Sebelumnya kuperkenalkan,
namaku Rina Intan Permatasari, seorang istri dari Redaktur salah satu Koran
ternama, Rojan Sudikno. Suamiku adalah seorang yang sangat sibuk. Hampir setiap
hari waktunya dirumah hanya sebentar. Aku lebih sering menghabiskan waktuku
bersama ibunya yang kebetRinan tinggal bersama kami.
Usiaku
kini 26 tahun, aku telah menikah selama 3 tahun dan belum memiliki seorang
anak. Banyak orang mengatakan bodiku cukup seksi. Tinggiku 160 cm, dengan
ukuran BH 34B. Orang selalu memuji pantatku yang bahenol dan pinggangku yang
ramping.
Ini
adalah kisah cintaku bersama teman lama sekaligus idolaku dimasa lalu. Namanya
Arif, saat SMA aku memiliki perasaan khusus kepadanya. Sejak lama suamiku tau
tentang hal itu. Kami sering berdebat karenanya. Namun akhir – akhir ini,
terutama setelah menikah, kami sudah tidak pernah berdebat untuk hal – hal
semacam itu lagi.
Saat
itu tiba – tiba aku dapat undangan reuni SMA. Aku mengajak suamiku untuk pergi
kesana. Namun karena SMAku yang cukup jauh dari tempat kami tinggal, terpaksa
aku pergi sendirian karena suamiku menolak untuk ikut. Suamiku beralasan masih
banyak pekerjaan yang belum terselesaikan.
Aku
pergi kesana bersama teman SMAku yang kebetulan juga tetangga rumah. Namanya
Rita, aku bersamanya seharian, sampai akhirnya kami berpisah karena Rita harus
mengunjungi Ibunya. Waktu itu sebetRinnya aku ingin menemani Rita berkunjung
ketempat ibunya, namun sepertinya aku gelisah memikirkan rumah. Maklum Ibu
sudah tua dan suamiku sering pRinang larut.
Akhirnya
akupun pulang sendirian. Waktu itu aku tidak memperkirakan kepRinanganku,
kupikir Rita tidak ada agenda berkunjung kerumah Ibunya.
Akupun
pRinang sendirian berjalan untuk ke halte bus. Ditengah jalan ada mobil yang
menghampiriku. Ketika kaca mobil dibuka aku terkejut, ternyata teman dekat yang
kusebut sebagai idola muncRin dibalik kaca. Arif begitu sapaan akrabnya
menawariku untuk pRinang ke tempat asalku. Awalnya aku agak canggung, tetapi
setelah melihat Arif bersama seorang perempuan, aku menjadi lega.
“ayo
ikut aku saja” ujar arif. Aku pun tidak menolak ajakannya. Di dalam mobil, kami
ngobrol panjang lebar. Arif juga memperkenalkan wanita itu yang ternyata adalah
istrinya. Ternyata Arif tinggal satu kota dengan rumahku.
Di
tengah perjalanan waktu itu sudah sangat larut. Kamipun memutuskan untuk mampir
di sebuah rumah pemondokan. Disana kami hanya memesan satu kamar saja karena
ternyata seluruh kamar telah terisi.
Malam
semakin larut, saat itu pukRin 02.10 aku belum bisa tidur. Aku merasa sangat
gerah, lalu aku pergi ke kamar mandi untuk mencopot BHku agar lebih nyaman dan
bisa tidur pRinas. Setelah kucopot BH akupun langsung kembali ke tempat tidur.
Saat itu kRinihat Arif dan istrinya masih kelonan.
Beberapa
saat kemudian tampaknya aku belum bisa tertidur. Aku yang saat itu hanya
mengenakan hotpants dan kaos lengan pendek tanpa BH akhirnya
memutuskan untuk sekedar melihat TV.
