Meskipun tinggal di Jakarta dan
digaji besar, aku lebih suka tinggal di perkampungan. Kosku berada di wilayah
Jakarta Selatan dekat perbatasan Tangerang. Lokasinya yang nyaman dan tenang,
jau dari hiruk pikuk kota, membuatku betah tinggal lama disini sejak tahun 2009.
Sudah 7 tahun lebih aku belum pernah pindah. Tetangga-tetangga pun heran
mengapa aku betah tinggal disitu padahal bu kostku terkenal orangnya kolot dan
masih memegang tradisi lama. Orangnyapun alim dan tidak suka anak kostnya
berbuat macam-macam dan kalau ketahuan sudah pasti diusir dari rumah kostnya.
Rumah kostku 2 lantai yang disewakan
hanya 5 kamar dengan ukuran sedang dan kostnya baik untuk putra maupun putri,
yang masih single maupun yang sudah berkeluarga. Kamar mandi untuk anak kost
disedakan ada 2 didalam rumah satu dan yang diluar juga ada. Ibu koskupun
tinggal disitu cuman tinggal di kamar sebelah dalam bersama anak semata
wayangnya Mas Rano.
Kejadian ini terjadi sekitar tahun
2005, Rumah kost hanya terisi dua satu untukku dan sebelahnya lagi keluarga Mas
Tarno berasal dari Yogyakarta. Mas Tarno umurnya 2 tahun diatasku jadi waktu
itu sekitar 26 tahun. Istrinya bernama Nita seumuran denganku. Nita orangnya
manis putih tinggi sekitar 165 cm ukuran payudara sekitar 34-an. Mereka sudah
dikaruniai satu orang anak masih berumur 2 tahun bernama Rara. Mas Tarno
orangnya penggangguran. Jadi untuk keperluan, Nita-lah yang bekerja dari pagi
sampai malam di sebuah Supermarket terkenal (supermarket ini sering dikenai
sanksi oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha lho!!!….hayo tebak siapa
bisa..hahahaha….) sebagai SPG sebuah produk susu untuk balita. Karena
keperluannya yang begitu banyak, Nita (menurut pengakuannya) sampai meminta
pihak manajemen untuk bisa bekerja 2 shift.
Tentunya keluarga macam ini sering cek-cok. Nita mengganggap Mas Tarno orangnya pemalas bisanya hanya minta duit untuk beli rokok. Padahal jerih payah Nita seharusnya untuk beli susu buat Rara putrinya. Mas Tarno pun sering membalas omelan-omelan Nita dengan tamparan dan tendangan bahkan dilakukan didepan anaknya. Aku sendiri tidak betah melihat pertengkaran itu.
Suatu saat, Mas Tarno dapat pekerjaan sebagai ABK dan tentunya harus meninggalkan keluarganya dalam waktu yang cukup lama. Nita senangnya bukan main mendengarnya. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama.
Tentunya keluarga macam ini sering cek-cok. Nita mengganggap Mas Tarno orangnya pemalas bisanya hanya minta duit untuk beli rokok. Padahal jerih payah Nita seharusnya untuk beli susu buat Rara putrinya. Mas Tarno pun sering membalas omelan-omelan Nita dengan tamparan dan tendangan bahkan dilakukan didepan anaknya. Aku sendiri tidak betah melihat pertengkaran itu.
Suatu saat, Mas Tarno dapat pekerjaan sebagai ABK dan tentunya harus meninggalkan keluarganya dalam waktu yang cukup lama. Nita senangnya bukan main mendengarnya. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama.
Pada malam itu, aku ngobrol dengan
Nita dikamarnya sambil nonton TV. Si Rara muter-muter sambil bermain maklum
umur segitu masih lucu-cucunya.
“Sekarang sepi ya, Nit….nggak ada Mas Tarno.” kataku
“Lebih baik gini, Ted. Enakan kalo Mas Tarno nggak ada.” Keluh Nita kepadaku.
“Emangnya Kenapa?” tannyaku.
“Mas Tarno tuh kerja nggak kerja tetep nyusahin. wajar khan kalo aku minta duit ke Mas Tarno? Aku khan istrinya. Eh, Dianya marah-marah. Besoknya aku diomelin juga ama ibu mertuaku. Katanya aku nggak boleh minta duitnya dulu biar bisa buat nabung. Gombal!!! Aku nggak percaya Mas Tarno bisa nabung!!!” Dia jawab dengan marah-marah.
“Sekarang sepi ya, Nit….nggak ada Mas Tarno.” kataku
“Lebih baik gini, Ted. Enakan kalo Mas Tarno nggak ada.” Keluh Nita kepadaku.
“Emangnya Kenapa?” tannyaku.
“Mas Tarno tuh kerja nggak kerja tetep nyusahin. wajar khan kalo aku minta duit ke Mas Tarno? Aku khan istrinya. Eh, Dianya marah-marah. Besoknya aku diomelin juga ama ibu mertuaku. Katanya aku nggak boleh minta duitnya dulu biar bisa buat nabung. Gombal!!! Aku nggak percaya Mas Tarno bisa nabung!!!” Dia jawab dengan marah-marah.
“Sabar ya…” Aku mencoba untuk
menenangkannya apalagi Rara dah minta bobo’. “Seandainya Mas Tedy yang jadi suamiku
mungkin aku tidak akan merana. Mas Tedy dah dapat pekerjaan tetap dan digaji
besar sedangkan suamiku, Mas Tarno hanya pekerja kasar di kapal itupun baru
sebulan sebelumnya penggangguran.” Keluhnya.
“Udah…jangan berandai-andai….biarkan
hidup mengalir saja.” Jawabku sekenanya.“Mas, ….. Tiba-tiba Nita duduk
disebelahku mengapit tangganku dan menyandarkan kepalanya. Aku sungguh
terkejut. Aku tahu Nita butuh kasih sayang, butuh belaian, butuh perhatian.
Bukan tendangan dan tamparan. Aku balas dia dengan pelukan di bahunya. Sayang
sekali Wanita semanis Nita disia-siakan oleh laki-laki. Tapi Aku juga laki-laki
normal punya nafsu terhadap wanita. Justru inilah kesempatanku untuk mengerjai
Nita apalagi ibu kostku menjengguk keluarganya di Surabaya selama seminggu dan
baru berangkat kemarin malam dan Mas Rano dapat jatah kerja Shift malam di
sebuah Mall. Yuhuyyy…akhirnya kesempatan itu tiba!!!
Kutoleh Nita yang saat itu sedang
memakai daster, tanpa basa basi aku langsung merengkuh tubuh Nita yang montok
itu kedalam pelukanku dan langsung kucium bibirnya yang tipis itu. Nita memeluk
tubuhku erat erat, Nita sangat pandai memainkan lidahnya, terasa hangat sekali
ketika lidahnya menyelusup diantara bibirku. Tanganku asyik meremas susu Nita
yang tidak seberapa besar tapi kencang, pentilnya kupelintir membuat Nita
memejamkan matanya karena geli. Dengan sigap aku menarik daster Nita, dan
seperti biasanya Nita sudah tak mengenakan apa apa dibalik dasternya itu
ternyata Nita memang sudah merencanakannya tanpa sepengetahuanku. Tubuh Nita
benar benar aduhai dan merangsang seleraku, tubuhnya semampai, putih dengan
susu yang pas dengan ukuran tubuhnya ditambah memek yang tak berambut
mencembung.
“Eh gimana kalo si Rara bangun?”
tanyaku. “Tenang aja Mas Tedy, Susu yang diminum Rara tadi dah aku campurin
CTM.” Jawabnya dengan gaya yang manja. Benar-benar persiapan yang sempurna.
Ketika kubentangkan bibir memeknya, itilnya yang sebesar biji salak langsung
menonjol keluar. ketika kusentuh dengan lidahku, Nita langsung menjerit lirih.
Aku langsung mencopot baju dan celanaku sehingga kontolku yang sepanjang 12 cm
langsung mengangguk angguk bebas. Ketika kudekatkan kontolku ke wajah Nita,
dengan sigap pula Nita menggenggamnya dan kemudian mengulumnya. Kulihat bibir
Nita yang tebal itu sampai membentuk huruf O karena kontolku yang berdiameter 3
cm itu hampir seluruhnya memadati bibir mungilnya, Nita sepertinya sengaja
memamerkan kehebatan kulumannya, karena sambil mengulum kontolku ia berkali
kali melirik kearahku.
Aku hanya dapat menyeringai keenakan
dengan servis Nita ini. Mungkin posisiku kurang tepat bagi Nita yang sudah
berbaring itu sementara aku sendiri masih berdiri disampingnya, maka Nita
melepaskan kulumannya dan menyuruhku berbaring disebelahnya. Setelah aku
berbaring dengan agak tergesa gesa Nita merentangkan kedua kakiku dan mulai
lagi menjilati bagian peka disekeliling kontolku, mulai dari pelirku, terus
naik keatas sampai keNitang kencingku semuanya dijilatinya, bahkan Nita dengan
telaten menjilati Nitang duburku yang membuat aku benar benar blingsatan. Aku
hanya dapat meremas remas susu Nita serta merojok memeknya dengan jariku. Aku
sudah tak tahan dengan kelihaian Nita ini, kusuruh dia berhenti tetapi Nita tak
memperdulikanku malahan ia makin lincah mengeluar masukkan kontolku kedalam
mulutnya yang hangat itu. Tanpa dapat dicegah lagi air maniku menyembur keluar
yang disambut Nita dengan pijatan pijatan lembut dibatang kontolku seakan akan
dia ingin memeras air maniku agar keluar sampai tuntas.
Ketika Nita merasa kalau air maniku
sudah habis keluar semua, dengan pelan pelan dia melepaskan kulumannya, sambil
tersenyum manis ia melirik kearahku. Kulihat ditepi bibirnya ada sisa air
maniku yang masih menempel dibibirnya, sementara yang lain rupanya sudah habis
ditelan oleh Nita. Nita langsung berbaring disampingku dan berbisik “Mas Tedy
diam saja ya, biar saya yang memuaskan Mas !” Aku tersenyum sambil menciumi
bibirnya yang masih berlepotan air maniku sendiri itu. Dengan tubuh telanjang
bulat Nita mulai memijat badanku yang memang jadi agak loyo juga setelah tegang
untuk beberapa waktu itu, pijatan Nita benar benar nyaman, apalagi ketika
tangannya mulai mengurut kontolku yang setengah ngaceng itu, tanpa dihisap atau
diapa apakan, kontolku ngaceng lagi, mungkin karena memang karena aku masih
kepengen main beberapa kali lagi maka nafsuku masih bergelora.
Aku juga makin bernafsu melihat susu
Nita yang pentilnya masih kaku itu, apalagi ketika kuraba memeknya ternyata
itilnya juga masih membengkak menandakan kalau Nita juga masih bernafsu hanya
saja penampilannya sungguh kalem . Melihat kontolku yang sudah tegak itu, Nita
langsung mengangkangi aku dan menepatkan kontolku diantara bibir memeknya,
kemudian pelan pelan ia menurunkan pantatnya sehingga akhirnya kontolku habis
ditelan memeknya itu.
Setelah kontolku habis ditelan
memeknya, Nita bukannya menaik turunkan pantatnya, dia justru memutar pantatnya
pelan pelan sambil sesekali ditekan, aku merasakan ujung kontolku menyentuh
dinding empuk yang rupanya leher rahim Nita. Setiap kali Nita menekan
pantatnya, aku menggelinjang menahan rasa geli yang sangat terasa diujung
kontolku itu. Putaran pantat Nita membuktikan kalau Nita memang jago
bersetubuh, kontolku rasanya seperti diremas remas sambil sekaligus dihisap
hisap oleh dinding memek Nita. Hebatnya memek Nita sama sekali tidak becek,
malahan terasa legit sekali, seolah olah Nita sama sekali tak terangsang oleh
permainan ini. Padahal aku yakin seyakin yakinnya bahwa Nita juga sangat
bernafsu, karena kulihat dari wajahnya yang memerah, serta susu dan itilnya
yang mengeras seperti batu itu. Aku makin lama makin tak tahan dengan gerakan
Nita itu, kudorong ia kesamping sehingga aku dapat menindihinya tanpa perlu
melepaskan jepitan memeknya. Begitu posisiku sudah diatas, langsung kutarik
kontolku dan kutekan sedalam dalamnya memasuki memek Nita.
Nita menggigit bibirnya sambil
memejamkan mata, kakinya diangkat tinggi tinggi serta sekaligus dipentangnya
pahanya lebar lebar sehingga kontolku berhasil masuk kebagian yang paling dalam
dari memek Nita. Rojokanku sudah mulai tak teratur karena aku menahan rasa geli
yang sudah memenuhi ujung kontolku, sementara Nita sendiri sudah merintih
rintih sambil menggigiti pundakku. Mulutku menciumi susu Nita dan menghisap
pentilnya yang kaku itu, ketika Nita memintaku untuk menggigiti susunya, tanpa
pikir panjang aku mulai menggigit daging empuk itu dengan penuh gairah, Nita
makin keras merintih rintih, kepalaku yang menempel disusunya ditekan keras
keras membuatku tak bisa bernafas lagi, saat itulah tanpa permisi lagi
kurasakan memek Nita mengejang dan menyemprotkan cairan hangat membasahi
seluruh batang kontolku.
Ketika aku mau menarik pantatku
untuk memompa memeknya, Nita dengan keras menahan pantatku agar terus menusuk
bagian yang paling dalam dari memeknya sementara pantatnya bergoyang terus
diatas ranjang merasakan sisa sisa kenikmatannya. Dengan suara agak gemetar
merasakan kenikmatannya, Nita menanyaiku apakah aku sudah keluar, ketika aku
menggelengkan kepala, Nita menyuruhku mencabut kontolku. Ketika kontolku
kucabut, Nita langsung menjilati kontolku sehingga cairan lendir yang berkumpul
disitu menjadi bersih. kontolku saat itu warnanya sudah merah padam dengan
gagahnya tegas keatas dengan urat uratnya yang melingkar lingkar disekeliling
batang kontolnya.
Nita sesekali menjilati ujung
kontolku dan juga buah pelirku. Ketika Nita melihat kontolku sudah bersih dari
lendir yang membuat licin itu, dia kembali menyuruhku memasukkan kontolku,
tetapi kali ini Nita yang menuntun kontolku bukannya keNitang memeknya melainkan
keNitang duburnya yang sempit itu. Aku menggigit bibirku merasakan sempit serta
hangatnya Nitang dubur Nita, ketika kontolku sudah menyelusup masuk sampai
kepangkalnya, Nita menyuruhku memaju mundurkan kontolku, aku mulai menggerakkan
kontolku pelan pelan sekali.
Kurasakan betapa ketatnya dinding
dubur Nita menjepit batang kontolku itu, terasa menjalar diseluruh batangnya
bahkan terus menjalar sampai keujung kakiku. Benar benar rasa nikmat yang luar
biasa, baru beberapa kali aku menggerakkan kontolku, aku menghentikannya karena
aku kuatir kalau air maniku memancar, rasanya sayang sekali jika kenikmatan itu
harus segera lenyap. Nita menggigit pundakku ketika aku menghentikan gerakanku
itu, ia mendesah minta agar aku meneruskan permainanku. Setelah kurasa agak
tenang, aku mulai lagi menggerakkan kontolku menyelusuri dinding dubur Nita
itu, dasar sudah lama menahan rasa geli, tanpa dikomando lagi air maniku tiba
tiba memancar dengan derasnya, aku melenguh keras sekali sementara Nita juga
mencengkeram pundakku.
Aku jadi loyo setelah dua kali
memuntahkan air mani yang aku yakin pasti sangat banyak. Tanpa tenaga lagi aku
terguling disamping tubuh Nita, kulihat kontolku yang masih setengah ngaceng
itu berkilat oleh lendir yang membasahinya. Nita langsung bangun dari tempat
tidur, dengan telanjang bulat ia keluar mengambil air dan dibersihkannya
kontolku itu, aku tahu kali ini dia tak mau membersihkannya dengan lidah karena
mungkin dia kuatir kalau ada kotorannya yang melekat. Setelah itu, disuruhnya
aku telungkup agar memudahkan dia memijatku, aku jadi tertidur, disamping
karena memang lelah, pijatan Nita benar benar enak, sambil memijat sesekali dia
menggigiti punggungku dan pantatku. Aku benar benar puas menghadapi perempuan
satu ini.
Aku tertidur cukup lama, ketika
terbangun badanku terasa segar sekali, karena selama aku tidur tadi Nita terus
memijit tubuhku. Ketika aku membalikkan tubuhku, ternyata Nita masih saja
telanjang bulat, kontolku mulai ngaceng lagi melihat tubuh Nita yang sintal
itu, tanganku meraih susunya dan kuremas dengan penuh gairah, Nitapun mulai
meremas remas kontolku yang tegang itu.
“Yuk kita ke kamar mandi” ajakku
“Sapa takut…..”
Aku menarik tangan Nita keluar kamar sambil bugil tapi aku sempatkan menyambar 2 buah handuk kemudian berjalan mengendap masuk , takut ketahuan tetangga sebelah rumah dan mengunci pintu kamar mandinya dari dalam. ” Nit…kamu seksi banget..” desisku sambil lebih mendekatinya, dan langsung mencium bibirnya yang ranum. Nita membalas ciumanku dengan penuh gairah, dan aku mendorong tubuhnya ke dinding kamar mandi.
“Yuk kita ke kamar mandi” ajakku
“Sapa takut…..”
Aku menarik tangan Nita keluar kamar sambil bugil tapi aku sempatkan menyambar 2 buah handuk kemudian berjalan mengendap masuk , takut ketahuan tetangga sebelah rumah dan mengunci pintu kamar mandinya dari dalam. ” Nit…kamu seksi banget..” desisku sambil lebih mendekatinya, dan langsung mencium bibirnya yang ranum. Nita membalas ciumanku dengan penuh gairah, dan aku mendorong tubuhnya ke dinding kamar mandi.
Tanganku membekap dadanya dan
memainkan putingnya. Nita mendesah pelan. Ia menciumku makin dalam. Kujilati
putingnya yang mengeras dan ia melenguh nikmat. Aku ingat, pacarku paling suka
kalau aku berlama-lama di putingnya. Tapi kali ini tidak ada waktu, karena
sudah menjelang pagi. Nita mengusap biji pelirku. Kunaikan tubuh Nita ke bak
mandi. Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya.
Bulu kemaluannya rapi sekali.
Kujilati liangnya dengan nikmat, sudah sangat basah sekali. ia mengelinjang dan
kulihat dari cermin, ia meraba putingnya sendiri, dan memilin-milinnya dengan
kuat. Kumasukan dua jari tanganku ke dalam liangnya, dan ia menjerit tertahan.
Ia tersenyum padaku, tampak sangat menyukai apa yg kulakukan. Jari telunjuk dan
tengahku menyolok-nyolok ke dalam liangnya, dan jempolku meraba-raba kasar
klitorisnya. Ia makin membuka pahanya, membiarkan aku melakukan dengan leluasa.
Semakin aku cepat menggosok klitorisnya, semakin keras desahannya.
Sampai-sampai aku khawatir akan tetangga sebelah rumah dengar karena dinding
kamar mandi bersebelahan tepat dengan dinding rumha tetangga. Lalu tiba-tiba ia
meraih kepalaku, dan seperti menyuruhku menjilati liangnya..
”
Ahhh…ahhh….Mas…Arghhhh..uhhh….Maaasss….” ia mendesah-desah girang ketika
lidahku menekan klitorisnya kuat2. Dan jari-jariku makin mengocok liangnya.
Semenit kemudian, Nita benar-benar orgasme, dan membuat mulutku basah kuyub
dengan cairannya. Ia tersenyum lalu mengambil jari2ku yang basah dan
menjilatinya sendiri dengan nikmat.
Ia lalu mendorongku duduk di atas
toilet yg tertutup, Ia duduk bersimpuh dan mengulum kontolku yang belum tegak
benar. Jari-jarinya dengan lihay mengusap-ngusap bijiku dan sesekali
menjilatnya. Baru sebentar saja, aku merasa akan keluar. Jilatan dan isapannya
sangat kuat, memberikan sensasi aneh antara ngilu dan nikmat. Nita melepaskan
pagutannya, dan langsung duduk di atas pangkuanku.
Ia bergerak- gerak sendiri mengocok
kontolku dengan penuh gairah. Dadanya naik turun dengan cepat, dan sesekali kucubit
putingnya dengan keras. Ia tampak sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka dari
itu, aku memutuskan untuk berdiri dan mengangkat tubuhnya sehingga sekarang
posisiku berdiri, dengan kakinya melingkar di pinggangku.
Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai
kukocok dengan kasar. Nita tampak sangat menyukainya. Ia mendesah-desah
tertahan dan mendorong kepalaku ke dadanya. Karena gemas, kugigit dengan agak
keras putingnya. Ia melenguh ,” Oh…gitu Mas..gigit seperti itu…aghhh…”
Kugigit dengan lebih keras puting
kirinya, dan kurasakan asin sedikit di lidahku. Tapi tampaknya Nita makin
terangsang.kontolku terus memompa liangnya dengan cepat, dan kurasakan liangnya
semakin menyempit… kontolku keluar masuk liangnya dengan lebih cepat, dan
tiba-tiba mata Nita merem melek, dan ia semakin menggila, lenguhan dan
desahannya semakin kencang hingga aku harus menutup mulutnya dengan sebelah
tangannku. ” Ah Maass…Ehmm… Arghh…Arghhh…Ohhhhh uhhhhhh…” Nita orgasme untuk
kesekian kalinya dan terkulai ke bahuku.
Karena aku masih belum keluar, aku
mencabut kontolku dari liangnya yang banjir cairannya, dan membalikan tubuhnya
menghadap toilet. Biasa kalau habis minum staminaku memang suka lebih gila.
Nita tampak mengerti maksudku, ia menunggingkan pantatnya, dan langsung kutusuk
kontolku ke liangnya dari belakang. Ia mengeram senang, dan aku bisa melihat
seluruh tubuhnya dari cermin di depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan
acak-acakan.
Aku mulai memompa liangnya dengan
pelan, lalu makin cepat, dan tangan kiriku meraih puting payudaranya, dan
memilinnya dengan kasar, sementara tangan kananku sesekali menepuk keras
pantatnya. kontolku makin cepat menusuk2 liangnya yang semakin lama semakin
terasa licin. Tanganku berpindah-pindah, kadang mengusap-ngusap klitorisnya
dengan cepat. Badan Nita naik turun sesuai irama kocokanku, dan kontolku
semakin tegang dan terus menghantam liangnya dari belakang. Ia mau orgasme
lagi, rupanya, karena wajahnya menegang dan ia mengarahkan tanganku mengusap
klitorisnya dengan lebih cepat. kontolku terasa makin becek oleh cairan
liangnya.
“Nita..aku juga mau keluar nih….”
” oh tahan dulu…kasih aku….kontolmu….tahan!!!!
“Nita langsung membalikan tubuhnya, dan mencaplok kontolku dengan rakus. Ia mengulumnya naik turun dengan cepat seperti permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam mulutnya.
” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku tertahan.
” oh tahan dulu…kasih aku….kontolmu….tahan!!!!
“Nita langsung membalikan tubuhnya, dan mencaplok kontolku dengan rakus. Ia mengulumnya naik turun dengan cepat seperti permen, dan dalam itungan detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam mulutnya.
” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku tertahan.
Nita menyedot kontolku dengan
nikmat, menyisakan sedikit rasa ngilu pada ujung kontolku, tapi ia tidak
peduli, tangan kirinya menekan pelirku dan kanannya mengocok kontolku dengan
gerakan makin pelan. Kakiku lemas dan aku terduduk di kursi toilet yg tertutup.
Nita berlutut dan menjilati seluruh kontolku dengan rakus.
Setelah Nita menjilat bersih
kontolku, ia memakaikan handukku, lalu memakai handuknya sendiri. Ia memberi
isyarat agar aku tidak bersuara, lalu perlahan-lahan membuka pintu kamar mandi.
Setelah yakin aman, ia keluar dan aku mengikutinya dari belakang. Setelah
kejadian itu aku sama Nita semakin gila-gilaan dalam bermain seks sampai dengan
ibu kosku kembali dari Surabaya tentunya aku hanya bisa melakukannya di malam
hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar