masing-masing, tapi kami sepertinya masih tak ingin terpisahkan. Kami masih saling berpelukan di atas kursi ketika suara mobil kijang yang dikemudikan Novan terdengar memasuki halaman. Shanti buru-buru bangkit dari pelukanku. "Novan dateng," bisiknya padaku. Sambil bangkit, dia sempat mencium pipiku sekali saja. "Besok-besok lagi ya Jee,,," katanya manja. Aku hanya mengangguk sambil merhatiin Shanti yang terus berlari ke arah pintu depan. Aku masih duduk sambil nonton tv ketika si Novan menyapaku. "Yuk, langsung cabut Je. Anak-anak udah pada nunggu nih. Lu udah lama ya? Sorry brur aku nganter mertuaku dulu tadi," katanya tanpa kutanya. Shanti yang denger itu bilang "Iya tuh, si Jeje udah dari tadi nungguin lu Van. Buruan sana pergi, ntar keburu bubaran deh acaranya," kata Shanti sambil menggandeng tangan suaminya dengan mesra hingga ke pinti depan rumahnya.




nikmatnya bercinta dengan teman karib istriku

Kulirik jam dinding…ah… pukul 8 pagi…Suasana rumahku sepi. Tumben, pikirku. Segera aku bangun, mencari-cari istri dan anak-anakku..tidak ada …baru kuingat, hari Minggu ini ada acara di sekolah anakku mulai jam 9 pagi. Pantas saja mereka sudah berangkat. Istriku sengaja tidak membangunkan aku untuk ikut ke sekolah anakku, karena aku pulang kantor hampir pukul 4 pagi. 

Yah, beginilah nasib Kabag Pengadaan Barang kalo lagi banyak barang yang masuk, aku harus memantau barang yang masuk. Untung saja, ada anggota timku yang bisa mengurangi keteganganku. Ya, Zaskia tentunya, yang semalam telah memberikan servis untukku. Baginya, bersetubuh dengan lelaki lain selain suaminya bukan hal yang tabu, karena dia sendiri juga tidak mempermasalahkan jika suaminya berkencan dengan wanita lain. Prinsip mereka, yang penting pasangan tidak melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri.

Aku tersenyum mengingat kejadian semalam. Sebenarnya jam 11 malam kami sepakat untuk pulang kantor, tapi ternyata aku dan Zaskia sama-sama lagi horny. Akhirnya, terjadilah seperti yang sudah kuceritakan diatas. Tak terasa, aku mulai horny lagi. tongkolku pelan-pelan mengangguk-angguk dan mulai mengacung.
“Walah…repot bener nih, pikirku. “Lagi sendiri, eh ngaceng.” Kebetulan, di rumah tidak ada pembantu, karena istriku, Indah, lebih suka bersih-bersih rumah sendiri dibantu kedua anakku. “Biar anak-anak gak manja dan bisa belajar mandiri. Lagian, bisa menghemat pengeluaran,” kilah istriku. Aku setuju saja.

Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, setelah memutar DVD BF. Sengaja kusetel, biar hasratku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kukocok tongkolku. Tampak dari ujung lubang tongkolku melelehkan cairan bening, tanda bahwa birahiku sudah memuncak. Aku pun teringat Mei Lan, sahabat istriku. Kebetulan Mei Lan berasal dari suku Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya. Ya, aku memang sering berfantasi sedang menyetubuhi Mei Lan. Tubuhnya mungil, setinggi Zaskia, tapi lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung lilin. Dan pantatnya yang membulat indah, sering membuatku ngaceng kalo dia berkunjung. 

Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Mei Lan bisa kujamah, pasti nikmat sekali. Fantasiku ini ternyata membuat tongkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah Mei Lan…seandainya aku bisa menyentuhmu..dan kamu mau ngocokin tongkolku..begitu pikiranku saat itu.
Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Mei Lan, terdengar suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.

“Ngel…Angel…aku dateng,” seru suara itu…

Oh my gosh…itu suara Mei Lan…mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak kedengaran? Mei Lan memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya.

Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Mei Lan udah nongol di ruang tengah, dan…

“AAAHHH…MARRTTIINNN…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?”

“Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu. Orang yang selama ini hanya ada dalam fantasiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku dalam keadaan telanjang, gak pake celana, Cuma kaos aja. Ngaceng pula.

“Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?” aku protes.

“Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telanjang, nonton bf sendirian,lagi ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.

“Yee…namanya juga lagi horny…ya udah mending colai sambil nonton bf. Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku.

“Udah, Tin. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?”

“Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat donk,”kilahku.

“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi.” Mei Lan beranjak dari duduknya, dan pamit pulang.

Buru-buru aku mencegahnya. “Lan, ntar dulu lah…,”pintaku.

“Apaan sih, orang aku mau ngajak Indah jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,”sahutnya.

“Bentar deh Lan. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha merayunya.

“Gila kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Mei Lan protes sambil melotot. “Kamu jangan macem-macem deh, Tin. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya.

“Lan,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku colai.”
“Gimana?”

Mei Lan tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.

Sejurus kemudian..

“Ok, Lan. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu, kamu juga buka bajumu dong…pake BH sama CD aja deh, gak usah telanjang. Kan kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir.

“Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake BH dan CDku dan kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya. “Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?”

”Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian, kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi colai sambil liat BF…lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.

“Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.”

“Gak usah, disini aja,”sahutku.

Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah payudara itu menyembul keluar. Payudara yang terbungkus BH sexy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi BH merah itu. Seteah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin, sewarna dengan Bhnya. Sepertinya, itu adalah satu set BH dan CD.

“Nih, aku udah buka baju. Dah, kamu terusin lagi colinya. Aku duduk ya.”

Mei Lan segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.

“Duduknya jangan gitu dong…”

“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Mei Lan. “Nungging, gitu?”

”Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,”sahutku.

“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.

“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana dalam sama selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.

“Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau colai aja pake minta macem-macem,” Mei Lan masih saja protes dengan permintaanku.

“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya lebar-lebar.

“Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya colinya.”

Sambil memandangi tubuh Mei Lan, aku terus mengocok tongkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi. Sayang, kalau pemandangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Mei Lan tidak menanggapi omonganku.
“Oh…Laaaannn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Mei Lan menatapku dan tersenyum.
“Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngaceng, Laaaannn……”
Mei Lan terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah tongkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendir dari ujung lobangnya.

“Pantatmu, Laaannn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merintih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya terangsang.

Mei Lan masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah celana dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Mei Lan juga mulai ternagsang dengan aktivitasku. Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai gelisah. Tangannya mulai meraba dadanya, dan tangan yang satunya turun meraba paha dan selangkangannya. Tapi Mei Lan nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.

Kupejamkan mataku, agar Mei Lan tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Mei Lan meremas payudaranya dan owww…BH sebelah kiri ternyata sudah diturunkan…

Astagaaa..!!! Puting itu merah sekali…tegak mengacung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki satu anak, kuakui, payudara Mei Lan lebih bagus dan kencang dibandingkan Agnes. Kulihat tangan kiri Mei Lan memilin-milin putingnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya.

“Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suaranya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada tongkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Mei Lan.

Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan tanganku. Aku membuka mata dan terpekik. “Lan…kamu…,”leherku tercekat.

“Aku nggak tega liat kamu menderita, Tin,”sahut Mei Lan sambil membelai tongkolku dengan tangannya yang lembut.

My gosh…perlahan impin dan obsesiku menjadi kenyataan. tongkolku dibelai dan dikocok dengan tangan Mei Lan yang putih mulus. Aku mendesis dan membelai rambut Mei Lan. Kemudian secara spontan Mei Lan menjilat tongkolku yang sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya tongkolku masuk ke mulutnya. Ya, tongkolku dihisap Mei Lan. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunilingis.

Tak tahan dengan perlakuan sepiha Mei Lan, kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan Cdnya.
“Kamu mau ngapain, Tin?” Mei Lan protes sambil menghentikan hisapannya. Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas pantat putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku.

“Ohh..Lan…boleh ya aku megang pantat sama memek kamu?”pintaku.

“Terserah…yang penting kamu puas.”

Segera kuremas-remas pantat Mei Lan yang montok. Ah, obsesiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Mei Lan terpampang dihadapanku.

Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun ke anus dan vaginanya. Mei Lan merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.

“Achh…Laaaann…enak bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jilatan lidah dan hangatnya mulut Mei Lan saat mengenyot tongkolku. Betul-betul menggairahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batang kelelakianku. Hingga akhirnya….

“Laaann….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg….aku…kach…aku…”

“Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….”

“I…iiy…iiyyaaa….Laaannnnnnnnn….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh…..”

Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…

Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan dada Mei Lan. Tanganhalus Mei Lan tak berhenti mengocok batang kejantananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan
Ohhhh…….my dream come true….. Obsesiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejuhku di bibir dan muka Mei Lan.

“Lan…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama dada kamu kenas permaku?”

Mei Lan menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan tongkolku yang sedikit melemas.

“Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?”

“Iya, Tin. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau sperma kamu seger banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya Mei Lan.

“Iya…kalo gak gitu, Angel mana mau nelen sperma aku.”

“Aihhh….” Mei Lan terpekik. “Angel mau nelen sperma?”

Aku mengangguk. “Keapa Lan? Penasaran sama rasanya? Lha itu spremaku masih meleleh di muka sama dada kamu. Coba aja rasanya,”sahutku.

“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Mei Lan mengecap spermaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dijilatnyajarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya spermaku masuk kedalam tubuhnya…

“Iya, Tin, sperma kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen sperma kamu…”

”Mau lagi….?”

“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Tin?”

“Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu, Lan.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun lagi kan?”

“Dasar kamu ya….”
”Benerkamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.

“Mau sih…Cuma takut kalo Angel dateng…gimana donk….” Mei Lan merajuk.

Perlahan kuhampiri Mei Lan, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya diangkat mengangkang.

Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.

“Hmmm…Lan…meqi kamu masih basah…kamu masih horny dong…”tanyaku.

“Udah, Tin….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….” Mei Lan memiawik saat lidahku menari diujung klitorisnya.

“Tiinnn…kamu gilaaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.

Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir vagina Mei Lan yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-spotnya.

Akibatnya luar biasa. Mei Lan makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan birahinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kusedot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari vaginanya. Ya…aroma vagina Mei Lan lain dengan aroma vagina istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada sensasi tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Mei Lan.

“C’mon..Tiinn…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….”
Aku paham, gerakan pantat Mei Lan makin liar. Makin kencang. Kurasakan pula meqinya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku.

“Ting…tong…”bel rumahku berbunyi.

“Mas…..mas Martin….”suara wanita didepan memanggil namaku.

Sontak kulepaskan jilatanku. Mei Lan memandang wajahku dengan wajah pucat. Aku pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar.

“Tin..kok kyaka suara Yuni ya…” Mei Lan bertanya

“Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…”ucapku ketakutan. “Udah Lan, kamu masuk kamarku dulu deh…cepetan…”

Segera Mei Lan berjingkat masuk ke kamarku, mungkin sekalian membersihkan tubuhnya karena dikamarku ada kamar mandi. Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya, karena Mei Lan hampir meledakkan orgasmenya, yang terputus oleh kedatangan Yuni, sahabatnya sekaligus sahabat istriku.

Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit, aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.

“Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Yuni begitu melihatku membuka pintu.

“Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?” tanyaku seraya mengajak Yuni menuju ruang tengah.

Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya. Bagaimana tidak?
Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna putih. Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak kulihat garis celana dalam mebayang di spandexnya.

Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku.

Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja, film bokep yang aku setel udah selesai, jadi Yuni nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.

“Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang. Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Angel. Itung-itung membagi kesenangan.”

“Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget”

“Ah, biasa aja lageee..hehehe”

Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Yuni nggak berkunjung ke rumahku. Yuni ini adalah salah satu sahabat istriku, selain Mei Lan.

Diam-diam, akupun  juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya. Ya, Yuni seorang wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku sering berkhayal lagi ngentotin Yuni, sambil aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman tongkolku…

“Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Yuni.
“Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…”

Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…

“Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Yuni melirikku dengan pandangan menyelidik.

Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin selangkangannya. Wah….

“Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Angel pergi. Lagian,dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Yuni bergidik ambil tertawa.

Aku Cuma tersenyum.

“Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.”

“Aku numpang pipis dulu ya.”Yuni menuju kamar mandi di sebelah kamarku.

“Iya.”

Tepat saat Yuni masuk kamar mandi, sambil berjingkat Mei Lan keluar dari kamarku.

Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan. Ternyata CD Mei Lan ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya waktu sedang aku jilat memeknya. Astagaaa…untung Yuni nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah…

“Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik.
Mei Lan mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…

“Ceklek….!”

Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Yuni keluar, kulihat wajahnya terkejut melihat Mei Lan berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Mei Lan yang hanya memaki kaos, tetapi dibawah tidak memakai celana jeansnya. Akupun terkejut, dan berdiri terpaku. Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa pening.

“Mei Lan …? Kamu lagi ngapain?” Yuni bertanya dengan wajah bingung campur kaget.

“Eh…anu…ini lho…”kudengar Mei Lan gelagapan menjawab pertanyaan Yuni.

“Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Yuni. “Oo…aku tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?”

“Enggak Yun. Ngaco kamu, orang Mei Lan lagi numpang dandan di kamarku kok.” Sergahku membela diri.

“Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Yuni bertanya dengan galak.

“Sini liat.” Yuni menghampiri Mei Lan dan cepat merebut celana dalam yang dipegang Mei Lan, tanpa perlawanan dari Mei Lan.

“Kok basah…?”Yuni mengerutkan keningnya. “Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu ngapain…?”
”udah deh, Yun…emang bener, aku lagi mau ML sama Mei Lan. Belum sempet aku entot, sih. Baru aku jilat-jilat memeknya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.

“Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja, gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Yuni memaki kami berdua dengan wajah merah padam.

“Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Mei Lan ke polisi…silakan. Mau laporin ke Angel…terserah….”ucapku pasrah.

“Hmm…kalo aku laporin ke Angel…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke polisi….ah…ngrepotin.” Yuni meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.

“Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya.” Yuni memberikan tawarannya kepadaku.

“Apa syaratnya, Yun?”

“Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.”

“Iya, apaan syaratnya?” Mei Lan ikut bertanya

“Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?”

“WHAT?” aku dan Mei Lan berteriak bebarengan. “Gila lu ya, masa mau nonton orang lagi ML?”

“Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?”Yuni mencibir dengan senyum kemenangan.
Aku dan Mei Lan saling berpandangan. Kuhampiri Mei Lan, kubelai tangan dan rambutnya. Mei Lan seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Yuni.

Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang sekel. Mei Lan segera membuka kaosnya.

Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Mei Lan menuju sofa. Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Mei Lan dan Yuni.

Aku melirik Yuni, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.

“Ayo, Tinnn…cepetan deh…udah gak tahan, honey…” Mei Lan merintih. “Biarin aja si Yuni…paling dia juga udah basah.”

“Enak aja kamu bilang.”sergah Yuni. “Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih kalian kalo ML.”
Aku menatap mata Mei Lan yang mulai sayu dan tersenyum. Setelah melepas seluruh pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera kusosor memek Mei Lan yang sangat becek oleh lendir birahinya.

“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Martiiiinnnnn….” Mei Lan menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama permainan lidahku.

Hmmm…nikmat sekali. memeknya berbau segar, tanda bahwa memek ini sangat terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memeknya yang meleleh deras, seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.
“Hmmmppppppff…Martin…Martiiinnn…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…” Mei Lan terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya.

‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….”

“Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku terus mengocok memeknya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat keras. Baik itil maupun memek  Mei Lan sudah benar-benar berwarna merah, sangat basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan sofa.

Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini membuatpaha Mei Lan menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.

“MMAARRTTTIIIINNN…..AAAAACCCCHHHHHHHHH……” Mei Lan menjerit keras sekali, menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan berguncang hebat sekali.

Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya. Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Mei Lan. Sedotanku pada memiawnya membuat guncangan Mei Lan makin keras…dan akhirnya Mei Lan terdiam seperti orang kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.

“Oooohhhh…Tiinn…aaachhh…..” Mei Lan menceracau sambil gemetaran.

“Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…”
Kulihat Mei Lan tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku melumat putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua anak, payudara Mei Lan sangat terawat, kencang. Dan putingnya masih berwwarna kemerahan. Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski pemiliknya barusan menggapai orgasme.

“Shhh…Tttiiinnn…iihhhh…geli….” Mei Lan menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan Mei Lan mulai mengejang lagi.

“Acchhh….Martiiinn….sayaaaannggg…”Mei Lan merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh hh……”

Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti kayu ke memiaw Linda. Blessss…….

“Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”pantat Mei Lan tersentak kedepan, seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam dan kuhentikan sejenak disana. Terasa sekali memek Mei Lan berkedut-kedut, walaupun tergolong super becek.

“Ayo, Tiinnn…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…”Mei Lan merintih memohon.

Segera kugocek tongkolku dengan ganas. “crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk ….” suar gesekan tongkolku dengan memek  Mei Lan yang sudah basah kuyup nyaring terdengar. Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang memilin menikmati payudara dan putingnya.

Sesaat kemudian kulihat mata Mei Lan terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.
“AN…MAAARRTTTIIINN…….OOOOGGGHHHH…>AAAKKKKKKKKKK KK….” Mei Lan menjerit keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memek Mei Lan …sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa becek.

Makin kuat kocokan tongkolku didalam memek  Mei Lan, makin kencang pula pelukannya. Nafas Mei Lan tertahan, seolah tidak  ingin kehilangan moment-moment indah menggapai puncak kenikmatan.

Karena denyutan memek Mei Lan yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena uyuran lendir memeknya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.

“Ayo Tiinn…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemekku….” Mei Lan memohon.

“Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah.

“No problem honey…aku safe kok….”sahut Mei Lan. “C’mon honey..shot your sperm inside…c’mon honey….”

LAN……MEI LAANN…..MEII LAAAANN….ARGGGGGGHHHHH…”aku merasakan pejuhku mendesak. Kupercepat kocokanku, dan Mei Lan juga mengencangkan otot memeknya, berharap agar aku cepet muncrat.

AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooottttt..jrrrro ooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim Mei Lan, sampai-sampai ia tersentak. Kubenamkan dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya.
Ohhh…Tiinnn…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Mei Lan merintih lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Tiinnn…” ucap Mei Lan.

Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara mendadak kucabu tongkolku.

“Plllookkkkk….”

Kupandangi memek Mei Lan  yang masih membengkak dan merah denganlubang menganga. Mei Lan segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera saja jemari Mei Lan meraih dan mengorek bibir memeknya, menjaga agar pejuhku tidak tumpah kesofa. Akibatnya, telapak tangan Mei Lan belepotan penuh dengan pejuhku yang telah bercampur lendir memeknya. Dengan pejuh di telapak tangan kanannya, Mei Lan menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memeknya untuk membersihkan memeknya dari sisa pejuhku.

“Brani kamu telen lagi?” tantangku.

“Idih…syapa takut….” Mei Lan balas menantangku. “Nih liat ya….”

Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…

“MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Mei Lan nampak puas menikmati pejuh ditangannya.

“Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…” Mei Lan tertawa geli.

“Tuh…masih ada sisanya ditangan. Mbelum bersih.” Sahutku.
“Tenang, Tiinn..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Mei Lan mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.
“Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Mei Lan sambil mengerling genit.
“Astagaaaa….kamu tuh, Lan…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.
“Kenapa…? Kaget ya?”
“Diem-diem, muka alim..tapi kalo urusan birahi liar juga ya..”
“Ya iyalaaahhh..hare gene, Tiinn…orang enak kok ditolak.”
”Tau gitu tadi aku semprot di uka kamu aja ya..” sesalku
“Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu di memekku.” Mei Lan tersenyum
“Eh, Tin…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Mei Lan
Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamati Yuni. Segera kulirik Yuni, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. Tangannya menggosok-nggosok sapndexnya, yang mulai membasah. Kulihat lekukan cameltoenya makinbesar, lebih besar dari yang kulihat diruang tamu. Pertanda bahwa Yuni juga telah dilanda birahi.
“Ayo...Tin...kita bikin...Yuni puas..okee..” ajak Mei Lan, sambil menarik tanganku menuju Yuni yang telah keasikan sendiri.
Langsung aku jongkok dan kubuka kesamping cameltoenya dan aku jilati memek Yuni dan jariku menusuk meqinya....Yuni langsung menggoyang-goyangkan pantatnya.
“Martiiinn...ennaakkk...Tiiinn...terus sayang...”Yuni menekan kepalaku ke meqinya lebih keras. Mei Lan langsung telentang sambil menyedot kontolku yang mulai bangun kembali.
“ Srruupp...sruuppp...kontolmu sudah besar ...lagi Tin..enak sekali..” Mei Lan menyedot kontolku dengan sangat bernafsu sekali.
Tiba-tiba Yuni bangkit dari duduknya dan langsung dibukanya kaos serta Bhnya dan “ wah...mantap..sekali tetekmu..Yunn...dan tidak lupa spandexnya besrta celdamnya terlihat jelas bulu-bulu jembutnya yang lebat, meqinya telah basah.
“ Lan...aku mau ...dong sedot kontol...Martin..” Yuni langsung telentang sambil memegang kontolku dan langsung di emutnya dengan sangat buas. Ku sodok  meqi Yuni dengan 2 jari tangan “Acchhh….Martiiinn….sayaaaannggg…”Yuni merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…ii….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh hh……”
“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Martiiiinnnnn….” Yuni menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama permainan lidahku.

Hmmm…nikmat sekali. memeknya berbau segar, tanda bahwa memek Yuni sangat terawat. Dan yang membutku semakin bernafsu meqinya Yuni berdenyut-denyut membuatku semakin ingin cepat-cepat memasukkan kontolku, seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.
“Hmmmppppppff…Martin…Martiiinnn…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…” Yuni  terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal,
“Sekarangg...Ssaaayyaanngg...masukkkan...kontolmu...aku dah ...ga..tahannnn”
Kubangunkan Yuni berdiri menghadap sofa, ku sodok meqinya dari belakang ““AN…MAAARRTTTIIINN…….OOOOGGGHHHH…>AAAKKKKKKKKKK KK….”Yuni menjerit keenakan.
“Plllookkkkk….Plllookkkkk….” bunyi suara sewaktu kusodok keluar masuk “Ohhhh...sedapnya....” Mei Lan sedang memasukkan jari-jarinya ke memeknya sendiri dan tangan sebelahnya memegangi teteknya.
“ Tinnn....terus yang...kencang sodoknya...ssaaayyaaanggg”Yuni mengerang kenikmatan.
Makin kupercepat sodokanku, “.....Yun...aku.....mmmaaauuu .....keluaaar....”aku tetap mempercepat sodokanku.”“Tiiinnnnn.....sirrraaammm....didalammm...yaaa...aaakkuu..juga....aacccccccccccccchh....aku ...jebolllll.....Ttiiiinnn....” Yuni nyerocos terus. “ aacccchhhh....ooohhhhh....”muntah sudah pejuku kedalam memek Yuni....”Tiiinnn....hangat sekali ....pejumu...enak...ooohhhhh” Kulihat Mei Lan masih menusuk-nusukkan tangannya kememeknya.....dengan cepat kuserup dan kusedot memek Mei Lan..”seeddooot Tiinn....aku...aaacccchhh...aaccchhh” banjir sudah memek Mei Lan aku jilati dengan rakus hingga benar-benar bersih.
Sejak kejadian siang itu kami sering komunikasi dimana apabila suami Mei Lan tidak ada di rumah aku sering di kontaknya untuk main dirumahnya, sedangkan dengan Yuni kami sering main di tempat penginapan. Oh ... nikmatnya mereka berdua.