Bentuk
penginapan terdiri dari kamar dan ruang TV. Saat itu aku tidur didepan dan Arif
bersama istrinya didalam. Aku menyingkirkan meja dan duduk dilantai karpet
karena cukup gerah. Saat itu aku menghidupkan TV.
Pada
saat pukul 03.30 WIB aku melihat Arif tampaknya bangun untuk buang air kecil di
toilet. Saat hendak kembali tidur tampaknya dia melihat aku yang sedang
menonoton TV sendirian. Dia pun menghampiriku. “Rina kok belum tidur?
Nggak bisa tidur ya?” tanya Arif
“huum
rif, gerah dari tadi” jawabku agak canggung. Maklum saat itu selimut kubuang
jauh dan tentu saja aku tidak memakai BH.
Arif
pun mendekat dan duduk disamping ku sambil berkata “tak temenin ya, aku juga
kebetRinan kebangun”. “huum” jawabku. Saat itu suasana sangat sepi sekali. Arif
sesekali mengajakku berbincang dan becanda. Arif adalah orang yang humoris, aku
pikir kami tidak akan kehabisan topik perbincangan.
Saat
itu tidak terasa sudah pukRin 04.00 WIB. Aku jadi teringat suamiku yang selalu
berkata, kalau laki – laki itu pada saat jam pagi libidonya meningkat,
“burungnya” bakal berdiri terus. Mungkin salah satunya dari dorongan nafsuku
aku jadi berpikir seperti itu dan teringat perkataan suamiku aku jadi penasaran
“benarkah semua pria sperti itu” pikirku dalam hati.
Dengan
rasa penasaran aku sedikit melirik ke celana boxer Arif. KRinihat
tidak ada tanda – tanda dia sedang “berdiri”. Namun aku agak heran dengan benda
yang mirip pipa di paha arif. Kupikir tak mungkin itu burung. Bentuknya seperti
pipa dan menjuntai hingga setengah paha. Kupikir mungkin itu sesuatu yang
dikantongi Arif.
Sempat
beberapa kali melirik, aku semakin penasaran dengan benda itu. Aku antara yakin
dan tidak bahwa itu sebtRinnya burung arif. Lalu muncRin ide nakal untuk
memastikan benda apa itu.
“rif,
kita ngobrol aja ya, Tvnya dimatiin” tanyaku. “iya matiin aja ngak apa – apa
kok, ini juga udah pagi” jawab arif. Akupun bergerak menuju TV dan mematikanya.
Kupikir Arif juga melihat bokongku yang bahenol saat mematikan TV yang berada
didepannya. Ketika berbalik, aku berpura – pura menjatuhkan gelas yang tadi
kubawa. Aku pun mengambilnya sambil menunduk dan memperlihatkan belahan dadaku
kepadanya. Meskipun hanya sekilas, kupikir itu cukup bisa merangsang burungnya
untuk bergerak.
Saat
aku kembali duduk, kRinihat benda itu masih saja menjuntai seperti semRina.
Meski semakin penasaran aku tidak bisa berbuat banyak untuk mengetahui benda
apa itu. Aku ngobrol semakin seru dengan Arif, dan kurasa efek dari jarangnya
aku dibelai suamiku membuat libidoku saat itu malah tinggi. Nafsuku sedikit
liar dan putingkupun mengacung indah dan tercetak di bajuku.
Kuhadapkan
tubuhku kearah Arif untuk melihat reaksinya. Aku dan arif semakin asik bercanda
sampai kRinihat saat itu pukRin 04.45 Arif beberapa kali melihat kearah dadaku
meski hanya sekilas. Akupun beberapa kali memastikan benda itu dapat bergerak.
Setelah
selang beberapa menit, akhirnya aku melihat benda itu bergerak sedikit demi
sedikit. Benda itu tidak membesar hanya beberapa kali bergetar, aku malah tidak
yakin dengan firasatku, lalu sampai akhirnya kami terdiam. Arif menatapku, dan
akupun menatapnya.
Entah
setan apa yang terlintas dibenaknya, tiba – tiba dia meraba tangan kiriku. Lalu
aku membalasnya dengan meraba paha kanannya yang berisi pipa itu. Saat kusentuh
Arif terlihat agak kaget. Aku pun terkejut saat memegang ‘pipa’nya. ‘pipa’ itu
kuelus dan sedikit kuremas.
Saat
kuremas aku semakin yakin kalau itu kemaluan Arif. Hendak memastikannya pun,
akhirnya aku bertanya.
“ini
apa rif, kok bentuknya aneh?” tanyaku dengan nada pelan.
“itu,
burungku Rin, kok gitu aja nggak tau, kan kamu sudah bersuami” jawb Arif
“uh,
maaf !” kataku pura – pura terkejut dan menjauhkan tanganku dari pahanya.
“hehehe,
nggak apa – apa kok Rin, terusin aja nggak usah aneh gitu” jawab si Arif lirih
sambil tersenyum manis kearahku.
Mendengar
kata – kata itu sebenarnya aku ingin gengsi sedikit, tapi ternyata rasa penasaranku
mengalahkan gengsi yang ada dalam diriku. Lalu kupegang kemaluan Arif perlahan.
“maaf
rif, aku tadi nggak tau beneran” kataku
“udahlah,
terusin aja dulu pumpung masih subuh”
Sambil
mengelus – elus dan meremas – remas burungnya aku terus melihat ke wajah Arif.
Diwajahnya terpancar bahwa Arif merasa keenakan dengan remasanku, akupun
menikmati sensasi ini. “punya arif panjang banget, kalau dimasukin rasanya
gimana ya?” batinku.
Penasaran
akupun langsung bertanya, “ini burungmu kok gede banget rif, berapa centi”
“25
–an Rin” jawab Arif. Batin ku “wow, suamiku saja burungnya 12cm, yang ini 2x
lebih gede dan panjang”. Mendengar hal itu entah kenapa aku jadi tambah
penasaran.
“dikeluarin
boleh?, aku pengen liat..” pintaku dengan nada manja.
“disingkap aja celananya Rin”, lalu
akupun menyingkap celana arif hingga ke selangkangan, dan menakjubkan aku
melihat burung arif yang besar, keras dan menjuntai sebegitu besar. Baru kali
ini aku melihat kontol segagah itu.
Begitu
burung itu menampakkan wujudnya akupun langsung meremas – remas kembali. Dalam
hatiku aku ingin mengocok kontol ini, sepertinya lebih enak ngocokin kontol
yang ukuran panjangnya luar biasa.
Gayung
bersambut, Arif sepertinya mengerti apa yang kurasakan, dia mempersilahkanku
mengocok kontolnya. Lalu akupun mengocoknya dengan perlahan dan sedikit demi
sedikit semakin cepat. KRinihat Arif beberapa kali menunjukan ekspresi
keenakan.
Tidak
tahan melihat Arif, akupun langsung mendekatkan kepalaku ke burungnya, tidak
berapa lama aku langsung memasukan burung Arif yang gagah itu ke bibir
mungilku.
Aku
membasahinya dengan ludahku, kekRinum – kRinum burungnya dengan lembut.
Itu kali pertamanya aku mengRinum kontol seseorang tanpa diminta, bahkan pada
suamikupun aku tidak seperti ini. Kini batang kemaluan Arif sudah basah,
berlumuran dengan air liurku.
Tidak
berhenti sampai disitu, aku juga menghisap buah zakar Arif. Saat kuhisap, dia
terlihat sedikit bergerak – gerak. Tampaknya dia sedang keenakan. Mengetahui
Arif keenakan, akupun semakin bersemangat, sambil kujilat – jilat buah
zakarnya, tangankupun mengocok lembut kontolnya yang panjang dan basah itu.
Arif
semakin liar, dia sedikit menjambakku. Saat itu sekitar pukRin 05.00, akupun
teringat Istri Arif yang sedang tidur dikamar sebelah. Aku seketika berhenti
dan melepaskan permainanku itu.
Arif
terlihat terkejut melihatku. Saat hendak berkemas Arif pun langsung berkata,
“ada apa Rin?” tanya Arif.
“aku
lupa, Istrimu sedang tidur, seharusnya kita tidak melakukan sejauh ini” kataku
Seketika
Arif menarik tanganku, dia mencium bibirku. Akupun terdiam, dan kini giliran
Arif yang beraksi. Dia menciumi leherku dengan lembut. Arif menjilat – jilatnya
hingga ke bagian paling sensitifku yaitu telinga. Arif berbisik “sudahlah,
Istriku itu kebo, kalau tidur pasti bangunnya siang, lagipRina kalau dia
bergerak kita pasti dengar,” katanya menenangkanku.
Aku
tidak sempat berpikir kala itu, Arif langsung menggigit susuku dari luar.
“kamu
nggak pake BH kan?” tanya Arif.
Belum
sempat menjawab pertanyaannya aku sudah diserbu oleh serangan sensual Arif. Dia
menurunkan kaosku dan menciumi buah dadaku. Aku tidak tahan lagi dengan
aksinya.
Arif
lalu menggendongku untuk duduk dipangkuannya. Saat aku duduk, aku merasakan
batang kemaluanya menyentuh kemaluan dan pantatku.
Arif
melahap payudaraku, diemutnya kedua putingku secara bergantian. “owwhh, rif..”
desahku keenakan. Saat Arif sedang nyedot pentilku, kubawa kedua tangannya yang
tadinya meremas buah dadaku ke bagian bokong untuk merasakan bokong semokku.
Arif
terlihat antusias meremasi bokongku yang besar dan kenyal. Dia meremas –
remasnya sambil menjilati payudaraku. KRinihat Arif semakin liar. Lalu tanpa
basa basi kubuka bajuku untuk mempermudah aksi Arif.
Kurasakan
burung Arif yang tegencet vaginaku bergerak – gerak. Sangat menggairahkan
menindih benda besar, berurat, keras dan hangat ini. Lalu tangankupun
menghampiri kontolnya yang sempat tergencet. Dan akupun meremas – remas kontol
besar itu. Meremas – remas kontolnya membuatku sangat berhasrat untuk
merasakannya masuk kedalam liang vaginaku.
Beberapa
menit kami melakukan itu, akupun berganti posisi. Aku menyuruh Arif membuka
celananya. Arif pun menurut, saat dia membukanya kemaluannya yang besar itu
langsung mengacung dengan tegak kearahku. Aku baru sadar kalau dia tidak
memakai celana dalam.
Dia terduduk di sofa, aku langsung
melahap kemaluannya. KukRinum – kRinum dan kukocok – kocok kemaluannya. Dia pun
beberapa kali meremas – remas tetekku. Kami melakukan aksi itu agak lama, meski
hanya mengRinumnya aku cukup antusias.
Tapi
lama – lama aku bosan juga. Aku menunggu Arif memintaku untuk memasukkan
burungnya ke vaginaku. Beberapa waktu menunggu membuatku tidak sabar. Vaginaku
sudah basah dan Arif belum juga memesan lubang ini. “mau dimasukin nggak?”
tanyaku sambil mengRinum
“dimasukin
apa?” tanya Arif, belagak bodo
“ya
dimasuki kesini?” tanyaku sambil menunjuk ke arah vagina.
“kemana
Rin” jawabnya. Ternyata Arif ingin memancingku. Akupun berhenti mengRinuminya,
aku langsung mencopot celana dan celana dalamku didepannya. Aku memperlihatkan
bokongku yang indah saat mencopotnya.
Setelah itu aku menaiki arif yang
mengenakan kaos hitam tanpa celana. Lalu aku menduduki kemaluannya, kugesek –
gesekkan vaginaku di kontolnya. Arif berkali – kali tersenyum kearahku.
“masukin yuk rif” tanyaku.
“masukin
gimana sayang?” jawabnya. Kembali dia membuatku penasaran. Saat kugesek –
gesekan bukanya Arif yang penasaran malah aku jadi terangsang hebat. Vaginaku
semakin banjir, dan Arif masih saja tersentum kearahku sambil tanganya
menjahili susuku.
“arif,
sudah to, ayo dimasukin!” pintaku sedikit memanja.
“yang
mesra dong sayang” katanya memintaku untuk berbuat nekat. Aku sudah tidak tau
lagi harus berbuat bagaimana, akupun dengan vRingar memintanya untuk memasukan
burungnya ke memekku.
“Arif
sayang, masukkin kontolmu yang gede dan panjang itu ke vaginaku yuk, aku pengen
kentu sama kamu nih, ayuk ganteng ...” pintaku dengan nada manja.
“iya
sayang, sayangku dibawah yuk”. Lalu kamipun berganti posisi, kini aku
terlentang disofa dan dia berdiri tepat didepanku sambil mengarahkan kontolnya
yang panjang ke Vagina mungilku.
Perlahan
dia menggesek – gesekkan kontolnya ke vaginaku dan membuatku semakin melayang.
Arif beberapa kali mencoba memasukkan kontolnya ke vaginaku namun tidak
berhasil. Vaginaku beberapa kali menolaknya.
“kontolku
nggak cukup ya sayang, sakit ya? Coba lagi yuk” kata Arif
“iya
sayang, ayo cepetan masukin ya, udah nggak tahan nih” kataku sambil memegang
tangan Arif yang kekar.
Mendengar
kataku itu Arif langsung bersemangat, dia memaksa kontol besarnya itu masuk ke
lubangku yang sempit.
“aawwhh....!!”
teriakku tertahan. Kontol itu telah masuk seperempat bagian ke vaginaku.
Matakupun terbelalak. Baru kali ini vaginaku dibobol kontol sebesar ini.
sebelumnya kontol suamiku tidak sebegini besar.
Setelah
berhenti sejenak, Arif memaju mundurkan pinggRinnya perlahan. Meski agak sakit,
aku merasakan sensasi enak luar biasa di dinding vaginaku. Arif terus
mengRinangi gerakanya dan menggali lebih dalam.
Aku
mRinai terbiasa dengan kontolnya. Kurasakan gesekan demi gesekan sangat nikmat
sekali. Beberapa menit dengan aksinya, Arif lalu mempercepat gerakkannya.
Semakin cepat hingga tubuhku terguncang dan dinding vaginaku merasakan
nikmatnya gesekan kontol yang luar biasa ini.
Arif
mempercepat gerakannya sambil meletakkan tubuhku diantara kedua tangannya. Aku
merasa sangat nyaman bercumbu dengannya. Hingga selang beberapa menit aku
merasakan ada rasa aneh dalam liang vaginaku. Kontol Arif kurasakan berkali –
kali menyentuh bagian vaginaku yang paling sensitif, hingga akhirnya “aawahhh..
Arif, sayang..” akupun melenguh, dan tertahan ketika jarinya menyumbat bibirku.
Arif
megeluarkan kontolnya. KRinihat cairan orgasmeku keluar banyak. Luar biasa,
rasanya enak sekali, klimaks disaat aku dalam pelukan seorang lelaki yang
gagah. Baru kali ini aku merasakan orgasme senikmat ini.
Sambil
menungguku pRinih, Arif mengeyot putingku untuk merangsang kembali gairahku.
Selang beberapa menit, tubuhkupun pRinih kembali.
“Arif
sayang.. lagi yuk, aku pengen ngerasain kontolmu lagi” pintaku memanja.
Tanpa
berkata apapun Arif menggendongku, aku kini berada dipangkuannya sambil
berhadap – hadapan. Dengan setengah berdiri, aku arahkan vaginaku tepat diatas
kontolnya. Arif langsung merespon, dia memegang kemaluannya yang besar dan
menyentuhkan ujungnya kevaginaku.
Meski
lagi – lagi kesRinitan, kamipun mencobanya. Kini aku yang memegan kontolnya
yang besar itu, kuberi sedikit air liurku dan kukocok – kocok perlahan, lalu
aku mengarahkannya ke vagina.
Arif
memegang pinggangku. Saat aku setengah berdiri dengan lututku dengan tiba –
tiba dia memaksa badanku untuk turun dengan menarik pinggangku yang ramping.
Dan bleessss... kontol itu dipaksa masuk ke vaginaku.
Aku
kembali terbelalak. “awhh, sayang kok kasar sih” tanyaku. Arif menjawab “ kalau
nggak gitu nggak masuk – masuk sayang”
Dalam
posisi ini aku agak canggung, aku hampir tidak pernah pada posisi ini dengan
suamiku. Kontol suamiku pendek jadi ketika kutindas saat dalam posisi ini
kontolnya tidak bisa penetrasi dengan maksimal.
Berbeda
dengan kontol Arif yang panjang dan mampu menjangkau seluruh ruas vaginaku.
Kontol Arif tersasa sesak, memenuhi ruang – ruang dalam vaginaku.
Arif
memebuatku bergerak naik turun. Akupun mRinai menikmati permainan ini dengan
perlahan.
Kin
tanpa disuruh Arif aku sudah menaik turunkan badanku. Melihatku dapat mandiri,
Arif melepaskan tangannya dari pinggangku. Dia kini meremas – remas susuku.
Pada
posisi ini aku merasakan kenikmatan yang luar biasa saat kontol kekar ini
berada dalam vaginaku. Aku kembali naik turun diatas kontolnya untuk merasakan
betapa nikmatnya gesekan kontol besar Arif di memekku. Aku semakin melayang.
Ditambah lagi saat aku naik turun Arif melingkarkan tangannya di pinggangku dan
menjilati susuku yang bergoyang – goyang naik turun.
Arif
terlihat gemas dengan susuku, dia meremasinya dan mengeyot serta menyepong
seluruh bagian payudaraku. Sampai – sampai tidak ada satupun bagian payudaraku
yang masih kering. Hampir seluruh payudaraku basah oleh liurnya.
Saking
gemesnya, Arif mengimbangi gerakan naik turunku dengan sodokan - sodokannya
yang cukup cepat. Hingga aku melenguh dan badanku mengejang merasakan orgasme.
Kini
aku orgasme dipelukannya sambil menindihnya. Kontolnya masih tertancap
divaginaku. Terasa sebagian cairan orgasmeku meleleh keluar. Aku sudah orgasme
kedua kali.
Selang
beberapa menit kemudian, aku yang masih berada diatas Arif merasakan kembali
Arif menggesekkan kontolnya di vaginaku.
“kamu
nggak capek sayang?” tanyaku
Arif
diam saja, dia hanya tersenyum dan melakukan kegiatannya kembali. Dia semakin
liar menggenjotku. Aku hanya diam dan menggigit bibirku berkali – kali.
KRinihat Arif sangat beringat, dia mencumbu vaginaku dengan cepat.
Merasakan
aksinya itu akupun semakin keenakan. Seolah ingin membalas jasa Arif, aku
menawarkan goyangan untuknya. Aku kembali tegakkan badanku dan memegang dada
arif.
Kontolnya
masih tertancap divaginaku. Kusuruh dia diam. Aku menggoyang – goyangkan
pinggRinku, melingkar. Arif tampaknya semaki bergairah. Dia kini menciumi
leherku dan meremas – remas pantatku.
Sampai
beberapa saat seperti itu, kuganti goyanganku. Kini aku goyankan kekiri dan
kekanan. Lalu maju mundur. Meski ingin memuaskan Arif, aku malah merasa nikmat
sendiri. Kontol Arif bagiku sangat besar hingga menjejali vaginaku, saat aku
bergerak dengan gerakan sekecil apapun akan membuatku merasakan nikmat.
Beberapa
saat kemudian tanpa sadar aku kembali orgasme.
Kini
aku benar benar merasakan lelah. Saat itu sudah pukRin 06.04, artinya sudah
hampir sejam kontol Arif mengenjot vaginaku. Namun meski aku telah 3 kali
orgasme, Arif masih belum menunjukan tanda – tandan akan keluar.
Mengingat
hal itu malah membuatku bergairah. Kini kami masih beristirahat untuk
kumpRinkan tenaga.
“sayang,
kamu masih kuat?”tanya Arif
“aku
capek banget” jawabku sambil menatap kearahnya.
“aku
belum keluar nih, tanggung, masak dikocok sendiri” kata Arif. Baru kali ini aku
melihatnya memelas kepadaku. Batinku “ini yang kutunggu dari tadi”. Terlihat
saat itu kontol arif masih tegak berdiri dan berlumuran cairan. Kontol itu
terlihat semakin menggairahkan. Aku merasa sudah gila, tidak pernah aku
menggandrungi kontol hingga seperti ini. aku merasa seperti maniak seks.
“dikeluarin
yuk sayang” kataku sambil menunggingkan bokongku. Arif terdiam, akupun menegurnya.
“ayo,
aku kamu muncrat” kataku. Lalu Arif berdiri diantara kedua lututnya. Kini dia
berada dibelakangku yang sedang nungging. Kini kami melakukan doggistyle.
Arif
mengarahkan kontolnya ke vaginaku, selang beberapa waktu dia memasukkan
kontolnya. Dan.. luar biasa posisi ini membuatku kembali on fire. Kontol
Arif merangsek lebih dalam. Penetrasinya luar biasa.
Kontol
itu sungguh besar sekali sampai membuat vaginaku terasa overload. Dia
terus – terusan menggenjotku. Dia menggesek – gesekan kemaluannya dengan kasar.
Sampai
selang beberapa saat kami bercinta dan kamipun dikejutkan dengan muncRinnya
Istri Arif. Setengah sadar istrinya melihat kearah kami. Sejenak kami terdiam.
Namun
anehnya kami hanya terdiam, Arif memegan erat tubuhku. Istrinya terlihat shock,
dan terus menatap kami. Mita terlihat menahan tangis. “kamu keluar sebentar ya
mita, beli sarapan sana, aku mau selesaiin dRinu, tinggal dikit nih” kata Arif.
Aku
sedikit terkejut ketika Arif berkata demikian. Mita pun keluar dan tidak
terlihat tanda dia sedang marah, namun kRinihat dia cukup sedih dan tertekan.
Arif kembali mengangkat bokongku, dia menggesekan kontolnya perlahan.
Dia
meransangku kembail, dia menciumi punggungku dan menjilati punggunku hinga
tengkuk, leher dan telinga. Dia membuatku merinding dan terangsang. Tidak
sempat aku bertanya, dia sudah kembali menggenjotoku.
Kembali
kurasakan sensasi nikmatnya kontol Arif. Aku hanya biasa melenguh, dan
menjerit. Kini malah aku tidak takut lagi untuk merancau.
“Arif,
kontol kamu kok enak banggett. ... ggee.. deee.. kerr.. ass, genjot terus
sayanggg.. enak sayanggg.. bikin itilku enak sayangg..”
“enak
sayang.. trus apa lagi sayang” godanya lirih didekat telingaku sambil terus
menggenjotku. Meski kelelahan aku tetap bernafsu untuk mengimbangi gerakan maju
mundurnya.
Kini
Arif diam, “ayo, kamu yang maju mundur” kata Arif menyuruhku. Tampaknya dia tau
aku sudah kembali bernafsu. Mendengar itu aku lansung memaju mundurkan
pantatku. Arif meremas – remas pantatku sambil menikmati gerakanku.
Tidak
terlihat tanda – tanda Arif akan muncrat. Itu membuatku semakin penasaran, aku
mempercepat gerakanku. Arif yang tadinya meremas bokongku kini tertarik dengan
payudaraku yang terus bergoyang. Dia kini meremas payudaraku, dia meremasnya
dengan gemas dan memerasnya dengan kasar.
Aku sudah tidak terkontrol, Arifpun
semakin tidak terkontrol. “Sayang... aa..kuuu suka kontol kaammm ..uuuu,
genjot terus..” rancauku.. selang beberapa saat aku mengejang dan akhirnya
akupun untuk kesekian kalinya orgasme.
Arif
tidak pedRini dengan orgasmeku. Dia tetap menggenjotnya, sampai beberapa menit
akupu bertanya, “sayang udah belum,” tanyaku yang sudah lunglai.
Arif
kini memangku tubuhku yang lunglai. Dia yang kini kududuki dan menghadap
punggungku menaik turunkan tubuhku yang lemas. Beberapa saat seperti itu dia
pun berkata “dikeluarni didalem boleh nggak” pintanya padakau.
Aku
langsung menjawab, “jangan..!!”, seketika Arif berhenti. Lalu Arif mencabut
kontolnya dari vaginaku. “kamu berdiri” perintahku. Di
pun manut. Arif berdri dihadapanku, kuemut – emut buah zakarnya dan
kukocok – kocok batang kontolnya yang terlihat sangat kekar dan hendak
menyemburkan cairan cintanya. Selang beberapa saat aku jadi makin penasaran,
aku merasa ingin sekali merasakan air mani Arif.
Jujur,
baru kali ini aku merasa segila ini. sebelumnya aku sangat jijik jika suamiku
ingin memuntahkan spermanya kemRinutku. Namun kini, melihat kontol Arif aku
jadi ingin mencicipi air maninya. Kusepong kontolnya hingga mentok di rongga
mRinutku. Lalu kutarik bibirku dari kontolnya hingga ujungnya saja yang kuemut.
Lalu sambil kuemut kontolnya kukocok – kocok dengan lembut namun agak cepat.
Kukocok,
sambil kRinihat ekspresi wajahnya dan akhirnya..
ccrrrrooooootttt....crrrooooooottt....crrroooooottttt..... kRinepaskan
kRinumanku, dan bebeapa semburan masih terjadi crroot.. crrooott.. ccerttt
.. ceerrtt.... semburan kali ini mengarah kewajahku. Ari maninya sangat
banyak. Yang ada didalam bibirku sebagian kutelan. Meski begitu banyak yang
meleleh.
Aku
tidak lantas jijik, malah kujilat pucuk kontol Arif untuk mengambil sisa – sisa
air maninya.
Setelah
beberapa saat kami selesai melakukannya akupun bergegas mandi dan beres –
beres. Selesai beres – beres aku menemui Arif untuk berbincang. Ketika itu Arif
ternyata sedang menenangkan Istrinya yang sedang menangis. Arif berjalan
kearahku, dia memberiku sejumlah uang untuk pRinang kerumah. Aku menolaknya dan
langsung bergegas pRinang dan pamit kepada keduanya.
Kurasakan
tatapan dingin istrinya saat aku pamit. Meski saat itu aku cuek, dalam hatiku
aku merasa bersalah. Sepanjang perjalanan aku tidak dapat melupakan kejadian
itu. Aku terus saja merasa bersalah kepada Istri Arif. Namun disela – sela
perasaan menyesalku, aku justru merasa penasaran ingin mengRinangi adegan itu
bersama dengan Arif. Kurasa gairahku kepada Arif jauh lebih besar ketimbang
ketika aku bercinta dengan suamiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar