Kulirik jam dinding…ah… pukul 8 pagi…Suasana rumahku sepi. Tumben, pikirku.
Segera aku bangun, mencari-cari istri dan anak-anakku..tidak ada …baru kuingat,
hari Minggu ini ada acara di sekolah anakku mulai jam 9 pagi. Pantas saja
mereka sudah berangkat. Istriku sengaja tidak membangunkan aku untuk ikut ke
sekolah anakku, karena aku pulang kantor hampir pukul 4 pagi.
Yah, beginilah nasib Kabag Pengadaan Barang kalo lagi banyak barang yang masuk,
aku harus memantau barang yang masuk. Untung saja, ada anggota timku yang bisa
mengurangi keteganganku. Ya, Zaskia tentunya, yang semalam telah memberikan
servis untukku. Baginya, bersetubuh dengan lelaki lain selain suaminya bukan
hal yang tabu, karena dia sendiri juga tidak mempermasalahkan jika suaminya
berkencan dengan wanita lain. Prinsip mereka, yang penting pasangan tidak
melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri.
Aku tersenyum mengingat kejadian semalam. Sebenarnya jam 11 malam kami sepakat
untuk pulang kantor, tapi ternyata aku dan Zaskia sama-sama lagi horny.
Akhirnya, terjadilah seperti yang sudah kuceritakan diatas. Tak terasa, aku
mulai horny lagi. tongkolku pelan-pelan mengangguk-angguk dan mulai mengacung.
“Walah…repot bener nih, pikirku. “Lagi sendiri, eh ngaceng.” Kebetulan, di
rumah tidak ada pembantu, karena istriku, Indah, lebih suka bersih-bersih rumah
sendiri dibantu kedua anakku. “Biar anak-anak gak manja dan bisa belajar
mandiri. Lagian, bisa menghemat pengeluaran,” kilah istriku. Aku setuju saja.
Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, setelah memutar DVD BF. Sengaja
kusetel, biar hasratku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang
hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kukocok
tongkolku. Tampak dari ujung lubang tongkolku melelehkan cairan bening, tanda
bahwa birahiku sudah memuncak. Aku pun teringat Mei Lan, sahabat istriku.
Kebetulan Mei Lan berasal dari suku Chinese. Dia adalah sahabat istriku sejak
dari SMP hingga lulus kuliah, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri,
kadang bersama keluarganya. Ya, aku memang sering berfantasi sedang menyetubuhi
Mei Lan. Tubuhnya mungil, setinggi Zaskia, tapi lebih gendut. Yang kukagumi
adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung
lilin. Dan pantatnya yang membulat indah, sering membuatku ngaceng kalo dia
berkunjung.
Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Mei Lan bisa kujamah, pasti
nikmat sekali. Fantasiku ini ternyata membuat tongkolku makin keras, merah
padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah Mei Lan…seandainya
aku bisa menyentuhmu..dan kamu mau ngocokin tongkolku..begitu pikiranku saat
itu.
Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Mei Lan, terdengar
suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.
“Ngel…Angel…aku dateng,” seru suara itu…
Oh my gosh…itu suara Mei Lan…mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya,
kok gak kedengaran? Mei Lan memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke
rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya.
Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Mei
Lan udah nongol di ruang tengah, dan…
“AAAHHH…MARRTTIINNN…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?”
“Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup.
Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu. Orang yang selama ini hanya ada
dalam fantasiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku
dalam keadaan telanjang, gak pake celana, Cuma kaos aja. Ngaceng pula.
“Kamu dateng ok gak ngabarin dulu sih?” aku protes.
“Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telanjang, nonton bf sendirian,lagi
ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.
“Yee…namanya juga lagi horny…ya udah mending colai sambil nonton bf. Lagian
anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku.
“Udah, Tin. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?”
“Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat
donk,”kilahku.
“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana,
terusin lagi.” Mei Lan beranjak dari duduknya, dan pamit pulang.
Buru-buru aku mencegahnya. “Lan, ntar dulu lah…,”pintaku.
“Apaan sih, orang aku mau ngajak Indah jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau
jalan sendiri,”sahutnya.
“Bentar deh Lan. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha
merayunya.
“Gila kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Mei Lan protes sambil melotot. “Kamu jangan
macem-macem deh, Tin. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya.
“Lan,”sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku
Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku colai.”
“Gimana?”
Mei Lan tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.
Sejurus kemudian..
“Ok, Lan. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu,
kamu juga buka bajumu dong…pake BH sama CD aja deh, gak usah telanjang. Kan
kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus
khawatir.
“Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake BH dan CDku dan
kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya. “Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok
kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?”
”Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian,
kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi colai sambil liat BF…lha ada kamu, kenapa
gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.
“Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.”
“Gak usah, disini aja,”sahutku.
Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah payudara itu menyembul keluar. Payudara
yang terbungkus BH sexy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang
sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti
apa isi BH merah itu. Seteah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan
dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada
keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang
dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih sekali.
Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda.
Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin, sewarna
dengan Bhnya. Sepertinya, itu adalah satu set BH dan CD.
“Nih, aku udah buka baju. Dah, kamu terusin lagi colinya. Aku duduk ya.”
Mei Lan segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.
“Duduknya jangan gitu dong…”
“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Mei Lan.
“Nungging, gitu?”
”Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,”sahutku.
“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.
“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana
dalam sama selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.
“Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau colai aja pake minta macem-macem,” Mei
Lan masih saja protes dengan permintaanku.
“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya
lebar-lebar.
“Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya colinya.”
Sambil memandangi tubuh Mei Lan, aku terus mengocok tongkolku, tapi kulakukan
dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi. Sayang, kalau
pemandangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Mei Lan
tidak menanggapi omonganku.
“Oh…Laaaannn….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Mei
Lan menatapku dan tersenyum.
“Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku
ngaceng, Laaaannn……”
Mei Lan terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali
melirik ke arah tongkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendir dari
ujung lobangnya.
“Pantatmu, Laaannn….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena
tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merintih dan menceracau memuji
keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya
terangsang.
Mei Lan masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat
kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah celana
dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Mei Lan juga mulai
ternagsang dengan aktivitasku. Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis,
jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun
mulai gelisah. Tangannya mulai meraba dadanya, dan tangan yang satunya turun
meraba paha dan selangkangannya. Tapi Mei Lan nampak ragu untuk melakukannya.
Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.
Kupejamkan mataku, agar Mei Lan tau bahwa aku tidak memperhatikan
aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku,
kulihat tangan kiri Mei Lan meremas payudaranya dan owww…BH sebelah kiri
ternyata sudah diturunkan…
Astagaaa..!!! Puting itu merah sekali…tegak mengacung. Meski sudah melahirkan,
dan memiliki satu anak, kuakui, payudara Mei Lan lebih bagus dan kencang
dibandingkan Agnes. Kulihat tangan kiri Mei Lan memilin-milin putingnya, dan
tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya.
“Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suaranya mendesis seolah menahan
kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada tongkolku
sambil menikmati rintihan-rintihan Mei Lan.
Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan
tanganku. Aku membuka mata dan terpekik. “Lan…kamu…,”leherku tercekat.
“Aku nggak tega liat kamu menderita, Tin,”sahut Mei Lan sambil membelai
tongkolku dengan tangannya yang lembut.
My gosh…perlahan impin dan obsesiku menjadi kenyataan. tongkolku dibelai dan
dikocok dengan tangan Mei Lan yang putih mulus. Aku mendesis dan membelai
rambut Mei Lan. Kemudian secara spontan Mei Lan menjilat tongkolku yang sudah
bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian
tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya tongkolku masuk ke mulutnya. Ya,
tongkolku dihisap Mei Lan. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar
cunilingis.
Tak tahan dengan perlakuan sepiha Mei Lan, kutarik pinggulnya dan buru-buru
kulepaskan Cdnya.
“Kamu mau ngapain, Tin?” Mei Lan protes sambil menghentikan hisapannya. Aku
tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas pantat putih nan montok, yang
selama ini hanya menjadi khayalanku.
“Ohh..Lan…boleh ya aku megang pantat sama memek kamu?”pintaku.
“Terserah…yang penting kamu puas.”
Segera kuremas-remas pantat Mei Lan yang montok. Ah, obsesiku tercapai…dulu aku
hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Mei Lan terpampang dihadapanku.
Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun ke anus dan vaginanya. Mei Lan
merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.
“Achh…Laaaann…enak bangeeeeett….sssshhh…….”aku menceracau menikmati jilatan
lidah dan hangatnya mulut Mei Lan saat mengenyot tongkolku. Betul-betul
menggairahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan
batang kelelakianku. Hingga akhirnya….
“Laaann….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg….aku…kach…aku…”
“Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….”
“I…iiy…iiyyaaa….Laaannnnnnnnn….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh…..”
Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku.
Crottt…..crooottt….crooootttt…
Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan dada Mei Lan. Tanganhalus
Mei Lan tak berhenti mengocok batang kejantananku, seolah ingin melahap habis
cairan yang kumuntahkan
Ohhhh…….my dream come true….. Obsesiku tercapai…pagi ini aku muncratin
pejuhku di bibir dan muka Mei Lan.
“Lan…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama dada kamu kenas permaku?”
Mei Lan menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan tongkolku
yang sedikit melemas.
“Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?”
“Iya, Tin. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau sperma kamu seger banget…kamu
rajin maka buah sama sayur ya?” tanya Mei Lan.
“Iya…kalo gak gitu, Angel mana mau nelen sperma aku.”
“Aihhh….” Mei Lan terpekik. “Angel mau nelen sperma?”
Aku mengangguk. “Keapa Lan? Penasaran sama rasanya? Lha itu spremaku masih
meleleh di muka sama dada kamu. Coba aja rasanya,”sahutku.
“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Mei Lan mengecap spermaku.
Dengan jarinya yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah didada dan mukanya,
kemudian dijilatnyajarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya spermaku masuk kedalam
tubuhnya…
“Iya, Tin, sperma kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen sperma
kamu…”
”Mau lagi….?”
“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, Tin?”
“Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu, Lan.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun
lagi kan?”
“Dasar kamu ya….”
”Benerkamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih
dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.
“Mau sih…Cuma takut kalo Angel dateng…gimana donk….” Mei Lan merajuk.
Perlahan kuhampiri Mei Lan, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya
diangkat mengangkang.
Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan
jariku.
“Hmmm…Lan…meqi kamu masih basah…kamu masih horny dong…”tanyaku.
“Udah, Tin….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku
udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….” Mei Lan memiawik saat lidahku menari
diujung klitorisnya.
“Tiinnn…kamu gilaaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.
Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir
vagina Mei Lan yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari
G-spotnya.
Akibatnya luar biasa. Mei Lan makin meronta dan merintih. Jambakannya makin
kuat. Cairan birahinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini
tak kusia-siakan. Kusedot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari
vaginanya. Ya…aroma vagina Mei Lan lain dengan aroma vagina istriku. Meskipun
keduanya tidak berbau amis, tapi ada sensasi tersendiri saat kuhirup aroma
kewanitaan Mei Lan.
“C’mon..Tiinn…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….”
Aku paham, gerakan pantat Mei Lan makin liar. Makin kencang. Kurasakan pula
meqinya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku.
“Ting…tong…”bel rumahku berbunyi.
“Mas…..mas Martin….”suara wanita didepan memanggil namaku.
Sontak kulepaskan jilatanku. Mei Lan memandang wajahku dengan wajah pucat. Aku
pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar.
“Tin..kok kyaka suara Yuni ya…” Mei Lan bertanya
“Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…”ucapku ketakutan. “Udah Lan, kamu
masuk kamarku dulu deh…cepetan…”
Segera Mei Lan berjingkat masuk ke kamarku, mungkin sekalian membersihkan
tubuhnya karena dikamarku ada kamar mandi. Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa
di wajahnya, karena Mei Lan hampir meledakkan orgasmenya, yang terputus oleh
kedatangan Yuni, sahabatnya sekaligus sahabat istriku.
Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit,
aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.
“Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Yuni begitu melihatku membuka pintu.
“Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?”
tanyaku seraya mengajak Yuni menuju ruang tengah.
Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya. Bagaimana tidak?
Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat
berwarna putih. Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan
bahwa didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan
dibelakangnya, tak kulihat garis celana dalam mebayang di spandexnya.
Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku.
Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja, film bokep yang aku setel
udah selesai, jadi Yuni nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.
“Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang.
Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Angel. Itung-itung
membagi kesenangan.”
“Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget”
“Ah, biasa aja lageee..hehehe”
Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Yuni
nggak berkunjung ke rumahku. Yuni ini adalah salah satu sahabat istriku, selain
Mei Lan.
Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat
menikmati tubuhnya. Ya, Yuni seorang wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak
lebih dari 155cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih,
tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku sering berkhayal lagi ngentotin Yuni, sambil
aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih
menikmati hujaman tongkolku…
“Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Yuni.
“Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama
kamu…”
Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…
“Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Yuni melirikku dengan
pandangan menyelidik.
Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin
selangkangannya. Wah….
“Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis Angel pergi. Lagian,dari tadi kamu
ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Yuni bergidik
ambil tertawa.
Aku Cuma tersenyum.
“Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.”
“Aku numpang pipis dulu ya.”Yuni menuju kamar mandi di sebelah kamarku.
“Iya.”
Tepat saat Yuni masuk kamar mandi, sambil berjingkat Mei Lan keluar dari
kamarku.
Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan.
Ternyata CD Mei Lan ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya waktu sedang aku
jilat memeknya. Astagaaa…untung Yuni nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah
liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah…
“Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik.
Mei Lan mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…
“Ceklek….!”
Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Yuni keluar, kulihat wajahnya terkejut
melihat Mei Lan berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya
yang belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Mei Lan yang hanya memaki kaos,
tetapi dibawah tidak memakai celana jeansnya. Akupun terkejut, dan berdiri
terpaku. Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan.
Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku
terasa pening.
“Mei Lan …? Kamu lagi ngapain?” Yuni bertanya dengan wajah bingung campur
kaget.
“Eh…anu…ini lho…”kudengar Mei Lan gelagapan menjawab pertanyaan Yuni.
“Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Yuni. “Oo…aku
tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?”
“Enggak Yun. Ngaco kamu, orang Mei Lan lagi numpang dandan di kamarku kok.”
Sergahku membela diri.
“Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana
dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Yuni bertanya dengan galak.
“Sini liat.” Yuni menghampiri Mei Lan dan cepat merebut celana dalam yang
dipegang Mei Lan, tanpa perlawanan dari Mei Lan.
“Kok basah…?”Yuni mengerutkan keningnya. “Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu
ngapain…?”
”udah deh, Yun…emang bener, aku lagi mau ML sama Mei Lan. Belum sempet aku
entot, sih. Baru aku jilat-jilat memeknya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah
dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.
“Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja,
gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Yuni memaki kami berdua dengan wajah
merah padam.
“Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Mei Lan ke polisi…silakan. Mau
laporin ke Angel…terserah….”ucapku pasrah.
“Hmm…kalo aku laporin ke Angel…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke
polisi….ah…ngrepotin.” Yuni meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.
“Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya.” Yuni
memberikan tawarannya kepadaku.
“Apa syaratnya, Yun?”
“Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.”
“Iya, apaan syaratnya?” Mei Lan ikut bertanya
“Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton.
Bagaimana?”
“WHAT?” aku dan Mei Lan berteriak bebarengan. “Gila lu ya, masa mau nonton
orang lagi ML?”
“Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?”Yuni mencibir dengan senyum kemenangan.
Aku dan Mei Lan saling berpandangan. Kuhampiri Mei Lan, kubelai tangan dan
rambutnya. Mei Lan seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Yuni.
Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang
sekel. Mei Lan segera membuka kaosnya.
Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Mei Lan menuju sofa.
Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku
sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Mei Lan dan Yuni.
Aku melirik Yuni, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang
seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan
dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.
“Ayo, Tinnn…cepetan deh…udah gak tahan, honey…” Mei Lan merintih. “Biarin aja
si Yuni…paling dia juga udah basah.”
“Enak aja kamu bilang.”sergah Yuni. “Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih
kalian kalo ML.”
Aku menatap mata Mei Lan yang mulai sayu dan tersenyum. Setelah melepas seluruh
pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera
kusosor memek Mei Lan yang sangat becek oleh lendir birahinya.
“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Martiiiinnnnn….” Mei Lan menjerit dan mengerang
menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama
permainan lidahku.
Hmmm…nikmat sekali. memeknya berbau segar, tanda bahwa memek ini sangat
terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memeknya yang meleleh deras,
seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.
“Hmmmppppppff…Martin…Martiiinnn…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…” Mei Lan
terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya.
‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….”
“Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku
terus mengocok memeknya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat
keras. Baik itil maupun memek Mei Lan
sudah benar-benar berwarna merah, sangat basah akibat lendirnya yang meleleh,
hingga membasahi belahan pantat dan sofa.
Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini
membuatpaha Mei Lan menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus
membenamkan kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan
memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.
“MMAARRTTTIIIINNN…..AAAAACCCCHHHHHHHHH……” Mei Lan menjerit keras sekali,
menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan
berguncang hebat sekali.
Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya.
Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Mei Lan. Sedotanku pada memiawnya
membuat guncangan Mei Lan makin keras…dan akhirnya Mei Lan terdiam seperti
orang kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.
“Oooohhhh…Tiinn…aaachhh…..” Mei Lan menceracau sambil gemetaran.
“Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…”
Kulihat Mei Lan tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku
melumat putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan
menyusui dua anak, payudara Mei Lan sangat terawat, kencang. Dan putingnya
masih berwwarna kemerahan. Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting
seperti itu, apalgi sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan
mengacung meski pemiliknya barusan menggapai orgasme.
“Shhh…Tttiiinnn…iihhhh…geli….” Mei Lan menggelinjang saat kuserbu putingnya.
Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan
Mei Lan mulai mengejang lagi.
“Acchhh….Martiiinn….sayaaaannggg…”Mei Lan merintih. “Terus
sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh hh……”
Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti
kayu ke memiaw Linda. Blessss…….
“Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”pantat Mei Lan tersentak kedepan,
seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam
dan kuhentikan sejenak disana. Terasa sekali memek Mei Lan berkedut-kedut,
walaupun tergolong super becek.
“Ayo, Tiinnn…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah
mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…”Mei Lan merintih memohon.
Segera kugocek tongkolku dengan ganas. “crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk
….” suar gesekan tongkolku dengan memek
Mei Lan yang sudah basah kuyup nyaring terdengar. Tak lupa kulumat
bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang memilin menikmati payudara dan
putingnya.
Sesaat kemudian kulihat mata Mei Lan terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya
dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.
“AN…MAAARRTTTIIINN…….OOOOGGGHHHH…>AAAKKKKKKKKKK KK….” Mei Lan menjerit
keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku
denyutan memek Mei Lan …sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit
dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur menyiram memenya yang luar biasa
becek.
Makin kuat kocokan tongkolku didalam memek
Mei Lan, makin kencang pula pelukannya. Nafas Mei Lan tertahan, seolah
tidak ingin kehilangan moment-moment
indah menggapai puncak kenikmatan.
Karena denyutan memek Mei Lan yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat
karena uyuran lendir memeknya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya
yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.
“Ayo Tiinn…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemekku….” Mei Lan memohon.
“Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah.
“No problem honey…aku safe kok….”sahut Mei Lan. “C’mon honey..shot your sperm
inside…c’mon honey….”
LAN……MEI LAANN…..MEII LAAAANN….ARGGGGGGHHHHH…”aku merasakan pejuhku mendesak.
Kupercepat kocokanku, dan Mei Lan juga mengencangkan otot memeknya, berharap
agar aku cepet muncrat.
AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooottttt..jrrrro ooooottttt…..tak
kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan
ke rahim Mei Lan, sampai-sampai ia tersentak. Kubenamkan dalam-dalam tongkolku,
hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa
menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya.
Ohhh…Tiinnn…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Mei Lan
merintih lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, Tiinnn…” ucap Mei Lan.
Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara
mendadak kucabu tongkolku.
“Plllookkkkk….”
Kupandangi memek Mei Lan yang masih
membengkak dan merah denganlubang menganga. Mei Lan segera mengubah posisi
duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera saja jemari Mei Lan meraih dan
mengorek bibir memeknya, menjaga agar pejuhku tidak tumpah kesofa. Akibatnya,
telapak tangan Mei Lan belepotan penuh dengan pejuhku yang telah bercampur
lendir memeknya. Dengan pejuh di telapak tangan kanannya, Mei Lan menggunakan
jari tangan kirinya,mengorek memeknya untuk membersihkan memeknya dari sisa
pejuhku.
“Brani kamu telen lagi?” tantangku.
“Idih…syapa takut….” Mei Lan balas menantangku. “Nih liat ya….”
Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…
“MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Mei Lan nampak puas menikmati pejuh
ditangannya.
“Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…” Mei Lan
tertawa geli.
“Tuh…masih ada sisanya ditangan. Mbelum bersih.” Sahutku.
“Tenang, Tiinn..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Mei Lan mengambil
sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.
“Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Mei Lan sambil mengerling genit.
“Astagaaaa….kamu tuh, Lan…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.
“Kenapa…? Kaget ya?”
“Diem-diem, muka alim..tapi kalo urusan birahi liar juga ya..”
“Ya iyalaaahhh..hare gene, Tiinn…orang enak kok ditolak.”
”Tau gitu tadi aku semprot di uka kamu aja ya..” sesalku
“Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa
ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu
di memekku.” Mei Lan tersenyum
“Eh, Tin…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Mei Lan
Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamati Yuni. Segera kulirik
Yuni, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. Tangannya
menggosok-nggosok sapndexnya, yang mulai membasah. Kulihat lekukan cameltoenya
makinbesar, lebih besar dari yang kulihat diruang tamu. Pertanda bahwa Yuni
juga telah dilanda birahi.
“Ayo...Tin...kita bikin...Yuni puas..okee..” ajak Mei Lan, sambil menarik
tanganku menuju Yuni yang telah keasikan sendiri.
Langsung aku jongkok dan kubuka kesamping cameltoenya dan aku jilati memek
Yuni dan jariku menusuk meqinya....Yuni langsung menggoyang-goyangkan
pantatnya.
“Martiiinn...ennaakkk...Tiiinn...terus sayang...”Yuni menekan kepalaku ke
meqinya lebih keras. Mei Lan langsung telentang sambil menyedot kontolku yang
mulai bangun kembali.
“ Srruupp...sruuppp...kontolmu sudah besar ...lagi Tin..enak sekali..” Mei
Lan menyedot kontolku dengan sangat bernafsu sekali.
Tiba-tiba Yuni bangkit dari duduknya dan langsung dibukanya kaos serta
Bhnya dan “ wah...mantap..sekali tetekmu..Yunn...dan tidak lupa spandexnya
besrta celdamnya terlihat jelas bulu-bulu jembutnya yang lebat, meqinya telah
basah.
“ Lan...aku mau ...dong sedot kontol...Martin..” Yuni langsung telentang
sambil memegang kontolku dan langsung di emutnya dengan sangat buas. Ku
sodok meqi Yuni dengan 2 jari tangan
“Acchhh….Martiiinn….sayaaaannggg…”Yuni merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…ii….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh
hh……”
“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…Martiiiinnnnn….” Yuni menjerit dan mengerang
menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama
permainan lidahku.
Hmmm…nikmat sekali. memeknya berbau segar, tanda bahwa memek Yuni sangat
terawat. Dan yang membutku semakin bernafsu meqinya Yuni berdenyut-denyut
membuatku semakin ingin cepat-cepat memasukkan kontolku, seiring dengan makin
kuatnya goyangan pinggulnya.
“Hmmmppppppff…Martin…Martiiinnn…sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…” Yuni terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal,
“Sekarangg...Ssaaayyaanngg...masukkkan...kontolmu...aku dah
...ga..tahannnn”
Kubangunkan Yuni berdiri menghadap sofa, ku sodok meqinya dari belakang ““AN…MAAARRTTTIIINN…….OOOOGGGHHHH…>AAAKKKKKKKKKK
KK….”Yuni menjerit keenakan.
“Plllookkkkk….Plllookkkkk….” bunyi suara sewaktu kusodok keluar masuk
“Ohhhh...sedapnya....” Mei Lan sedang memasukkan jari-jarinya ke memeknya
sendiri dan tangan sebelahnya memegangi teteknya.
“ Tinnn....terus yang...kencang sodoknya...ssaaayyaaanggg”Yuni mengerang
kenikmatan.
Makin kupercepat sodokanku, “.....Yun...aku.....mmmaaauuu
.....keluaaar....”aku tetap mempercepat
sodokanku.”“Tiiinnnnn.....sirrraaammm....didalammm...yaaa...aaakkuu..juga....aacccccccccccccchh....aku
...jebolllll.....Ttiiiinnn....” Yuni nyerocos terus. “
aacccchhhh....ooohhhhh....”muntah sudah pejuku kedalam memek
Yuni....”Tiiinnn....hangat sekali ....pejumu...enak...ooohhhhh” Kulihat Mei Lan
masih menusuk-nusukkan tangannya kememeknya.....dengan cepat kuserup dan
kusedot memek Mei Lan..”seeddooot Tiinn....aku...aaacccchhh...aaccchhh” banjir
sudah memek Mei Lan aku jilati dengan rakus hingga benar-benar bersih.
Sejak kejadian siang itu kami sering komunikasi dimana apabila suami Mei
Lan tidak ada di rumah aku sering di kontaknya untuk main dirumahnya, sedangkan
dengan Yuni kami sering main di tempat penginapan. Oh ... nikmatnya mereka
berdua.