Selasa, 05 Mei 2015

selingkuh dengan istri teman

  
saya seorang ayah yang memiliki kesibukan yang padat sehingga aku bangun kesiangan. Kulirik jam dinding…ah… pukul 8 pagi…Suasana rumahku sepi. Tumben, pikirku. Segera aku meloncat bangun, mencari-cari istri dan anak-anakku..tidak ada…Ahh…baru kuingat, hari Minggu ini ada acara di sekolah anakku mulai jam 9 pagi. Pantas saja mereka sudah berangkat. Istriku sengaja tidak membangunkan aku untuk ikut ke sekolah anakku, karena malamnya aku lembur hampir pukul 4 pagi. Yah, beginilah nasib tekhnisi lagi dikejar kerjaan.
“Walah…repot bener nih, pikirku. “Lagi sendiri, eh ngaceng.” Kebetulan, di rumah tidak ada pembantu, karena istriku, Reny, lebih suka bersih-bersih rumah sendiri dibantu kedua anakku. “Biar anak-anak gak manja dan bisa belajar mandiri. Lagian, bisa menghemat pengeluaran,” kilah istriku. Aku setuju saja.
Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah, setelah memutar DVD BF. Sengaja kusetel, biar hasratku cepet tuntas. Setelah kubuka celanaku, aku sekarang hanya pakai kaos, dan tidak pakai celana. Pelan-pelan kuurut dan kukocok tongkolku. Tampak dari ujung lubang tongkolku melelehkan cairan bening, tanda bahwa birahiku sudah memuncak. Aku pun teringat Zuleha, sahabat istriku.. Dia adalah sahabat istriku sejak dari kecil, dan sering juga main kerumahku. Kadang sendiri, kadang bersama keluarganya. Ya, aku memang sering berfantasi sedang menyetubuhi Zuleha. Tubuhnya mungil, setinggi Agnes, tapi lebih gendut. Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus, seperti warna patung lilin. Dan pantatnya yang membulat sexy, sering membuatku ngaceng kalo dia berkunjung.

Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Zuleha bisa kujamah, pasti nikmat sekali. Fantasiku ini ternyata membuat tongkolku makin keras, merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras. Ah Zuleha …seandainya aku bisa menyentuhmu..dan kamu mau ngocokin tongkolku..begitu pikiranku saat itu.
Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Zuleha, terdengar suara langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.
“ren…reny…aku dateng,” seru suara itu…
Oh my gosh…itu suara Zuleha …mau ngapain dia kesini, pikirku. Kapan masuknya, kok gak kedengaran? Zuleha memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku, karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya.
Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri, tau-tau Zuleha udah nongol di ruang tengah, dan…
“AAAHHH…ditt…!!!!,”jeritnya. “Kamu lagi ngapain?”
“Aku…eh…anu…aku….ee…lagi…ini…,”aku tak bisa menjawa pertanyaannya. Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu. Orang yang selama ini hanya ada dalam fantasiku, tiba-tiba muncul dihadapanku dan straight, langsung melihatku dalam keadaan telanjang, gak pake celana, Cuma kaos aja. Ngaceng pula.
“Kamu dateng ko gak ngabarin dulu sih?” aku protes.
“Udah, sana, pake celana dulu!” Pagi-pagi telanjang, nonton bf sendirian,lagi ngapain sih?”ucapnya sambil duduk di kursi didepanku.
“Yee…namanya juga lagi horny…ya udah mending colai sambil nonton bf. Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah, self service,”sahutku.
“Udah, dit. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa?”
“Ah, kepalang tanggung kamu dah liat? Ngapain juga dtitutupin? Telat donk,”kilahku.
“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi.” Zuleha beranjak dari duduknya, dan pamit pulang.
Buru-buru aku mencegahnya.
zul, ntar dulu lah…,”pintaku.
“Apaan sih, orang aku mau ngajak reny jalan, dia nggak ada ya udah, aku mau jalan sendiri,”sahutnya.
“Bentar deh zul. Tolongin aku, gak lama kok, paling sepuluh menit,”aku berusaha merayunya.
“Gila kamu ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Zuleha protes sambil melotot. “Kamu jangan macem-macem deh, dit. Gak mungkin donk aku lakukan itu,”sergahnya.
“zull,..sahutku tenang. “Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak. Aku Cuma minta tolong, kamu duduk didepanku, sambil liatin aku colai.”
“Gimana?”
Zuleha tidak menjawab. Matanya menatapku tajam.
Sejurus kemudian..
“Ok, zul. Aku janji gak ndeketin apalagi menyentuh kamu. Tapi, sebelum itu, kamu juga buka bajumu dong…pake BH sama CD aja deh, gak usah telanjang. Kan kamu dah liat punyaku, please?” aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir.
“Hm…fine deh. Aku bantuin deh…tapi bener ya, aku masih pake BH dan CDku dan kamu gak nyentuh aku ya. Janji lho,”katanya. “Tapi, tunggu. Aku mau tanya, kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku?”
”Yaaa…aku berani-beraniin…toh aku gak nyentuh kamu, Cuma liat doang. Lagian, kamu dah liat punyaku? Trus, aku lagi colai sambil liat BF…lha ada kamu, kenapa gak minta tolong aja, liat yang asli?”kilahku.
“Dasar kamu. Ya udah deh, aku buka baju di kamar dulu.”
“Gak usah, disini aja,”sahutku.
Perlahan, dibukanya kemejanya…dan…ah payudara itu menyembul keluar. Payudara yang terbungkus BH sexy berwarna merah…menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus. Aku menelan ludah karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi BH merah itu. Seteah itu, diturunkannya zip celana jeansnya, dan dibukanya kancing celananya. Perlahan, diturunkannya jeansnya…sedikit ada keraguan di wajahnya. Tapi akhirnya, celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya. Wow…aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat putih sekali. Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat, tak ada noda. Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin, sewarna dengan Bhnya. Sepertinya, itu adalah satu set BH dan CD.
“Nih, aku udah buka baju. Dah, kamu terusin lagi colinya. Aku duduk ya.”
Zuleha segera duduk, dan hendak menyilangkan kakinya. Buru-buru aku cegah.
“Duduknya jangan gitu dong…”
“Ih, kamu tuh ya…macem-macem banget. Emang aku musti gimana?”protes Zuleha. “Nungging, gitu?”
”Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget,”sahutku.
“Sori ye…emang gue apaan,”cibirnya.
“Kamu duduk biasa aja, tapi kakimu di buka dikit, jadi aku bisa liat celana dalam sama selangkanganmu. Toh veggy kamu gak keliatan?”usulku.
“Iya…iya…ni anak rewel banget ya. Mau colai aja pake minta macem-macem,” Zuleha masih saja protes dengan permintaanku.
“Begini posisi yang kamu mau?”tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya lebar-lebar.
“Yak sip.” Sahutku. “Aku lanjut ya colinya.”
Sambil memandangi tbuh Zuleha aku terus mengocok tongkolku, tapi kulakukan dengan perlahan, karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi. Sayang, kalau pemandangan langka ini berlalau terlalu cepat. Aku pun menceracau, tapi Zuleha tidak menanggapi omonganku.
“Oh… Zuleha ….kamu kok mulus banget siiiihhh….”aku terus menceracau. Zuleha menatapku dan tersenyum.
“Susumu montok bangeeeettttt… pahamu sekel dan putiiiihhhh….hhhhh….bikin aku ngaceng, zuullll……”
Zuleha terus saja menatapku dan kini bergantian, menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah tongkolku yang terus saja ngacai alias mengeluarkan lendir dari ujung lobangnya.
“Pantatmu, zullll….seandainya kau boleh megang….uuuuhhhhh….apalagi kena tongkolku….oouuufff…..pasti muncrat aku….,”aku merintih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya. Sekaligus aku berharap, kata-kataku dapat membuatnya terangsang.
Zuleha masih tetap diam, dan tersenyum Matanya mulai sayu, dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas. Kulirik ke arah celana dalamnya…oppsss….aku menangkap sinyal kalo ternyata Zuleha juga mulai ternagsang dengan aktivitasku. Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis, jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkannya. Duduknya pun mulai gelisah. Tangannya mulai meraba dadanya, dan tangan yang satunya turun meraba paha dan selangkangannya. Tapi Zuleha nampak ragu untuk melakukannya. Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini dihadapan orang lain.
Kupejamkan mataku, agar Zuleha tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasku. Dan benar saja…setelah beberapa saat, aku membuka sedikit mataku, kulihat tangan kiri Zuleha meremas payudaranya dan owww…BH sebelah kiri ternyata sudah diturunkan…
Astagaaa..!!! Puting itu merah sekali…tegak mengacung. Meski sudah melahirkan, dan memiliki dua anak, kuakui, payudara Zuleha lebih bagus dan kencang dibandingkan Agnes. Kulihat tangan kiri Zuleha memilin-milin putingnya, dan tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya.
“Sssshh….oofff….hhhhhh…..:” Kudengar suaranya mendesis seolah menahan kenikmatan. Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada tongkolku sambil menikmati rintihan-rintihan Zuleha.
Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat…basah…lembut…menerpa tongkol dan tanganku. Aku membuka mata dan terpekik. “zull…kamu…,”leherku tercekat.
“Aku nggak tega liat kamu menderita, ditt,”sahut Zuleha sambil membelai tongkolku dengan tangannya yang lembut.
My gosh…perlahan impin dan obsesiku menjadi kenyataan. tongkolku dibelai dan dikocok dengan tangan Zuleha yang putih mulus. Aku mendesis dan membelai rambut Linda. Kemudian secara spontan Zuleha menjilat tongkolku yang sudah bene-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu. Dan…hap…! Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan…akhirnya tongkolku masuk ke mulutnya. Ya, tongkolku dihisap Zuleha. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunilingis.
Tak tahan dengan perlakuan sepiha Zuleha, kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan Cdnya.
“Kamu mau ngapain, Ndrew?” Zuleha protes sambil menghentikan hisapannya. Aku tidak menjawab, jariku sibuk mengusap dan meremas pantat putih nan montok, yang selama ini hanya menjadi khayalanku.
“Ohh..zull…boleh ya aku megang pantat sama memiaw kamu?”pintaku.
“Terserah…yang penting kamu puas.”
Segera kuremas-remas pantat Zuleha yang montok. Ah, obsesiku tercapai…dulu aku hanya bisa berkhayal, sekarang, tubuh Zuleha terpampang dihadapanku.
Puas dengan pantatnya, kuarahkan jariku turun ke anus dan vaginanya. Zuleha merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.
“Achh…zulll…enak bangeeeeett….sssshhh…….
aku menceracau menikmati jilatan lidah dan hangatnya mulut Zuleha saat mengenyot tongkolku. Betul-betul menggairahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah menyapu lembut kepala dan batang kelelakianku. Hingga akhirnya….
“zuuullllll….bibir kamu lembut banget sayaaaannggg….aku…kach…aku…”
“Keluarin sayang…tongkol kamu udah berdenyut tuh….udah mau muncrat yaaa….”
“I…iiy…iiyyaaa…zuuulllllllllll….Ouuuuufuffffff….. argggghhhhhhhhhh…..”
Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku. Crottt…..crooottt….crooootttt…
Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan dada Zuleha. Tangan halus Zuleha tak berhenti mengocok batang kejantananku, seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan
Ohhhh…….my dream come true….. Obsesiku tercapai…pagi ini aku muncratin pejuhku di bibir dan muka Zuleha.
“zuulll…kamu gak geli sayang…? Bibir, muka sama dada kamu kenas permaku?”
Zuleha menggeleng dengan pandangan sayu. Tangannya masih tetap memainkan tongkolku yang sedikit melemas.
“Kamu baru pertam kali kan, mainin koto orang selain suami kamu?”
“Iya, dit. Tapi kok aku suka ya…terus terang, bau sperma kamu seger banget…kamu rajin maka buah sama sayur ya?” tanya Zuleha.
“Iya…kalo gak gitu, reni mana mau nelen sperma aku.”
“Aihhh….” Zuleha terpekik. “reny mau nelen sperma?”
Aku mengangguk. “Kenapa zul? Penasaran sama rasanya? Lha itu spremaku masih meleleh di muka sama dada kamu. Coba aja rasanya,”sahutku.
“Mmmm…ccppp…ssllrppp….” terdengar lidah dan bibir Zuleha mengecap spermaku. Dengan jarinya yang lentik, disapunya spermaku yang tumpah didada dan mukanya, kemudian dijilatnyajarinya smape bersih.Hmmm….akhirnya spermaku masuk kedalam tubuhnya…
“Iya, dit sperma kamu kok enak ya. Aku gak ngerasa enek pas nelen sperma kamu…”
”Mau lagi….?”
“Ih…kamu tuch ya…masih kurang, dit?”
“Lha kan baru oral belum masuk ke meqi kamu, zull.” Sahutku…”Tuh, liat…bangun lagi kan?”
“Dasar kamu ya….”
”Bener kamu gak mau spermaku ? Ya udah kalo gitu, aku mau bersih-bersih dulu.”ancamku sambil bangkit dari kursi.
“Mau sih…Cuma takut kalo reny dateng…gimana donk….” Zuleha merajuk.
Perlahan kuhampiri Zuleha, kuminta dia duduk di sofa, sambil kedua kakiya diangkat mengangkang.
Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.
“Hmmm…zull…meqi kamu masih basah…kamu masih horny dong…”tanyaku.
“Udah, ditt….cepetan deh…nanti istrimu keburu dateng…Lagian aku udah…Auuuwwww….!!!! Ohhh..Shhhhh…….
Zuleha memiawiku saat lidahku menari diujung klitorisnya.
“diiittt…kamu gilaaa yaaa…”bisiknya samil menjambak rambutku.
Kumainkan lidahku dikelentitnya yang udah membengkak. Jari ku menguak bibir vagina Zuleha yang semakin membengkak. Perlahan kumasukkan telunjukku, mencari G-spotnya.
Akibatnya luar biasa. Zuleha makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat. Cairan birahinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan. Kusedot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari vaginanya. Ya…aroma vagina Zuleha lain dengan aroma vagina istriku. Meskipun keduanya tidak berbau amis, tapi ada sensasi tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Zuleha.
“C’mon..diiitt…I can’t stand…ochhh…ahhhhhh…shhhh……c’mon honey….quick…quick….”
Aku paham, gerakan pantt Zuleha makin liar. Makin kencang. Kurasakan pula meqinya mulai berdenyut…..seentar lagi dia meledak, pikirku.
“Ting…tong…”bel rumahku berbunyi.
“Mas…..mas aditt….”suara wanita didepan memanggil namaku.
Sontak kulepaskan jilatanku. Zuleha memandang wajahku dengan wajah pucat. Aku pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar.
“dit..kok kaya suara Rika ya…” Zuleha bertanya
“Wah..mau ngapain dia kesini…..gawat dong…”ucapku ketakutan. “Udah zull, kamu masuk kamarku dulu deh…cepetan…”Segera Zuleha berjingkat masuk ke kamarku, mungkin sekalian membersihkan tubuhnya karena dikamarku ada kamar mandi. Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya, karena Linda hampir meledakkan orgasmenya, yang terputus oleh kedatangan Rika, sahabatnya sekaligus sahabat istriku.
Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit, aku menuju ke ruang tamu, membuka pintu.
“Halo, mas….’Pa kabar..?” sahut Rika begitu melihatku membuka pintu.
“Baik, dik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting?” tanyaku seraya mengajak Rika menuju ruang tengah.
Mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya. Bagaimana tidak?
Kaos ketat menempel dibadannya, dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna putih. Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya menandakan bahwa didaerah itu tidak ada bulu jembutnya, dan saat aku berjalan dibelakangnya, tak kulihat garis celana dalam mebayang di spandexnya.
Hmm…mana mungkin dia gak pake CD..mungkin pake G-string, pikirku.
Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja, film bokep yang aku setel udah selesai, jadi Rika nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.

“Ini lho mas, aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang. Nah, ini aku bawain ….sedikit bawaan lah, buat kamu sama Indah. Itung-itung membagi kesenangan.”
“Wah…tengkyu banget lho…kamu baik banget”
“Ah, biasa aja lageee..hehehe”
Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol, karena memang sudah beberapa bulan Rika nggak berkunjung ke rumahku. Rika ini adalah salah satu sahabat istriku, selain Linda.
Diam-diam, akupun juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya. Ya, Rika seorang wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm. Bandingkan dengan tinggiku yang 170. Warna kulitnya putih, tapi cenderung kemerahan. Hmm..aku sering berkhayal lagi ngent*tin Rika, sambil aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan tongkolku. Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman tongkolku…
“Hey…bengong aja…ngeliatin apa sih..” tegur Rika.
“Eh…ah…anu…enggak. Cuma lagi mikir, kapan ya gw bisa jalan-jalan sama kamu…”
Eits..kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh…gawat deh…
“Alaaa..mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu?” Rika melirikku dengan pandangan menyelidik.
Mati aku…berarti waktu aku ngeliatin bodynya, ketahuan dong kalo aku melototin selangkangannya. Wah….
“Ya udah, mas. Aku pamit dulu, abis reny pergi. Lagian,dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri aku…ntar diperkosa sama kamu deh..hiyyy…” Rika bergidik ambil tertawa.
Aku Cuma tersenyum.
“Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang.”
“Aku numpang pipis dulu ya.”Rika menuju kamar mandi di sebelah kamarku.
“Iya.”
Tepat saatRika masuk kamar mandi, sambil berjingkat Zuleha keluar dari kamarku.
Aku terkejut, dan segera menyuruhnya masuk lagi, karena takut ketahuan. Ternyata CD Zuleha ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya waktu sedang aku jilat memiawnya. Astagaaa…untung Rika nggak ngeliat…atu jangan-jangan dia udah liat, makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik? Entahlah…
“Cepeeeett..ambil trus ke kamar lagi.”perintahku sambil berbisik.
Zuleha mengangguk, segera menyambar Cdnya dan…
“Ceklek….!”
Pintu kamar mandi terbuka, dan saat Rika keluar, kulihat wajahnya terkejut melihat Zuleha berdiri terpaku dihadapannya sambil memegang celana dalamnya yang belum sempat dipakainya. Ditambah keadaan Linda yang hanya memaki kaos, tetapi dibawah tidak memakai celana jeansnya. Akupun terkejut, dan berdiri terpaku. Hatiku berdebar, tak tahu apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa pening.
“Zuleha …? Kamu lagi ngapain?” Rika bertanya dengan wajah bingung campur kaget.
“Eh…anu…ini lho…”kudengar Zuleha gelagapan menjawab pertanyaan Rika.
“Kok kamu megang celana dalem? Setengah telanjang lagi?” selidik Rika. “Oo…aku tau…pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa…?”
“Enggak Rik. Ngaco kamu, orang Zuleha lagi numpang dandan di kamarku kok.” Sergahku membela diri.
“Trus, kalo emang numpang dandan, ngapain dia diruangan ni, pake bawa celana dalem lagi.” Udah gitu telanjang juga..Hayo!!!” Rika bertanya dengan galak.
“Sini liat.” Rika menghampiri Zuleha a dan cepat merebut celana dalam yang dipegang Zuleha, tanpa perlawanan dari Zuleha.
“Kok basah…?”Rika mengerutkan keningnya. “Nhaaaaa..bener kan…hayooooo….kamu ngapain…?”
”udah deh, Rik…emang bener, aku lagi mau ML sama Zuleha. Belum sempet aku ent*t, sih. Baru aku jilat-jilat memiawnya, keburu kamu dateng.” Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.
“Kamu tuh ya…udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja, gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri.” Rika memaki kami berdua dengan wajah merah padam.
“Terserah kamu lah…kamu mau laporin aku sama Zuleha ke polisi…silakan. Mau laporin ke Indah…terserah….”ucapku pasrah.
“Hmm…kalo aku laporin ke Indah…kasian dia. Nanti dia kaget.Kalo ke polisi….ah…ngrepotin.” Rika meninmbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.
“Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya.” Rika memberikan tawarannya kepadaku.
“Apa syaratnya, Rik?”
“Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah.”
“Iya, apaan syaratnya?” Zuleha ikut bertanya
“Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk disini, nonton. Bagaimana?”
“WHAT?” aku dan Zuleha berteriak bebarengan. “Gila lu ya, masa mau nonton orang lagi ML?”
“Ya terserah kamu.Mau pilih mana…?
Rika mencibir dengan senyum kemenangan.
Aku dan Zuleha saling berpandangan. Kuhampiri Zuleha, kubelai tangan dan rambutnya. Zuleha seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Rika.
Segera saja kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku meremas pantatnya yang sekel. Zuleha segera membuka kaosnya.
Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Zuleha menuju sofa. Kurebahkan ia disana, dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celana ku sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Zuleha dan Rika.
Aku melirik Rika, yang duduk menyilangkan kakinya. Kulihat wajahnya menegang seperti tegangnya tongkolku. Aku tersenyum-senyum kearahnya, sambil memainkan dan mengocok-ngocok tongkolku, seolah hendak memamerkan kejantananku.
“Ayo, dittt…cepetan deh…udah gak tahan, honey…” Zuleha a merintih. “Biarin aja si Rika…paling dia juga udah basah.”
“Enak aja kamu bilang.”sergah Rika. “Udah buruan, aku pengen liat kayak apa sih kalian kalo ML.”
Aku menatap mata Zuleha yang mulai sayu dan tersenyum. Setelah melepas seluruh pakaiannya, sempurnalah ketelanjangbulatan kami berdua. Tak sabar, segera kusosor memiaw Zuleha a yang sangat becek oleh lendir birahinya.
“Achhhh….sshhhh….ooouufffffggg…adddiiiittt….” Zuleha menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku. Pantatnya tersentak keatas, mengikuti irama permainan lidahku.
Hmmm…nikmat sekali. memiawnya berbau segar, tanda bahwa memiaw ini sangat terawat. Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras, seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya.
“Hmmmppppppff…addiitt……sayaaaanngg.. akh…akh…akkkkkuu…” Zuleha terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya.
‘Akku……mmmhhhhh…ssshhh….”

“Keluarin sayang….keluarin yang banyak…..”aku berbisik sambil jari tengahku terus mengocok memiawnya, dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat keras. Baik itil maupun memiaw Zuleha sudah benar-benar berwarna merah, sangat basah akibat lendirnya yang meleleh, hingga membasahi belahan pantat dan sofa.
Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi. Hal ini membuat paha Zuleha menegang, tangannya menjambak rambutku, sekaligus membenamkan kepalaku ditengah jepitan pahanya yang menegang. Aku merasakan memiawnya berdenyut, dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.
“aaddiiiiittttt   aaaccchhhhhhh……” Zuleha menjerit keras sekali, menjepit kepalaku dengan pahanya, menekan kepalaku di selangkangannya dan berguncang hebat sekali.
Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya. Ya, aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Zuleha. Sedotanku pada memiawnya membuat guncangan Zuleha makin keras…dan akhirnya Zuleha terdiam seperti orang kejang. Tubuhnya kaku dan gemetaran.
“Oooohhhh…adiiitt…aaachhh…..” Zuleha menceracau sambil gemetaran.
“Enn..en….Nik…mat…bangeth….sssse….dothan…sama jhiilatan kkk…kamu…”
Kulihat Zuleha tersenyum dengan wajah puas. Segera kuarahkan bibrku melumat putingnya yang keras dan kemerahan. Meskipun sudah melahirkan dan menyusui dua anak, payudara Zuleha sangat terawat, kencang. Dan putingnya masih berwwarna kemerahan. Siapa lelaki yang tahan melihat warna putting seperti itu, apalgi sekarang puting merah itu benar-benar masih keras dan mengacung meski pemiliknya barusan menggapai orgasme.
“Shhh…diiiittt…iihhhh…geli….” Zuleha menggelinjang saat kuserbu putingnya. Aku tidak mempedulikan rintihannya. Kulumat putingnya dengan ganas sehingga badan Zuleha mulai mengejang lagi.
“Acchhh….adddiitttt….sayaaaannggg…” Zuleha merintih. “Terus sayang…iss…ssseeeppp…pen….til…kuhh…ooofffffhhhhhhh hh……”
Tanpa aba-aba, segera kusorongkan tongkolku yang memang sudah mengeras seperti kayu ke memiaw Zuleha. Blessss…….slllleeepppp……
“Ahhhhkkk…..mmmmppppfff…..ooooooggggghhhh….”p antat Zuleha tersentak kedepan, seiring dengan menancapnya tongkolku di mekinya. Kutekan tongkolku makin dalam dan kuhentikan sejenak disana. Terasa sekali memiaw Zuleha berkedut-kedut, walaupun tergolong super becek.
“Ayo, diiittttt…..gocek tongkol kamuh….akk….kkuuuu….udah mau…keluarrrrr…laggiiiihhh…” Zuleha merintih memohon.
Segera kugocek tongkolku dengan ganas.
crep.crep…cplakkk….cplaakkkk…cplaakkkk ….” suar gesekan tongkolku dengan memiaw Zuleha yang sudah basah kuyup nyaring terdengar. Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum, dan tanganku menggerayang memilin menikmati payudara dan putingnya.
Sesaat kemudian kulihat mata Zuleha terbalik, Cuma terlihat putihnya. Kakinya dilipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk ubuhku erat.
“aaadddhhiiittt  aaaccchhhh….” Zuleha menjerit keras dan sekejap terdiam. Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di tongkolku denyutan memiaw Linda…sangat kuat. Berdenyut-denyut, seolah hendak memijit dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur menyiram memeknya yang luar biasa becek.
Makin kuat kocokan tongkolku didalam memiaw Zuleha, makin kencang pula pelukannya. Nafas Zuleha tertahan, seolah tidka ingin kehilangan moment-moment indah menggapai puncak kenikmatan.
Karena denyutan memiaw Zuleha yang membuatku nikmat, ditambah rasa hangat karena uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan. Ditambah ekspresi wajahnya yangmemandang wajahku dengan mata sayu namun tersirat kepuasan yang maat sangat.
“Ayo diittt…keluarin pejuh kamu…keluarin dimemiawku….” Zuleha memohon.
“Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu?”tanyaku sambil terengah-engah.
“No problem honey…aku safe kok….”sahut Zuleha. “C’mon honey..shot your sperm inside…c’mon honey….”
zuullll   zuleehhaaaaaa zzzccchhhhh…”aku merasakan pejuhku mendesak. Kupercepat kocokanku, dan Zuleha juga mengencangkan otot memiawnya, berharap agar aku cepet muncrat.
AAACCHHHHHHH………..” Jrrrrrooooooooootttt…..jrrrrooooooooottttt..jrrrro ooooottttt…..tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim Zuleha, sampai-sampai ia tersentak. Kubenamkan dalam-dalam tongkolku, hingga terasa kepalaku speerti memasuki liang kedua.Ah….ternyata tongkolku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya.
Ohhh…adddiiitttt…enak sayang….nikmat, sayaaannggg…offffffghhhh……” Zuleha merintih lagi. “Uggghhh…hangat sekali pejuh kamu, diitttt…” ucap Zuleha.
Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan tongkolku dalam-dalam, secara mendadak kucabu tongkolku.
“Plllookkkkk….”
Kupandangi memiaw Zuleha yang masih membengkak dan merah denganlubang menganga. Zuleha segera mengubah posisi duduknya dan…ceeerrrrrr……pejuhku meleleh. Segera saja jemari Zuleha meraih dan mengorek bibir memiawnya, menjaga agar pejuhku tidak tumpah kesofa. Akibatnya, telapak tangan Zuleha belepotan penuh dengan pejuhku yang telah bercampur lendir memiawnya. Dengan pejuh di telapak tangan kanannya, Zuleha menggunakan jari tangan kirinya,mengorek memiawny untuk membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku.
“Brani kam telen lagi?” tantangku.
“Idih…syapa takut….” Zuleha balas menantangku. “Nih liat ya….”
Clep…dijilatnya telapak tangan yang penuh pejuhku…
“MMmmmm….slrrpppp….glek….aachhhh….” Zuleha nampak puas menikmati pejuh ditangannya.
“Hari ini kenyang sekali aku…sarapan pejuh kamu duakali..hihihihi…” Zuleha tertawa geli.
“Tuh…masih ada sisanya ditangan. Mbelum bersih.” Sahutku.
“Tenang, diitt..sisanya buat…ini.” Sambil berkata begitu, Zuleha mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya diwajahnya.
“Bagus lho buat wajah…biar tetep mulus…”sahut Zuleha sambil mengerling genit.
“Astagaaaa….kamu tuh, zul…diem-diem ternyata…”kataku terkejut.
“Kenapa…? Kaget ya?”
“Diem-diem, muka alim..tapi kalo urusan birahi liar juga ya..”
“Ya iyalaaahhh..hare gene, dittt…orang enak kok ditolak.”
”Tau gitu tadi aku semprot di muka kamu aja ya.. sesalku
“Iya juga sih..sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi…nahan enak sih..lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu di memiawku.” Zuleha tersenyum
“Eh,dittt…ssstttt…coba liat tuh…jailin yuk…..”ajak Zuleha
Ya ampuuunnnn…aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamat Rika. Segera kulirik Rika, yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri. Tangannya menggosok-nggosok sapndexnya, yang mulai membasah. Kulihat lekukan cameltoenya makinbesar, lebih besar dari yang kulihat diruang tamu. Pertanda bahwa Rika juga telah dilanda birahi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar